Duh! Dana Asing Kabur Rp 14 T dari Bursa RI, Ini Pemicunya

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
16 April 2020 18:05
Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Saham merupakan instrumen investasi yang tergolong ke dalam kelas aset yang memiliki risiko tinggi. Apalagi saham-saham di negara berkembang sepeti Indonesia. Ketika kondisi global sedang tidak kondusif seperti sekarang ini, investor lebih melirik emas untuk dimasukkan ke dalam portofolionya.

Akibat dari aksi perburuan emas yang dilakukan oleh investor, harga emas global menjadi melambung tinggi dan kembali menyentuh level tertingginya dalam 7 tahun terakhir.



"Ada banyak pembelian aset safe-haven saat ini. Saat ini pasar diliputi dengan adanya kekhawatiran akan resesi/depresi. Prospek ekonomi terlihat cukup mengerikan," kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, melansir Reuters.

"The Fed AS baru saja menggelontorkan uang ke perekonomian sebesar US$ 2 triliun pekan lalu dan bank-bank sentral lainnya di seluruh dunia juga akan melakukan hal yang sama yakni memangkas tingkat suku bunga hingga mendekati nol. Ada banyak kekhawatiran di luar sana dan itu hanya akan menjadi lingkungan yang sempurna untuk emas untuk diperdagangkan di US$ 2.000. " tambahnya.

Sejak gelombang stimulus jumbo diberikan oleh berbagai negara di dunia terutama AS, pasar keuangan memang agak kalem. Volatilitas yang tadinya tinggi, kini jadi agak mereda. Outflow di Indonesia pun mulai mereda juga.

Namun ketimbang masuk di saham, investor masih melirik surat utang pemerintah. Hal ini tercermin dari penurunan imbal hasil surat utang pemerintah RI yang bertenor 10 tahun. Penurunan imbal hasil mengindikasikan adanya kenaikan harga.

(twg/twg)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular