
Diborong Investor & Yield Kompertitif, Obligasi RI Moncer

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia hari ini, Rabu (1/7/2020) menguat karena investor masih cukup optimis terhadap aset pendapatan tetap (fixed income) Tanah Air yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi.
Kendati menguat obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada semester I-2020 terpantau melemah. Sepanjang semester I-2020, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia seri acuan tenor 10 tahun naik 12,7 basis poin (bps).
Sementara kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara (SBN) turun drastis. Pada awal 2020, nilai outstanding atau kepemilikan asing tercatat Rp 1.063,29 triliun dan per 29 Juni adalah Rp 940,42 triliun. Artinya ada pelepasan asing terhadap SBN sebesar RP 122,87 triliun.
Data Refinitiv menunjukkan penguatan harga surat utang negara (SUN) tercermin dari tiga seri acuan (benchmark). Ketiga seri tersebut adalah FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun dan FR0083 bertenor 20 tahun, sementara FR0081 bertenor 5 tahun justru melemah.
Seri acuan yang paling menguat hari ini adalah FR0080 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 3,90 basis poin (bps) menjadi 7,621%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Perbandingan Yield SBN RI 1 Juli 2020
Yield Obligasi Negara Acuan 1 Juli'20
Seri | Jatuh tempo | Yield 30 Juni'20 (%) | Yield 1 Juli'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 1 Juli'20 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 6.568 | 6.572 | 0.40 | 6.5233 |
FR0082 | 10 tahun | 7.233 | 7.215 | -1.80 | 7.2009 |
FR0080 | 15 tahun | 7.66 | 7.621 | -3.90 | 7.5936 |
FR0083 | 20 tahun | 7.657 | 7.655 | -0.20 | 7.6316 |
Sumber: Refinitiv
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) yang justru melemah. Indeks tersebut turun 0,24 poin atau 0,09% menjadi 278,58 dari posisi kemarin 278,82.
Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak senada dengan pelemahan rupiah di pasar valas. Pada hari Rabu ini (1/7/2020), Rupiah melemah 0,07% dari penutupan sebelumnya. Kini US$ 1 dibanderol Rp 14.190/US$ di pasar spot.
Obligasi RI Terbaik Kelima
Penguatan harga SUN tidak senada dengan pelemahan di pasar surat utang pemerintah negara maju dan berkembang lainnya, kendati bervariatif. Di antara pasar obligasi negara yang dikompilasi Tim Riset CNBC Indonesia, SBN tenor 10 tahun menjadi yang terbaik kelima dengan penurunan yield sebesar 1,80 bps.
Dari pasar surat utang negara maju dan berkembang terpantau bervariatif. Surat utang negara yang paling menguat yaitu Brasil, yang mengalami penurunan tingkat yield sebesar 7,00 basis poin (bps). Sementara yang paling melemah yaitu surat utang negara Rusia dengan kenaikan tingkat yield 21,00 bps.
Hal tersebut mencerminkan investor global masih ragu-ragu untuk masuk ke aset pendapatan tetap karena penambahan kasus terinfeksi virus corona masih menghantui ekonomi dunia.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 30 Juni'20 (%) | Yield 1 Juli'20 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil (BB-) | 6.78 | 6.71 | -7.00 |
China (A+) | 2.9 | 2.888 | -1.20 |
Jerman (AAA) | -0.48 | -0.439 | 4.10 |
Prancis (AA) | -0.129 | -0.094 | 3.50 |
Inggris Raya (AA) | 0.149 | 0.206 | 5.70 |
India (BBB-) | 5.888 | 5.827 | -6.10 |
Jepang (A) | 0.035 | 0.05 | 1.50 |
Malaysia (A-) | 3.057 | 3.007 | -5.00 |
Filipina (BBB) | 2.794 | 2.813 | 1.90 |
Rusia (BBB) | 5.74 | 5.95 | 21.00 |
Singapura (AAA) | 0.904 | 0.903 | -0.10 |
Thailand (BBB+) | 1.2 | 1.28 | 8.00 |
Amerika Serikat (AAA) | 0.631 | 0.681 | 5.00 |
Afrika Selatan (BB+) | 9.24 | 9.19 | -5.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Asing Mulai Masuk Obligasi RI, Setelah Sempat Keluar Rp 114 T