
OJK: Redemption Reksa Dana Rp 8,8 T, Terbanyak Berbasis Saham
tahir saleh, CNBC Indonesia
17 February 2020 12:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan total net redemption atau penarikan dana bersih di reksa dana sudah mencapai Rp 8,82 triliun pada periode sejak awal tahun 2020 hingga 12 Februari lalu.
Dalam paparan soal Update Terkait Issue Pasar Modal Terkini yang disampaikan Kepala Eksekutif Pengawas pasar Modal OJK, Hoesen, disebutkan net redemption mayoritas terjadi karena jatuh tempo sejumlah reksa dana terproteksi dan redemption pada reksa dana dengan basis saham.
Sementara reksa dana dengan jenis pasar uang (RD pasar uang) dan RD pendapatan tetap, serta reksa dana syariah off shore (berbasis efek luar negeri) mencatatkan pembelian bersih atau net subscription.
"Jumlah Unit Penyertaan Reksa Dana meningkat 10,65% menjadi sebesar 424,6 juta Unit Penyertaan (YoY) dibandingkan dengan jumlah Unit Penyertaan pada Februari 2019 lalu yang tercatat sebesar 386,5 juta Unit Penyertaan," tegas Hoesen, dalam dokumen tersebut, dikutip CNBC Indonesia, Senin (17/2/2020).
OJK juga menegaskan dalam kondisi ini, kepercayaan investor reksa dana masih terjaga seiring dengan jumlah investor yang tercermin dari data Single Investor Identification (SID).
Jumlah SID per Januari 2020 meningkat sebesar 4,06% (naik sebanyak 72.023 investor) jika dibandingkan dengan jumlah investor per Desember 2019, yaitu dari 1.774.493 SID pada Desember 2019 menjadi 1.846.516 SID pada Januari 2020.
"Investor retail reksa dana umumnya tidak melakukan panic selling. Shifting behavior [peralihan perilaku investor] terlihat pada perpindahan kepemilikan dari reksa dana yang cenderung agresif menjadi reksa dana yang cenderung konservatif," katanya.
Belakangan industri reksa dana diterpa sejumlah sentimen negatif sehingga memicu OJK menerapkan pengetatan dengan melakukan suspensi dan likuidasi produk reksa dana.
Bahkan tahun lalu OJK telah menghentikan sementara alias suspensi produk reksa dana dari 37 perusahaan manajer investasi alias MI.
"Apa yang dilakukan OJK sudah tepat, tapi harus dijaga bersama, termasuk media, di mana yang dilaporkan adalah yang memang MI-MI yang sudah ditertibkan OJK. Jadi kalau ada pengaduan, polisi, MI terkait harus diselesaikan oleh MI tersebut," kata Presiden Direktur PT Sucorinvest Asset Management (SAM), Jemmy Paul Wawointana, menanggapi langkah penertiban OJK.
Mengacu data Infovesta Utama, kinerja reksa dana saham pada Januari 2020, tergambar dari Infovesta 90 Equity Fund Index, tercatat minus 7,12%.
Sementara produk RD campuran (Infovesta 90 Balanced Fund Index) juga masih membukukan imbal hasil negatif 2,82% sejalan dengan terkoreksinya Indeks Harga Saham Gabungan 5,71% selama Januari 2020.
Sementara reksa dana pendapatan tetap (fixed income) tercatat membukukan imbal hasil investasi paling menguntungkan dari seluruh produk reksa dana lainnya sepanjang awal tahun ini. Infovesta 90 Fixed Income Fund Index, indeks yang menggambarkan kinerja reksa dana (RD) pendapatan tetap, naik 1,74% untuk periode 31 Desember 2019 hingga 31 Januari 2020.
Wawan Hendrayana, Head of Capital Market Research Infovesta Utama menyatakan, reksa dana saham masih terkoreksi imbas dari dari sentimen geopolitik serangan Amerika Serikat terhadap Iran pada awal tahun ini. Selain itu, juga ada dampak dari meluasnya virus corona.
Di sisi lain, kata dia, sentimen pemblokiran 800 rekening efek terkait dengan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) menjadi sentimen negatif, pasalnya investor tidak dapat melakukan redemption atas aset investasi mereka.
"Pemblokiran SID [Single Investor Identification] membuat investor tidak bisa redemption, bisa saja ada investor yang menjadi was-was dan redemption," kata dia.
Dalam kesempatan terpisah, CEO PT Schorder Investment Management Indonesia Michael Tjoajadi juga optimistis terhadap industri reksa dana di tengah sentimen negatif, termasuk virus corona yang diprediksi mengganggu iklim investasi dan persepsi investor.
Dia juga menilai ketidakpastian dan ketakutan akan virus corona yang membayangi pasar keuangan justru peluang yang tepat untuk investasi.
"Setiap kali ada penurunan di saham, pasti akan ada rebound kan," kata Michael, Jumat (14/2/2020).
(tas/wed) Next Article OJK Sebut Industri Reksa Dana Sempat Bergejolak
Dalam paparan soal Update Terkait Issue Pasar Modal Terkini yang disampaikan Kepala Eksekutif Pengawas pasar Modal OJK, Hoesen, disebutkan net redemption mayoritas terjadi karena jatuh tempo sejumlah reksa dana terproteksi dan redemption pada reksa dana dengan basis saham.
Sementara reksa dana dengan jenis pasar uang (RD pasar uang) dan RD pendapatan tetap, serta reksa dana syariah off shore (berbasis efek luar negeri) mencatatkan pembelian bersih atau net subscription.
![]() |
"Jumlah Unit Penyertaan Reksa Dana meningkat 10,65% menjadi sebesar 424,6 juta Unit Penyertaan (YoY) dibandingkan dengan jumlah Unit Penyertaan pada Februari 2019 lalu yang tercatat sebesar 386,5 juta Unit Penyertaan," tegas Hoesen, dalam dokumen tersebut, dikutip CNBC Indonesia, Senin (17/2/2020).
OJK juga menegaskan dalam kondisi ini, kepercayaan investor reksa dana masih terjaga seiring dengan jumlah investor yang tercermin dari data Single Investor Identification (SID).
Jumlah SID per Januari 2020 meningkat sebesar 4,06% (naik sebanyak 72.023 investor) jika dibandingkan dengan jumlah investor per Desember 2019, yaitu dari 1.774.493 SID pada Desember 2019 menjadi 1.846.516 SID pada Januari 2020.
"Investor retail reksa dana umumnya tidak melakukan panic selling. Shifting behavior [peralihan perilaku investor] terlihat pada perpindahan kepemilikan dari reksa dana yang cenderung agresif menjadi reksa dana yang cenderung konservatif," katanya.
![]() |
Belakangan industri reksa dana diterpa sejumlah sentimen negatif sehingga memicu OJK menerapkan pengetatan dengan melakukan suspensi dan likuidasi produk reksa dana.
Bahkan tahun lalu OJK telah menghentikan sementara alias suspensi produk reksa dana dari 37 perusahaan manajer investasi alias MI.
"Apa yang dilakukan OJK sudah tepat, tapi harus dijaga bersama, termasuk media, di mana yang dilaporkan adalah yang memang MI-MI yang sudah ditertibkan OJK. Jadi kalau ada pengaduan, polisi, MI terkait harus diselesaikan oleh MI tersebut," kata Presiden Direktur PT Sucorinvest Asset Management (SAM), Jemmy Paul Wawointana, menanggapi langkah penertiban OJK.
Mengacu data Infovesta Utama, kinerja reksa dana saham pada Januari 2020, tergambar dari Infovesta 90 Equity Fund Index, tercatat minus 7,12%.
Sementara produk RD campuran (Infovesta 90 Balanced Fund Index) juga masih membukukan imbal hasil negatif 2,82% sejalan dengan terkoreksinya Indeks Harga Saham Gabungan 5,71% selama Januari 2020.
Sementara reksa dana pendapatan tetap (fixed income) tercatat membukukan imbal hasil investasi paling menguntungkan dari seluruh produk reksa dana lainnya sepanjang awal tahun ini. Infovesta 90 Fixed Income Fund Index, indeks yang menggambarkan kinerja reksa dana (RD) pendapatan tetap, naik 1,74% untuk periode 31 Desember 2019 hingga 31 Januari 2020.
No | Nama Indeks | Kinerja Ytd 31 Januari 2020 (31 Desember 2019 - 31 Januari 2020) (%) |
1 | Indeks Harga Saham Gabungan | -5,71% |
2 | Infovesta 90 Balanced Fund Index | -2,82% |
3 | Infovesta 90 Equity Fund Index | -7,12% |
4 | Infovesta 90 Fixed Income Fund Index | 1,74% |
5 | Infovesta 90 Money Market Fund Index | 0,47% |
6 | Infovesta Corporate Bond Index | 0,62% |
7 | Infovesta Government Bond Index | 1,58% |
Sumber: Infovesta
Wawan Hendrayana, Head of Capital Market Research Infovesta Utama menyatakan, reksa dana saham masih terkoreksi imbas dari dari sentimen geopolitik serangan Amerika Serikat terhadap Iran pada awal tahun ini. Selain itu, juga ada dampak dari meluasnya virus corona.
Di sisi lain, kata dia, sentimen pemblokiran 800 rekening efek terkait dengan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) menjadi sentimen negatif, pasalnya investor tidak dapat melakukan redemption atas aset investasi mereka.
"Pemblokiran SID [Single Investor Identification] membuat investor tidak bisa redemption, bisa saja ada investor yang menjadi was-was dan redemption," kata dia.
Dalam kesempatan terpisah, CEO PT Schorder Investment Management Indonesia Michael Tjoajadi juga optimistis terhadap industri reksa dana di tengah sentimen negatif, termasuk virus corona yang diprediksi mengganggu iklim investasi dan persepsi investor.
Dia juga menilai ketidakpastian dan ketakutan akan virus corona yang membayangi pasar keuangan justru peluang yang tepat untuk investasi.
"Setiap kali ada penurunan di saham, pasti akan ada rebound kan," kata Michael, Jumat (14/2/2020).
(tas/wed) Next Article OJK Sebut Industri Reksa Dana Sempat Bergejolak
Most Popular