
Gelombang II Corona Bikin Was-was, Obligasi RI Diburu

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia hari ini, Senin (29/6/2020) terpantau menguat karena investor mengalihkan dananya ke aset pendapatan tetap (fixed income) di tengah meningkatnya kekhawatiran gelombang kedua serangan virus corona (Covid-19).
Lonjakan kasus virus corona di sejumlah negara telah membuat pelaku pasar khawatir adanya pembatasan aktivitas bisnis kembali, sehingga ekonomi yang tadinya mulai berputar menjadi terhenti. Oleh karena itu, aset-aset berisiko pun mulai dihindari untuk sementara waktu dan investor cenderung memilih aset-aset yang minim risiko hingga berburu aset safe haven.
Data Refinitiv menunjukkan penguatan harga surat utang negara (SUN) tercermin dari tiga seri acuan (benchmark). Ketiga seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun dan FR0083 bertenor 20 tahun, sementara FR0080 bertenor 15 tahun justru melemah.
Seri acuan yang paling menguat hari ini adalah FR0081 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 3,60 basis poin (bps) menjadi 6,586%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Perbandingan Yield SBN RI 29 Juni 2020
Yield Obligasi Negara Acuan 29 Juni'20 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 26 Juni'20 (%) | Yield 29 Juni'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 29 Juni'20 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 6.622 | 6.586 | -3.60 | 6.5470 |
FR0082 | 10 tahun | 7.199 | 7.194 | -0.50 | 7.2043 |
FR0080 | 15 tahun | 7.612 | 7.621 | 0.90 | 7.6185 |
FR0083 | 20 tahun | 7.659 | 7.653 | -0.60 | 7.6231 |
Sumber: Refinitiv
Investor kembali cemas melihat perkembangan penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 28 Juni adalah 9.843.073 orang. Bertambah 190.025 orang atau 1,97% dibandingkan hari sebelumnya.
Tambahan 190.025 kasus dalam sehari adalah rekor kenaikan harian tertinggi sejak WHO mencatat pasien corona mulai 20 Januari. Sedangkan pertumbuhan 1,97% adalah laju tercepat sejak 21 Juni.
Di Indonesia, situasinya juga perlu menjadi perhatian. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan, jumlah pasien positif corona per 28 Juni adalah 54.010 orang. Bertambah 1.198 orang (2,27%) dibandingkan sehari sebelumnya.
Pada 27 Juni, kasus corona di Tanah Air bertambah 1.385 yang menjadi rekor penambahan harian tertinggi. Sehari setelahnya memang agak melambat tetapi lagi-lagi masih di atas 1.000.
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) mengalami pelemahan. Indeks tersebut turun 0,33 poin atau 0,12% menjadi 278,45 dari posisi kemarin 278,78.
Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak senada dengan pelemahan rupiah di pasar valas. Pada hari Senin ini (29/6/2020), Rupiah melemah 0,14% dari penutupan sebelumnya. Kini US$ 1 dibanderol Rp 14.170/US$ di pasar spot.
Penguatan harga SUN tidak senada dengan pelemahan di pasar surat utang pemerintah negara maju dan berkembang lainnya, kendati bervariatif. Di antara pasar obligasi negara yang dikompilasi Tim Riset CNBC Indonesia, SBN tenor 10 tahun menjadi yang terbaik keenam dengan penurunan yield sebesar 0,50 bps.
Dari pasar surat utang negara maju dan berkembang terpantau melemah, yang kesemuanya hampir mencatatkan kenaikan tingkat yield, kendati bervariatif. Surat utang negara yang paling menguat yaitu Filipina, yang mengalami penurunan tingkat yield sebesar 52,80 basis poin (bps). Sementara yang paling melemah yaitu surat utang negara Afrika Selatan dengan kenaikan tingkat yield 20,00 bps.
Hal tersebut mencerminkan investor global kembali khawatir atas dampak pandemi virus corona terhadap perekonomian dan lebih memilih untuk menunggu atau wait and see dari pasar keuangan sementara waktu.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 26 Juni'20 (%) | Yield 29 Juni'20 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil (BB-) | 6.85 | 6.92 | 7.00 |
China (A+) | 2.915 | 2.898 | -1.70 |
Jerman (AAA) | -0.472 | -0.471 | 0.10 |
Prancis (AA) | -0.121 | -0.112 | 0.90 |
Inggris Raya (AA) | 0.163 | 0.177 | 1.40 |
India (BBB-) | 5.917 | 5.906 | -1.10 |
Jepang (A) | 0.008 | 0.017 | 0.90 |
Malaysia (A-) | 3.035 | 3.049 | 1.40 |
Filipina (BBB) | 3.336 | 2.808 | -52.80 |
Rusia (BBB) | 5.65 | 5.68 | 3.00 |
Singapura (AAA) | 0.937 | 0.92 | -1.70 |
Thailand (BBB+) | 1.21 | 1.21 | 0.00 |
Amerika Serikat (AAA) | 0.671 | 0.648 | -2.30 |
Afrika Selatan (BB+) | 9.01 | 9.21 | 20.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Corona Terjang Ekspor Impor, Harga Obligasi RI Tak Berdaya