Kinerja Semester I-2020

Yield Obligasi RI Naik 12,7 Bps, Tertinggi di Asia

Haryanto, CNBC Indonesia
01 July 2020 12:22
Obligasi (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Obligasi (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Performa obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada semester I-2020 terpantau melemah. Pasar obligasi tidak imun terhadap pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang meruntuhkan pasar keuangan dunia.

Sepanjang semester I-2020, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia seri acuan tenor 10 tahun naik 12,7 basis poin (bps). Kenaikan yield menandakan harga instrumen ini turun karena sepinya minat investor atau ada tekanan jual.

Kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara (SBN) memang turun drastis. Pada awal 2020, nilai outstanding atau kepemilikan asing tercatat Rp 1.063,29 triliun dan per 29 Juni adalah Rp 940,42 triliun. Artinya ada pelepasan asing terhadap SBN sebesar RP 122,87 triliun.

Sejak munculnya wabah virus corona banyak investor merasa khawatir akan terjadinya resesi, sehingga banyak aset-aset berisiko dan aset pendapatan tetap (fixed income) yang berimbal hasil tinggi seperti obligasi ikut mengalami tekanan jual.

Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dalam rilis terbarunya yang berjudul A Crisis Like No Other, An Uncertain Recovery kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global.

"Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang negatif pada paruh pertama 2020 daripada yang diperkirakan," tulis lembaga itu, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (25/6/2020).

Dalam rilis tersebut, IMF memprediksi perekonomian global di tahun ini akan berkontraksi atau minus 4,9% lebih dalam ketimbang proyeksi yang diberikan pada bulan April lalu minus 3%. Itu artinya, resesi perekonomian global di tahun ini bisa semakin dalam.

Nyaris semua negara, dari negara maju hingga negara berkembang diramal akan mengalami kontraksi ekonomi. Secara umum, perekonomian negara maju akan minus 8%.

Amerika Serikat (AS), negara dengan nilai ekonomi terbesar di dunia diprediksi mengalami kontraksi 8%, kemudian ekonomi zona euro -10,2%. Jepang, negara dengan nilai ekonomi terbesar ketiga di dunia diprediksi -5,8%.

Sementara itu, dari negara berkembang secara umum diramal minus 3%, tetapi perekonomian China diprediksi masih bisa tumbuh 1%.

Lalu bagaimana dengan SBN di negara Asia lainnya?

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Asia Semester I 2020

Negara

Yield 30/12/2019 (%)

Yield 30/6/2020 (%)

Selisih (bps)

Perubahan (%)

Indonesia

7.106

7.233

12.7

1.79

India

6.501

5.888

-61.3

-10.41

Jepang

-0.022

0.035

5.7

259.09

Malaysia

3.314

3.057

-25.7

-8.41

Filipina

4.440

2.794

-164.6

-58.91

Singapura

1.739

0.904

-83.5

-92.37

Thailand

1.495

1.200

-29.5

-24.58

Sumber: Revinitif

Mengacu dari data di atas menunjukkan bahwa yang mengalami pelemahan harga obligasi hanya negara Jepang dan Indonesia, sementara yang lainnya justru mengalami penguatan.

Hal ini tercermin dari tingkat yield Jepang yang naik 5,7 bps dan Indonesia 12,7 bps, sementara SBN negara Asia yang paling menguat adalah Filipina dengan penurunan yield sebesar 164,6 bps.

Obligasi Filipina menjadi lebih menarik bagi sejumlah investor setelah Securities and Exchange Commission (SEC) mengatakan akan mendorong penerbit obligasi untuk memanfaatkan pasar obligasi sosial untuk membantu mendukung upaya pemulihan ekonomi.

Dalam sebuah pernyataan hari Selasa kemarin (30/6/2020), regulator mengatakan hasil dari masalah obligasi tersebut dapat membantu menahan dampak sosial ekonomi pandemi dan membangun ketahanan terhadap guncangan di masa depan.

"COVID-19 telah memunculkan masalah sosial ekonomi yang serius secara global, mendorong perusahaan ke ambang kegagalan dan membuat jutaan orang menganggur," kata Ketua SEC Emilio B. Aquino dalam pernyataannya.

"Pasar ikatan sosial dapat meningkatkan respons dan pemulihan kami dari pandemi dengan membuka kunci modal yang sangat dibutuhkan untuk promosi kesehatan masyarakat, membuka kembali bisnis dan mempertahankan pekerjaan," tambahnya.

Pekan lalu, SEC menyetujui rencana penerbitan obligasi sosial dari Bank of the Philippine Islands (BPI), yang bertujuan untuk mengumpulkan setidaknya 3 miliar peso atau setara dengan Rp 875,67 miliar dari apa yang disebutnya Obligasi Respon Tindakan COVID (COVID Action Response/CARE).

Hasil dari Obligasi CARE akan digunakan untuk mendukung usaha mikro, kecil dan menengah yang memenuhi syarat. SEC mengatakan obligasi tersebut dapat membantu menghasilkan dana untuk pinjaman ke usaha kecil untuk mendukung pekerjaan dan mencegah kehilangan pekerjaan.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Asing Mulai Masuk Obligasi RI, Setelah Sempat Keluar Rp 114 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular