
Obligasi Masih Terkoreksi, Investor Cenderung Wait And See

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada Senin (16/3/2020) terkoreksi karena investor masuk ke aset aman (safe haven) sebagai lindung nilai di tengah gejolak pasar.
Harga logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik 1,32% atau sebesar Rp 10.000 menjadi Rp 770.000/gram, dari sebelumnya Rp 760.000/gram.
Melemahnya harga obligasi tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang negara maju dan berkembang lainnya, meskipun cukup bervariatif.
Data Refinitiv menunjukkan penurunanharga surat utang negara (SUN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark). Keempat seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.
Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. Seri acuan yang paling naikhari ini adalah FR0080 yang bertenor 15 tahun dengan kenaikan yield26,4 basis poin (bps) menjadi 7,709%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 16 Mar'20 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 13 Mar'20 (%) | Yield 16 Mar'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 16 Mar'21 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 6.309 | 6.388 | 7.90 | 6.5141 |
FR0082 | 10 tahun | 7.248 | 7.295 | 4.70 | 7.2937 |
FR0080 | 15 tahun | 7.445 | 7.709 | 26.40 | 7.6824 |
FR0083 | 20 tahun | 7.651 | 7.651 | 0.00 | 7.7423 |
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga melemah. Indeks tersebut turun 0,12 poin (0,04%) menjadi 271,07 dari posisi kemarin 271,19
Koreksi di pasar surat utang hari ini senada dengan pelemahan rupiah di pasar valas yang melemah 1,09% ke Rp 14.900/US$.
Investor Beli Saham
Penurunan harga SUN tidak senada dengan pelemahan di pasar surat utang pemerintah negara Amerika Serikat. Di antara pasar obligasi negara yang dikompilasi Tim Riset CNBC Indonesia, SBN yang menjadi terburuk ketiga setelah Afrika Selatan dan Rusia.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju terpantau beragam, yang kesemuanya mencatatkan tingkat yield yang bervariasi.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 13 Mar'20 (%) | Yield 16 Mar'20 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil (BB-) | 8.98 | 8.01 | -97.00 |
China (A+) | 2.721 | 2.74 | 1.90 |
Jerman (AAA) | -0.641 | -0.557 | 8.40 |
Prancis (AA) | -0.042 | 0.057 | 9.90 |
Inggris Raya (AA) | 0.319 | 0.384 | 6.50 |
India (BBB-) | 6.32 | 6.144 | -17.60 |
Jepang (A) | -0.003 | 0.012 | 1.50 |
Malaysia (A-) | 3.038 | 3.153 | 11.50 |
Filipina (BBB) | 4.83 | 4.835 | 0.50 |
Rusia (BBB) | 7.81 | 8.08 | 27.00 |
Singapura (AAA) | 1.477 | 1.382 | -9.50 |
Thailand (BBB+) | 1.35 | 1.21 | -14.00 |
Amerika Serikat (AAA) | 0.861 | 0.813 | -4.80 |
Afrika Selatan (BB+) | 9.735 | 10.615 | 88.00 |
Sumber: Refinitiv
Hal tersebut mencerminkan investor global masih menghindari aset berisiko (risk appetite) untuk masuk kembali sebagian ke obligasi pemerintah dan mengalirkan dananya ke mata uang safe haven seperti Yen dan Swiss Franc yang tengah terapresiasi setelah pemangkasan suku bunga acuan The Fed sebesar 100 basis poin (bps) ke 0% - 0,25%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har) Next Article Corona Picu Resesi Global, Obligasi AS Diborong Investor