Ekonomi RI Diproyeksi Minus 3%-6%, Harga Obligasi Koreksi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada hari Selasa ini (16/6/2020) melemah merespons pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menegaskan bahwa 2020 adalah tahun yang luar biasa. Bukan dalam konteks yang positif, tetapi tantangannya yang sangat besar.
"2020 adalah tahun yang sangat ekstra ordinary. Pandemi Covid-19 adalah tantangan yang belum ada jawaban kapan akan berakhir dan bagaimana respons yang paling efektif," kata Sri Mulyani dalam keterangan pers APBN Kita edisi Juni 2020, Selasa (16/6/2020).
Melihat dinamika itu, pemerintah memproyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2020 diperkirakan mengalami minus 3% hingga minus 6%.
Data Refinitiv menunjukkan pelemahan harga surat utang negara (SUN) tercermin dari tiga seri acuan (benchmark). Ketiga seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun dan FR0083 bertenor 20 tahun, sementara FR0082 bertenor 10 tahun justru mengalami penguatan.
Seri acuan yang paling melemah hari ini adalah FR0080 yang bertenor 15 tahun dengan kenaikan yield 4,30 basis poin (bps) menjadi 7,747%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Yield Obligasi Negara Acuan 16 Juni'20
Seri | Jatuh tempo | Yield 15 Juni'20 (%) | Yield 16 Juni'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 16 Juni'20 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 6.848 | 6.859 | 1.10 | 6.6739 |
FR0082 | 10 tahun | 7.244 | 7.24 | -0.40 | 7.1196 |
FR0080 | 15 tahun | 7.704 | 7.747 | 4.30 | 7.5562 |
FR0083 | 20 tahun | 7.682 | 7.722 | 4.00 | 7.6408 |
Sumber: Refinitiv
Pelemahan SBN bahkan terjadi ketika pasar saham global sedang "happy-happy" nya menyambut stimulus The Fed AS guna memastikan likuiditas di pasar untuk tetap terjaga dan bahkan berlebih.
The Fed mengatakan bahwa mereka akan memperbarui fasilitas kredit korporasi pasar sekundernya untuk memasukkan pendekatan indeksasi. Tujuannya adalah menciptakan portofolio yang didasarkan pada indeks pasar yang lebih luas dan beragam dari obligasi korporasi AS.
Pasar merespons positif komitmen The Fed yang akan membeli obligasi korporasi individu, di atas dana yang sudah diperdagangkan di bursa. Pembelian akan dilakukan menggunakan Fasilitan Kredit Korporat Pasar Sekunder The Fed.
Hal ini diumumkan bank sentral AS itu sebagai upaya berkelanjutan untuk mendukung berfungsinya pasar dan mempermudah kondisi kredit. Nantinya, The Fed akan memiliki kemampuan untuk membeli hingga US$ 750 miliar.
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) justru menguat. Indeks tersebut naik 0,52 poin atau 0,19% menjadi 276,69 dari posisi kemarin 276,17.
Pelemahan di pasar surat utang hari ini tidak senada dengan penguatan rupiah di pasar valas. Pada hari Selasa ini (16/6/2020), Rupiah menguat 0,21% dari penutupan sebelumnya. Kini US$ 1 dibanderol Rp 14.020/US$ di pasar spot.
Obligasi RI Terbaik Keempat
Pelemahan harga SUN senada dengan pelemahan di pasar surat utang pemerintah negara maju dan berkembang lainnya, kendati bervariatif. Di antara pasar obligasi negara yang dikompilasi Tim Riset CNBC Indonesia, SBN tenor 10 tahun menjadi yang terbaik keempat.
Dari pasar surat utang negara maju dan berkembang terpantau melemah, yang kesemuanya hampir mencatatkan penurunan tingkat yield, kendati bervariatif. Surat utang negara yang paling melemah yaitu China, yang mengalami kenaikan tingkat yield sebesar 7,00 basis poin (bps). Sementara yang paling menguat yaitu surat utang negara Rusia dengan penurunan tingkat yield 6,00 bps.
Hal tersebut mencerminkan investor global masih cenderung menunggu atau wait and see untuk masuk aset pendapatan tetap (fixed income) di tengah suramnya ekonomi dunia akibat pandemi virus corona.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 15 Juni'20 (%) | Yield 16 Juni'20 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil (BB-) | 6.67 | 6.7 | 3.00 |
China (A+) | 2.8 | 2.87 | 7.00 |
Jerman (AAA) | -0.452 | -0.425 | 2.70 |
Prancis (AA) | -0.052 | -0.049 | 0.30 |
Inggris Raya (AA) | 0.197 | 0.228 | 3.10 |
India (BBB-) | 5.795 | 5.846 | 5.10 |
Jepang (A) | 0.008 | 0.02 | 1.20 |
Malaysia (A-) | 3.071 | 3.065 | -0.60 |
Filipina (BBB) | 3.294 | 3.36 | 6.60 |
Rusia (BBB) | 5.64 | 5.58 | -6.00 |
Singapura (AAA) | 0.922 | 0.917 | -0.50 |
Thailand (BBB+) | 1.21 | 1.27 | 6.00 |
Amerika Serikat (AAA) | 0.677 | 0.74 | 6.30 |
Afrika Selatan (BB+) | 9.32 | 9.38 | 6.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Corona Terjang Ekspor Impor, Harga Obligasi RI Tak Berdaya
(har/har)