Sentimen Buruk Menyerbu, Obligasi Negara Kompak Melemah

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
24 September 2020 17:52
US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi negara lagi-lagi ditutup melemah. Pada perdagangan Kamis (24/9/2020), harga obligasi negara di semua tenor tercatat kompak melemah. Semua Obligasi negara atau surat berharga negara (SBN) cenderung dilepas investor hari ini, dibuktikan dengan kenaikan imbal hasil (yield) di semua SBN.

Kenaikan yield tertinggi tercatat di SBN dengan tenor 1 tahun yang naik 9,1 basis poin ke level 3,827%. Sedangkan, kenaikan yield terendah terjadi pada SBN berjatuh tempo 20 tahun yang naik 0,2 basis poin ke 7,448%.

Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara mengalami penguatan 0,7 basis poin ke level 6,912%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penguatan yield menunjukkan harga obligasi yang turun. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Masih adanya sentimen negatif yang menghantui pasar domestik maupun pasar global membuat harga SBN kompak melemah. Di Indonesia,bayang-bayang resesi masih menghantui pasar nasional hari ini.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan pada kuartal ketiga PDB RI diperkirakan bakal minus 1% sampai 2,9%. Bahkan konraksi bisa berlanjut ke kuartal keempat.

"Negative territory (PDB) pada kuartal III dan mungkin akan berlangsung sampai kuartal IV. Namun kita akan usahakan mendekati nol," kata Sri Mulyani. Untuk satu tahun penuh, dia memproyeksi PDB Tanah Air menyusut 0,6% - 1,7%.

Senada dengan Menteri Keuangan, Airlangga Hartarto juga meramalkan ekonomi RI bakal minus tahun ini. Namun ramalannya jauh lebih mengerikan dibandingkan dengan yang disampaikan Menteri Keuangan.

Menurutnya, tekanan akibat pandemi Covid-19 masih akan terasa di kuartal III ini, meski tidak sedalam kuartal II lalu. Di mana pada kuartal II-2020 perekonomian Indonesia anjlok hingga minus 5,32%. "Range pertumbuhan ekonomi di kuartal III -3% sampai -1%," ujarnya dalam webinar virtual, Rabu (23/9/2020).

Sedangkan dari faktor eksternal, perkembangan vaksin virus corona buatan AstraZeneca. Uji klinis tahap akhir vaksin yang disebut AZD1222 tersebut masih belum bisa dilanjutkan di Amerika Serkat (AS).

Penyidik federal dikatakan masih mencari "jawaban penting" untuk keselamatan pasien, kata Menteri Kesehatan dan Layanan Kesehatan AS, Alex Azar, kepada CNBC International, Rabu kemarin.Uji klinis vaksin AZD1222 dihentikan sementara sejak 6 September lalu, setelah pasien di Inggris mengalami efek samping yang serius.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Asing Mulai Masuk Obligasi RI, Setelah Sempat Keluar Rp 114 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular