
Sebuah Renungan
Sebenarnya Indonesia Sudah Siap Belum sih Hadapi Corona?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
25 March 2020 16:06

Walaupun stimulus sudah dipersiapkan. Namun investor masih tampak ragu terhadap kemampuan Indonesia dalam menangani wabah ini. Hal ini terlihat dari bursa saham tanah air yang terus berada dalam tekanan.
Sejak awal tahun IHSG belum pernah mencatatkan kinerja yang baik. Apalagi setelah kasus COVID-19 masuk ke Indonesia dan WHO resmi mendeklarasikan COVID-19 sebagai pandemi, bursa saham tanah air makin tertekan hebat.
Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sangat jauh dari kata memuaskan. Bahkan bisa dibilang IHSG termasuk yang ‘laggard’ jika dibanding bursa saham lainnya. Sejak awal tahun IHSG sudah terkoreksi lebih dari 35% dan asing kabur dari bursa saham RI sebesar Rp 10,84 triliun. Tentu ini adalah angka yang fantastis.
Koreksi yang terjadi pada bursa saham tanah air sekarang ini jauh lebih hebat dari krisis keuangan global tahun 2008 silam. Kala itu IHSG terperosok hampir 60% dalam kurun waktu nyaris satu tahun, atau tepatnya 11,1 bulan.
Namun yang terjadi sekarang adalah IHSG sudah anjlok nyaris 40% dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan. Padahal Indonesia bisa dikatakan baru memasuki fase awal merebaknya wabah. Jadi bisa dibayangkan kalau Indonesia tak mampu menangani wabah ini, bukan tak mungkin IHSG terperosok semakin dalam dan bahkan lebih dalam ketimbang tahun 2008 silam.
Bukan tanpa alasan sebenarnya investor ragu. Hal ini bisa dilihat dari dua faktor, yakni ekonomi dan kesehatan. Dari faktor ekonomi, Indonesia merupakan salah satu negara yang terkait erat dengan China.
China merupakan mitra dagang terbesar RI. Nilai perdagangan antara Indonesia dengan China saja nilainya mencapai 7% dari PDB. China menjadi pemasok barang-barang elektronik dan kebutuhan manufaktur lain untuk RI. Sementara China juga menjadi destinasi ekspor bagi komoditas unggulan Indonesia seperti batu bara.
Selain itu China juga menjadi investor strategis RI. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini. China menjadi investor asing terbesar kedua yang menggelontorkan dananya ke Indonesia. Belum lagi dari segi wisatawan mancanegara. Pelancong dari China sendiri menyumbang porsi yang besar dan masuk ke dalam 10 besar kunjungan asing terbanyak ke RI.
Kajian Bank Dunia menyebutkan, jika ekonomi China terpangkas 1 poin persentase saja, maka pertumbuhan ekonomi tanah air akan terkena dampaknya sebesar 0,3 poin persentase. Tentu ini ancaman besar. Walau aktivitas China sudah berangsur pulih, wabah COVID-19 telah membuat aktivitas ekonomi China terpukul hebat. (twg)
Sejak awal tahun IHSG belum pernah mencatatkan kinerja yang baik. Apalagi setelah kasus COVID-19 masuk ke Indonesia dan WHO resmi mendeklarasikan COVID-19 sebagai pandemi, bursa saham tanah air makin tertekan hebat.
Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sangat jauh dari kata memuaskan. Bahkan bisa dibilang IHSG termasuk yang ‘laggard’ jika dibanding bursa saham lainnya. Sejak awal tahun IHSG sudah terkoreksi lebih dari 35% dan asing kabur dari bursa saham RI sebesar Rp 10,84 triliun. Tentu ini adalah angka yang fantastis.
Koreksi yang terjadi pada bursa saham tanah air sekarang ini jauh lebih hebat dari krisis keuangan global tahun 2008 silam. Kala itu IHSG terperosok hampir 60% dalam kurun waktu nyaris satu tahun, atau tepatnya 11,1 bulan.
Namun yang terjadi sekarang adalah IHSG sudah anjlok nyaris 40% dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan. Padahal Indonesia bisa dikatakan baru memasuki fase awal merebaknya wabah. Jadi bisa dibayangkan kalau Indonesia tak mampu menangani wabah ini, bukan tak mungkin IHSG terperosok semakin dalam dan bahkan lebih dalam ketimbang tahun 2008 silam.
Bukan tanpa alasan sebenarnya investor ragu. Hal ini bisa dilihat dari dua faktor, yakni ekonomi dan kesehatan. Dari faktor ekonomi, Indonesia merupakan salah satu negara yang terkait erat dengan China.
China merupakan mitra dagang terbesar RI. Nilai perdagangan antara Indonesia dengan China saja nilainya mencapai 7% dari PDB. China menjadi pemasok barang-barang elektronik dan kebutuhan manufaktur lain untuk RI. Sementara China juga menjadi destinasi ekspor bagi komoditas unggulan Indonesia seperti batu bara.
Selain itu China juga menjadi investor strategis RI. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini. China menjadi investor asing terbesar kedua yang menggelontorkan dananya ke Indonesia. Belum lagi dari segi wisatawan mancanegara. Pelancong dari China sendiri menyumbang porsi yang besar dan masuk ke dalam 10 besar kunjungan asing terbanyak ke RI.
Kajian Bank Dunia menyebutkan, jika ekonomi China terpangkas 1 poin persentase saja, maka pertumbuhan ekonomi tanah air akan terkena dampaknya sebesar 0,3 poin persentase. Tentu ini ancaman besar. Walau aktivitas China sudah berangsur pulih, wabah COVID-19 telah membuat aktivitas ekonomi China terpukul hebat. (twg)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular