
Ramalan IMF Bikin Khawatir, IHSG Ditutup Merosot 1,71%
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 April 2020 15:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melemah pada perdagangan Rabu (15/4/2020), padahal di awal perdagangan masih mampu menguat. Banyak sentimen yang mempengaruhi pergerakan pasar hari ini, tetapi yang negatif sepertinya lebih mendominasi.
IHSG langsung masuk ke zona hijau begitu perdagangan dibuka, penguatan sempat tercatat sebesar 0,88% ke 4.747,725 yang menjadi level tertinggi intraday di sesi I. Setelah mencapai level tersebut, IHSG justru melorot dan masuk ke zona merah, hingga menutup sesi I di level 4.671,822 melemah 0,74%.
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi sepanjang sesi I sebesar Rp 3,92 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih Rp 301,23 miliar di pasar reguler dan non-reguler.
Memasuki perdagangan sesi II, pelemahan IHSG bertambah dalam hingga 2,16% ke 4.605,054 yang menjadi level terlemah intraday. Di akhir perdagangan IHSG memangkas sedikit pelemahan menjadi 1,71% ke 4.625,905.
Nilai transaksi sepanjang perdagangan hari ini sebesar Rp 7,03 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih Rp 379,01 miliar.
Sentimen positif dan negatif datang dari eksternal. Penyebaran pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang mulai melambat memberikan sentimen positif ke pasar saham, IHSG pun menguat di awal perdagangan.
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) penambahan jumlah kasus secara penambahan jumlah kasus Covid-19 sudah satu digit persentase sejak 30 Maret lalu. Terbaru, pada 14 April terjadi penambahan kasus 4,05% sehingga total menjadi 1,84 juta kasus. Persentase penambahan tersebut merupakan yang terendah sejak 10 Maret.
Eropa yang menjadi episentrum penyebaran sebelum AS bahkan sudah mulai melonggarkan kebijakan lockdown-nya setelah penyebaran corona terus melambat.
CNBC International melaporkan Italia dan Spanyol, mulai mencabut beberapa larangan pembatasan aktivitas warganya setelah jumlah kasus baru serta korban meninggal akibat COVID-19 terus menurun.
Spanyol sudah mengijinkan beberapa aktivitas konstruksi bekerja kembali, begitu juga dengan pabrik-pabrik sudah mulai beroperasi sejak hari Senin. Sementara itu Italia mulai mengijinkan beberapa usaha untuk kembali beraktivitas hari ini.
Berdasarkan data CEIC, Spanyol hari ini melaporkan penambahan kasus sebanyak 3.477 kasus, menjadi yang terendah sejak 20 Maret. Italia melaporkan 3.153 kasus, terendah sejak 15 Maret, dan Jerman melaporkan 2.082 kasus terendah sejak 19 Maret.
Sementara itu, sentimen negatif datang dari laporan Dana Moneter Internasional (IMF). Lembaga yang berkantor pusat di Washington (Amerika Serikat/AS) itu memperkirakan ekonomi global akan mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif (-3%) pada tahun ini. Anjlok 6,3 poin persentase dibandingkan proyeksi yang dibikin pada Januari.
Pertumbuhan ekonomi AS, sebagai negara dengan nilai produk domestic bruto (PDB) terbesar di muka bumi ini diprediksi terkontraksi (-5,9%). Sementara perekonomian terbesar kedua di dunia, China, diprediksi masih bisa tumbuh 1,2%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga sudah pasti merosot tajam, tetapi IMF memprediksi masih akan tumbuh 0,5% di tahun ini.
Memang isu resesi global sudah lama berhembus, tetapi laporan IMF tersebut tentunya membuat investor lebih berhati-hati lagi dalam masuk ke aset-aset berisiko.
IHSG langsung masuk ke zona hijau begitu perdagangan dibuka, penguatan sempat tercatat sebesar 0,88% ke 4.747,725 yang menjadi level tertinggi intraday di sesi I. Setelah mencapai level tersebut, IHSG justru melorot dan masuk ke zona merah, hingga menutup sesi I di level 4.671,822 melemah 0,74%.
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi sepanjang sesi I sebesar Rp 3,92 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih Rp 301,23 miliar di pasar reguler dan non-reguler.
Nilai transaksi sepanjang perdagangan hari ini sebesar Rp 7,03 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih Rp 379,01 miliar.
Sentimen positif dan negatif datang dari eksternal. Penyebaran pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang mulai melambat memberikan sentimen positif ke pasar saham, IHSG pun menguat di awal perdagangan.
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) penambahan jumlah kasus secara penambahan jumlah kasus Covid-19 sudah satu digit persentase sejak 30 Maret lalu. Terbaru, pada 14 April terjadi penambahan kasus 4,05% sehingga total menjadi 1,84 juta kasus. Persentase penambahan tersebut merupakan yang terendah sejak 10 Maret.
Eropa yang menjadi episentrum penyebaran sebelum AS bahkan sudah mulai melonggarkan kebijakan lockdown-nya setelah penyebaran corona terus melambat.
CNBC International melaporkan Italia dan Spanyol, mulai mencabut beberapa larangan pembatasan aktivitas warganya setelah jumlah kasus baru serta korban meninggal akibat COVID-19 terus menurun.
Spanyol sudah mengijinkan beberapa aktivitas konstruksi bekerja kembali, begitu juga dengan pabrik-pabrik sudah mulai beroperasi sejak hari Senin. Sementara itu Italia mulai mengijinkan beberapa usaha untuk kembali beraktivitas hari ini.
Berdasarkan data CEIC, Spanyol hari ini melaporkan penambahan kasus sebanyak 3.477 kasus, menjadi yang terendah sejak 20 Maret. Italia melaporkan 3.153 kasus, terendah sejak 15 Maret, dan Jerman melaporkan 2.082 kasus terendah sejak 19 Maret.
Sementara itu, sentimen negatif datang dari laporan Dana Moneter Internasional (IMF). Lembaga yang berkantor pusat di Washington (Amerika Serikat/AS) itu memperkirakan ekonomi global akan mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif (-3%) pada tahun ini. Anjlok 6,3 poin persentase dibandingkan proyeksi yang dibikin pada Januari.
Pertumbuhan ekonomi AS, sebagai negara dengan nilai produk domestic bruto (PDB) terbesar di muka bumi ini diprediksi terkontraksi (-5,9%). Sementara perekonomian terbesar kedua di dunia, China, diprediksi masih bisa tumbuh 1,2%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga sudah pasti merosot tajam, tetapi IMF memprediksi masih akan tumbuh 0,5% di tahun ini.
Memang isu resesi global sudah lama berhembus, tetapi laporan IMF tersebut tentunya membuat investor lebih berhati-hati lagi dalam masuk ke aset-aset berisiko.
Pages
Most Popular