
Investor Lebih Bernyali Beli Saham, Obligasi RI Terkoreksi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia akhir pekan ini, Jumat (3/4/2020) terkoreksi karena selera risiko (risk appetite) investor mulai muncul dan mendorong mereka untuk masuk kembali ke aset berisiko seperti saham.
Hal ini tersirat dengan penguatan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 2,02% ke level 4.623,43 hingga indeks acuan bursa tersebut selama sepekan ini membukukan penguatan sebesar 6,47%.
Data Refinitiv menunjukkan penguatan harga surat utang negara (SUN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark). Keempat seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling turun hari ini adalah FR0082 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 10 basis poin (bps) menjadi 8,038%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Yield Obligasi Negara Acuan 3 Apr'20 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 2 Apr'20 (%) | Yield 3 Apr'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 3 Apr'20 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 7.378 | 7.439 | 6.10 | 7.4066 |
FR0082 | 10 tahun | 7.938 | 8.038 | 10.00 | 8.0732 |
FR0080 | 15 tahun | 8.252 | 8.272 | 2.00 | 8.1873 |
FR0083 | 20 tahun | 8.375 | 8.384 | 0.90 | 8.2644 |
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) menguat. Indeks tersebut naik 0,13 poin (0,05%) menjadi 261,03 dari posisi kemarin 260,90.
Pelemahan di pasar surat utang hari ini tidak senada dengan penguatan rupiah di pasar valas. Pada Jumat (3/4/2020), Rupiah menguat 0,43% dari penutupan kemarin, US$ 1 dibanderol Rp 16.400/US$ di pasar spot.
Obligasi RI Terburuk Ketiga
Pelemahan harga SUN tidak senada dengan penurunan di pasar surat utang pemerintah negara maju dan berkembang lainnya, meski bervariasi. Di antara pasar obligasi negara yang dikompilasi Tim Riset CNBC Indonesia, SBN menjadi yang terburuk ketiga di antara negara berkembang, setelah Afrika Selatan dan India.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju terpantau bervariasi, yang kesemuanya mencatatkan beragam tingkat yield.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 2 Apr'20 (%) | Yield 3 Apr'20 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil (BB-) | 7.96 | 7.91 | -5.00 |
China (A+) | 2.678 | 2.566 | -11.20 |
Jerman (AAA) | -0.422 | -0.433 | -1.10 |
Prancis (AA) | 0.061 | 0.06 | -0.10 |
Inggris Raya (AA) | 0.319 | 0.319 | 0.00 |
India (BBB-) | 6.138 | 6.287 | 14.90 |
Jepang (A) | -0.005 | -0.004 | 0.10 |
Malaysia (A-) | 3.405 | 3.35 | -5.50 |
Filipina (BBB) | 5.019 | 4.877 | -14.20 |
Rusia (BBB) | 6.84 | 6.9 | 6.00 |
Singapura (AAA) | 1.106 | 1.037 | -6.90 |
Thailand (BBB+) | 1.67 | 1.49 | -18.00 |
Amerika Serikat (AAA) | 0.592 | 0.598 | 0.60 |
Afrika Selatan (BB+) | 11.22 | 11.415 | 19.50 |
Sumber: Refinitiv
Hal tersebut mencerminkan investor global cenderung 'wait and see' untuk masuk ke pasar pendapatan tetap (fixed income) ini di tengah risiko resesi akibat penyebaran wabah virus corona.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har) Next Article Dihantui Corona, Obligasi Juga Ditinggalkan Investor