Dapet Disclaimer 2 Tahun Beruntun, Saham AISA Disuspensi Lagi

tahir saleh, CNBC Indonesia
17 February 2020 13:11
Opini Disclaimer tersebut diperoleh selama 2 tahun berturut-turut, yaitu periode 31 Desember 2018 dan 31 Desember 2017.
Foto: Tiga Pilar Sejahtera Food (CNBC Indonesia/Houtmand P. Saragih)

Jakarta, CNBC Indonesia - 'Badai' tampaknya belum berlalu dari PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) atau TPS Food. Meski sudah mempublikasikan laporan keuangan 2017 restated, laporan keuangan 2018 audited, dan laporan keuangan tengah tahun 2019 review, tapi laporan keuangan tersebut mendapatkan Opini Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer).

Opini Disclaimer tersebut diperoleh selama 2 tahun berturut-turut, yaitu periode 31 Desember 2018 dan 31 Desember 2017.

Hal itu memicu Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali memperpanjang penghentian sementara (suspensi) perdagangan saham AISA di seluruh pasar sejak sesi I perdagangan Senin 17 Februari 2020 hingga pengumuman lebih lanjut.

"Mengacu pada Surat Edaran Nomor SE-008/BEJ/08-2014 tanggal 27 Agustus 2004, perihal Penghentian Sementara Perdagangan Efek (suspensi) Perusahaan Tercatat, maka Bursa dapat mensuspensi perdagangan efek emiten jika laporan keuangan audit perusahaan memperoleh opini disclaimer sebanyak 2 kali berurut-turut atau sebanyak 1 kali Opini Tidak Wajar (Adverse)," tulis pengumuman BEI, Senin (17/2/2020).


Dengan demikian, suspensi ini terus berlanjut setidaknya hampir 2 tahun lamanya. Sebelumnya, AISA terancam dihapuskan pencatatan sahamnya di BEI pada tahun ini. Pasalnya, saham perusahaan produsen makanan ringan Taro ini, telah dihentikan perdagangannya selama 15 bulan sejak tahun 2018. Maksimal suspensi satu emiten ialah 24 bulan sehingga batas waktu AISA ialah 5 Juli 2020.

Manajemen TPS Food kemudian memenuhi janjinya untuk melaporkan kembali laporan keuangan (restatement) tahun berjalan 2017-2018 pada kuartal I-2020.

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, TPS Food mencatatkan rugi bersih selama 6 bulan tahun lalu atau per Juni 2019 sebesar Rp 61,17 miliar, berkurang 40% dari Juni 2018 yang rugi Rp 101,18 miliar.

Pendapatan pada periode tersebut turun 16,2% menjadi Rp 617,14 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 735,82 miliar. Beban penjualan berkurang menjadi Rp 443,38 miliar dari sebelumnya Rp 506,55 miliar.

Sementara itu, sepanjang tahun 2018, AISA membukukan rugi bersih Rp 123,43 miliar, berkurang drastis 98% dari tahun 2017 yakni rugi bersih Rp 5,23 triliun. Adapun pendapatan perusahaan turun 19% menjadi Rp 1,58 triliun, dari sebelumnya Rp 1,95 triliun.


Sebelumnya Direktur Utama Tiga Pilar Sejahtera, Hengky Koestanto, mengatakan jika nantinya laporan keuangan dipublikasikan dan diterima investor, manajemen berharap suspensi saham AISA akan dicabut oleh BEI.

"Harus sesuai target kami di Januari ini, potensi laporan keuangan ditolak atau tidak kan kembali ke investor, kami harapkan tidak ditolak lagi saat RUPLSB," kata dia di Jakarta, Jumat (13/12/2019).

Selain karena masa suspensi yang panjang, perusahaan ini juga dinilai mengalami kondisi yang secara signifikan mempengaruhi kelangsungan usaha secara signifikan. Bahkan hingga saat ini tidak dapat menunjukkan indikasi pemulihan yang memadai.

"Bursa meminta kepada publik untuk memperhatikan dan mencermati segala bentuk informasi yang disampaikan oleh Perseroan," tulis surat BEI, dikutip CNBC Indonesia.

Saat ini, berdasarkan keterbukaan informasi AISA setelah hasil RUPSLB pada 22 Oktober 2019, susunan pengurus dan pemegang saham ialah:


Komisaris Utama/Independen: Yuli Sudargo
Komisaris: Jaka Prasetya
Direktur Usama: Hengky Koestanto
Direktur: Charlie Dhungga

Adapun pemegang saham yakni:

- Trophy Investors I Ltd: 9,33%
- Trophy 2014 Investor Limited: 9,09%
- BBH Luxemburg S/A Fidelity FD Sica V, FD FDS PAC FD: 7,98%
- Spruce investors Limited: 6,77%
- Primanex Limited: 5,38%
- Publik: 61,46%



[Gambas:Video CNBC]


(tas/wed) Next Article Restatement, Rupanya AISA Rugi Rp 123 M pada 2018

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular