Cuma Sementara! Kemenkeu Jelaskan Dana Asing Keluar dari RI

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
08 May 2020 16:51
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman  (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dirjen Pengelolaan Pembiayaan & Risiko Kementerian Keuangan RI, Luky Alfirman menjelaskan salah satu penyebab investor asing menarik dananya keluar dari Indonesia karena memburu aset "safe haven".

"Investor asing memburu safe haven, fenomena ini terjadi di emerging market. Terjadi outflow besar-besaran. Tak hanya memburu aset negara maju, mereka juga memburu yang sangat aman, investasi emas," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (8/5/2020).

Dia menceritakan bagaimana gonjang-ganjing asing menarik dananya keluar dari Indonesia. Pada paruh kedua Februari, dia mencatat sebanyak Rp 28 triliun dana investor asing keluar dari surat berharga negara.

"Pada puncaknya Maret sampai Rp 121 triliun," imbuhnya.


Arus dana keluar tersebut membuat Credit Default Swap (CDS) yang merupakan salah satu ukuran volatilitas pasar obligasi melonjak. Luky menjelaskan, lonjakannya berkisar antara 230 sampai 250 bps. Fenomena ini tak hanya terjadi di Indonesia, tapi seluruh negara berkembang juga mengalaminya.

Memasuki April, keadaan sedikit membaik meskipun asing masih keluar namun jumlahnya jauh lebih menurun yaitu Rp 2,1 triliun. Pada minggu ke-4 April sampai Minggu pertama Mei, sudah terjadi inflow yang jumlahnya mencapai Rp 1,17 triliun.


Angka ini lagi-lagi mempengaruhi CDS, dimana setelah melonjak pada Maret, terpantau menurun meski masih berada di atas 200 bps. Namun menurutnya pergerakannya lebih kecil dibanding dengan Maret.

"Maret sehari pernah swing 70-80 bps. Kekhawatiran investor, pergerakan lebih kecil dibanding Maret," pungkasnya.

[Gambas:Video CNBC]




(dob/dob) Next Article Sukuk Negara Jadi Andalan untuk Pembiayaan APBN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular