
Restatement, Rupanya AISA Rugi Rp 123 M pada 2018

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. (AISA) atau TPS Food memenuhi janjinya untuk melaporkan kembali laporan keuangan (restatement) tahun berjalan 2017-2018 pada kuartal I-2020. Perseroan akhirnya merilis laporan keuangan per Juni 2019 dan Desember 2018.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, TPS Food mencatatkan rugi bersih selama 6 bulan tahun lalu atau per Juni 2019 sebesar Rp 61,17 miliar, berkurang 40% dari Juni 2018 yang rugi Rp 101,18 miliar.
Pendapatan pada periode tersebut turun 16,2% menjadi Rp 617,14 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 735,82 miliar. Beban penjualan berkurang menjadi Rp 443,38 miliar dari sebelumnya Rp 506,55 miliar.
Sementara itu, sepanjang tahun 2018, AISA membukukan rugi bersih Rp 123,43 miliar, berkurang drastis 98% dari tahun 2017 yakni rugi bersih Rp 5,23 triliun. Adapun pendapatan perusahaan turun 19% menjadi Rp 1,58 triliun, dari sebelumnya Rp 1,95 triliun.
Sebelumnya Direktur Utama Tiga Pilar Sejahtera, Hengky Koestanto, mengatakan jika nantinya laporan keuangan dipublikasikan dan diterima investor, manajemen berharap suspensi (penghentian sementara) perdagangan saham AISA akan dicabut oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Harus sesuai target kami di Januari ini, potensi laporan keuangan ditolak atau tidak kan kembali ke investor, kami harapkan tidak ditolak lagi saat RUPLSB," kata dia di Jakarta, Jumat (13/12/2019).
Seperti dituliskan sebelumnya, AISA terancam dihapuskan pencatatan sahamnya di BEI pada tahun ini. Pasalnya, saham perusahaan produsen makanan ringan Taro ini, telah dihentikan perdagangannya selama 15 bulan sejak tahun 2018.
Berdasarkan surat yang disampaikan oleh Kepala Divisi Penilaian Perusahaan BEI Adi Pratomo Aryanto dan Kepala Divisi Pengaturan dan Operasional Perdagangan BEI Irvan Susandy, saham AISA berpotensi 'didepak' dari papan perdagangan karena sudah hampir melewati masa maksimal suspensi, yakni 24 bulan pada 5 Juli 2020.
Selain karena masa suspensi yang panjang, perusahaan ini juga dinilai mengalami kondisi yang secara signifikan mempengaruhi kelangsungan usaha secara signifikan. Bahkan hingga saat ini tidak dapat menunjukkan indikasi pemulihan yang memadai.
"Bursa meminta kepada publik untuk memperhatikan dan mencermati segala bentuk informasi yang disampaikan oleh Perseroan," tulis surat tersebut, dikutip CNBC Indonesia, Jumat (22/11/2019).
Menanggapi hal ini, Corporate Secretary TPS Food Michael H. Hadylaya mengatakan pemberitahuan potensi delisting ini dinilai sebagai salah satu dukungan bursa untuk mendorong pembenahan internal perusahaan.
Namun demikian perusahaan memastikan bahwa pembenahan yang dilakukan sudah menunjukkan hasil dan akan adanya perbaikan going concern perusahaan, termasuk menyelesaikan utang.
"Dengan laporan keuangan dan kewajiban bursa potensi delisting itu juga tidak ada lagi. Ketika suspensi dicabut perdagangan bisa normal kembali," katanya pada kesempatan yang sama.
![]() |
Saat ini, berdasarkan keterbukaan informasi AISA setelah hasil RUPSLB pada 22 Oktober 2019, susunan pengurus dan pemegang saham ialah:
Komisaris Utama/Independen: Yuli Sudargo
Komisaris: Jaka Prasetya
Direktur Usama: Hengky Koestanto
Direktur: Charlie Dhungga
Adapun pemegang saham yakni:
- Trophy Investors I Ltd: 9,33%
- Trophy 2014 Investor Limited: 9,09%
- BBH Luxemburg S/A Fidelity FD Sica V, FD FDS PAC FD: 7,98%
- Spruce investors Limited: 6,77%
- Primanex Limited: 5,38%
- Publik: 61,46%
(tas/hps) Next Article AISA Akhirnya Rilis Lapkeu Q3-2019, Rugi Bengkak Jadi Rp150 M
