
Duh! Dana Asing Kabur Rp 14 T dari Bursa RI, Ini Pemicunya
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
16 April 2020 18:05

Tak bisa dipungkiri, dampak corona sudah mulai terasa. Pandemi ini telah menyerang ekonomi Tanah Air dari dua sisi yakni dari sisi bisnis dan konsumen.
Beberapa indikator perekonomian sebelumnya, mengkonfirmasi bahwa dampak corona tidak bisa disepelekan. Dimulai dari sektor manufaktur RI yang mengalami kontraksi pada Maret lalu.
Angka pembacaan Purchasing Manager Indeks (PMI) manufaktur Maret 2020 versi Markit berada di angka 45,9. Angka PMI di bawah 50 mengindikasikan adanya kontraksi pada sektor tersebut. Artinya pada bulan Maret, sektor manufaktur dalam negeri mengalami kontraksi dari ekspansi yang mampu dicatatkan pada bulan sebelumnya sebesar 51,9.
Data ekonomi lain yang juga menunjukkan adanya perlambatan pada ekonomi tanah air adalah data penjualan ritel. Pada Februari 2020, penjualan ritel dalam negeri mengalami kontraksi 0,8% (yoy). Walau realitanya lebih baik dari perkiraan sebesar -1,9%, BI memperkirakan pertumbuhan penjualan ritel bulan Maret masih mengalami kontraksi sebesar 5,4% (yoy).
Hal ini juga senada dengan angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang terus tergerus sejak awal tahun. Optimisme konsumen tanah air terus mengalami penurunan. Pada Maret 2020, BI mencatat IKK berada di level 113,8 dan menjadi level terendah sejak Oktober 2016. Angka pembacaan di atas 100 mengindikasikan konsumen yang masih optimis dalam memandang perekonomian.
Walau neraca perdagangan Indonesia dalam dua bulan terakhir surplus besar, tetapi dari indikator-indikator tersebut saja sudah menunjukkan alarm tanda bahaya bagi perekonomian dalam negeri.
Wabah corona memang tidak bisa disepelekan. Imbas lain dari pandemi corona juga dirasakan di sektor tenaga kerja. CNBC Indonesia mencatat sudah ada 1,4 juta pekerja di seluruh Indonesia baik sektor formal maupun informal yang dirumahkan dan di PHK akibat corona.
Dari sisi pengusaha pun, kondisi keuangan mereka sudah goyah. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) sudah memberikan rambu-rambu bahaya bahwa mereka hanya kuat sampai Juni. Selebihnya keok sudah. Bukan menakuti tapi ini harus segera disikapi.
Dengan adanya pandemi corona ini, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi tahun 2020 diprakirakan dapat menuju 2,3%.
Melihat kasus infeksi corona yakin melonjak dan parah di dalam negeri. Kebijakan pemerintah yang masih menemui berbagai kendala dan tantangan serta belum terasa efektivitasnya hingga dampak ekonomi yang mulai terasa, wajar saja kalau investor asing jadi ragu dan jaga jarak dari bursa saham Indonesia untuk sementara ini. (twg/twg)
Beberapa indikator perekonomian sebelumnya, mengkonfirmasi bahwa dampak corona tidak bisa disepelekan. Dimulai dari sektor manufaktur RI yang mengalami kontraksi pada Maret lalu.
Angka pembacaan Purchasing Manager Indeks (PMI) manufaktur Maret 2020 versi Markit berada di angka 45,9. Angka PMI di bawah 50 mengindikasikan adanya kontraksi pada sektor tersebut. Artinya pada bulan Maret, sektor manufaktur dalam negeri mengalami kontraksi dari ekspansi yang mampu dicatatkan pada bulan sebelumnya sebesar 51,9.
Data ekonomi lain yang juga menunjukkan adanya perlambatan pada ekonomi tanah air adalah data penjualan ritel. Pada Februari 2020, penjualan ritel dalam negeri mengalami kontraksi 0,8% (yoy). Walau realitanya lebih baik dari perkiraan sebesar -1,9%, BI memperkirakan pertumbuhan penjualan ritel bulan Maret masih mengalami kontraksi sebesar 5,4% (yoy).
Hal ini juga senada dengan angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang terus tergerus sejak awal tahun. Optimisme konsumen tanah air terus mengalami penurunan. Pada Maret 2020, BI mencatat IKK berada di level 113,8 dan menjadi level terendah sejak Oktober 2016. Angka pembacaan di atas 100 mengindikasikan konsumen yang masih optimis dalam memandang perekonomian.
Walau neraca perdagangan Indonesia dalam dua bulan terakhir surplus besar, tetapi dari indikator-indikator tersebut saja sudah menunjukkan alarm tanda bahaya bagi perekonomian dalam negeri.
Wabah corona memang tidak bisa disepelekan. Imbas lain dari pandemi corona juga dirasakan di sektor tenaga kerja. CNBC Indonesia mencatat sudah ada 1,4 juta pekerja di seluruh Indonesia baik sektor formal maupun informal yang dirumahkan dan di PHK akibat corona.
Dari sisi pengusaha pun, kondisi keuangan mereka sudah goyah. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) sudah memberikan rambu-rambu bahaya bahwa mereka hanya kuat sampai Juni. Selebihnya keok sudah. Bukan menakuti tapi ini harus segera disikapi.
Dengan adanya pandemi corona ini, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi tahun 2020 diprakirakan dapat menuju 2,3%.
Melihat kasus infeksi corona yakin melonjak dan parah di dalam negeri. Kebijakan pemerintah yang masih menemui berbagai kendala dan tantangan serta belum terasa efektivitasnya hingga dampak ekonomi yang mulai terasa, wajar saja kalau investor asing jadi ragu dan jaga jarak dari bursa saham Indonesia untuk sementara ini. (twg/twg)
Next Page
Pada Kabur Ke mana sih Investor?
Pages
Most Popular