
Aset Berisiko Diburu, Harga Obligasi RI Tertekan

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada perdagangan Kamis (26/3/2020) ini terkoreksi di tengah kecenderungan investor yang mulai melirik aset-aset berisiko (risk appetite) di pasar saham dan aset aman (safe haven) seperti emas.
Investor pada hari ini cenderung memburu aset berisiko setelah penurunan tajam pasar saham dalam beberapa hari terakhir. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil rebound setelah melonjak 10,19% pada penutupan perdagangan sore ini di level 4.338,9 di tengah koreksi bursa-bursa Asia.
Sementara permintaan untuk aset safe haven tradisional seperti emas juga masih cukup tinggi. Hal ini terlihat dari kenaikan harga emas Antam sebesar 0,57% menjadi Rp 875.000/gram.
Pelemahan harga obligasi tidak senada dengan penguatan yang terjadi di pasar surat utang negara berkembang dan maju.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Data Refinitiv menunjukkan penurunan harga surat utang negara (SUN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark). Keempat seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling turun hari ini adalah FR0083 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 29,10 basis poin (bps) menjadi 8.617%. Besaran 100 bps (basis poin) setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 26 Mar'20 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 24 Mar'20 (%) | Yield 26 Mar'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 26 Mar'21 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 7.435 | 7.54 | 10.50 | 7.1883 |
FR0082 | 10 tahun | 8.245 | 8.323 | 7.80 | 7.9432 |
FR0080 | 15 tahun | 8.545 | 8.609 | 6.40 | 8.3911 |
FR0083 | 20 tahun | 8.326 | 8.617 | 29.10 | 8.4095 |
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga melemah. Indeks tersebut naik 1,66 poin (0,64%) menjadi 259,53 dari posisi kemarin 257,86.
Koreksi di pasar surat utang hari ini tidak senada dengan penguatan rupiah di pasar valas. Pada Kamis (26/3/2020), US$ 1 dibanderol Rp 16.275/US$ di pasar spot. Rupiah menguat 1,06% dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya.
Obligasi Pemerintah Turun, Investor Buru Obligasi AS
Penurunan harga SUN tidak senada dengan penurunan di pasar surat utang pemerintah negara maju dan berkembang lainnya meski bervariasi.
Di antara pasar obligasi negara yang dikompilasi Tim Riset CNBC Indonesia, SBN menjadi yang terburuk di antara negara maju dan berkembang.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju terpantau menguat, yang kesemuanya hampir mengalami penurunan tingkat yield, kecuali Jerman dan Prancis yang mengalami kenaikan yield.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 24 Mar'20 (%) | Yield 26 Mar'20 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil (BB-) | 9.84 | 8.5 | -134.00 |
China (A+) | 2.714 | 2.695 | -1.90 |
Jerman (AAA) | -0.356 | -0.296 | 6.00 |
Prancis (AA) | 0.143 | 0.183 | 4.00 |
Inggris Raya (AA) | 0.456 | 0.409 | -4.70 |
India (BBB-) | 6.334 | 6.238 | -9.60 |
Jepang (A) | 0.035 | 0.014 | -2.10 |
Malaysia (A-) | 3.573 | 3.54 | -3.30 |
Filipina (BBB) | 5.263 | 4.956 | -30.70 |
Rusia (BBB) | 7.24 | 7.17 | -7.00 |
Singapura (AAA) | 1.561 | 1.408 | -15.30 |
Thailand (BBB+) | 1.52 | 1.44 | -8.00 |
Amerika Serikat (AAA) | 0.826 | 0.813 | -1.30 |
Afrika Selatan (BB+) | 13.25 | 11.625 | -162.50 |
Sumber: Refinitiv
Hal tersebut mencerminkan investor global mulai memasuki aset berisiko di tengah serangkaian stimulus pemerintah dan bank sentral global guna menstabilkan pasar saham dan keuangan dari virus corona yang bisa menghambat pertumbuhan ekonomi global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/tas) Next Article Obligasi Masih Terkoreksi, Investor Cenderung Wait And See