
Sudah Anjlok Dalam, Saatnya Harga Minyak Naik?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
11 February 2020 11:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah kontrak mengalami apresiasi pada perdagangan pagi ini setelah merebaknya virus corona di China dan puluhan negara lain membuat harga minyak anjlok.
Selasa (11/2/2020), harga minyak mentah kontrak naik lebih dari 1%. Brent dihargai di US$ 53,97/barel (+1,33%) dan WTI dihargai di US$ 50,12/barel (+1,11%). Sejak kasus virus corona merebak harga minyak telah anjlok 18%. Hal ini memicu para trader untuk mengambil posisi short.
"Saya tahu volumenya yang sangat rendah hari ini.....Saya juga ingin menggaris bawahi bahwa saat ini kita sedang berada di level support secara teknikal sehingga memicu mereka yang mengambil posisi short untuk mencairkan keuntungannya" kata Michael McCarthy, Chief Market Strategist CMC Markets.
Saat ini harga minyak sudah berada di level support dan terendah dalam satu tahun terakhir. Sudah saatnya harga minyak untuk naik lagi. Namun pelaku pasar masih terus mewaspadai merebaknya virus corona.
Sebulan lebih berlalu, virus corona terus memakan korban. Menurut data John Hopkins CSSE, sudah ada 43.099 kasus terkonfirmasi positif terjangkit corona.
Walau kasus paling banyak ditemukan di China, tetapi orang yang terinfeksi virus mematikan ini telah dilaporkan di 27 negara dan kasus juga dijumpai di kapal pesiar Diamond Princess yang kini menepi di pelabuhan Yokohama Jepang untuk dikarantina.
Sampai saat ini sudah ada 1.016 orang yang meninggal dunia akibat infeksi patogen berbahaya tersebut. Sebanyak 1.014 orang berasal dari China, sementara dua kasus kematian lainnya berasal dari Hong Kong dan Filipina. Masing-masing satu kasus.
Hal ini membuat berbagai penerbangan dari dan ke China dibatalkan untuk sementara waktu. Pembatalan ini sontak membuat pasar khawatir kalau permintaan terhadap bahan bakar pesawat jadi turun.
Mewaspadai penurunan permintaan minyak, anggota organisasi negara pengekspor minyak dan aliansinya (OPEC+) mengadakan pertemuan mengingat harga minyak terus-terusan terkoreksi.
Join Technical Committee (JTC) yang memberi saran kepada OPEC+ minggu lalu melakukan pertemuan untuk membahas langkah merespons anjloknya harga minyak ini.
JTC merekomendasikan kepada OPEC dan aliansinya yang tergabung dalam OPEC+ untuk memangkas produksi minyak lebih dalam sebanyak 600.000 barel per hari. Namun Rusia masih mempertimbangkan saran ini.
Reuters melaporkan, Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan Moskow membutuhkan lebih banyak waktu untuk menilai situasi saat ini, mengingat pertumbuhan produksi minyak AS melambat dan permintaan minyak masih solid.
"Proposal untuk kembali memangkas produksi minyak tersebut gagal meringankan tekanan pada minyak, mengingat belum dibahas secara resmi oleh para menteri OPEC dan karena Rusia yang kurang sepakat dengan gagasan tersebut" kata Stephen Innes, Chief Market Strategist AxiCorp, melansir Reuters.
"Jika kartel (OPEC+) gagal mencapai kesepakatan, maka akan ada tekanan yang lebih kuat pada minyak" tambahnya.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg) Next Article Analis: Ketidakpastian Global Tekan Harga Minyak Dunia
Selasa (11/2/2020), harga minyak mentah kontrak naik lebih dari 1%. Brent dihargai di US$ 53,97/barel (+1,33%) dan WTI dihargai di US$ 50,12/barel (+1,11%). Sejak kasus virus corona merebak harga minyak telah anjlok 18%. Hal ini memicu para trader untuk mengambil posisi short.
"Saya tahu volumenya yang sangat rendah hari ini.....Saya juga ingin menggaris bawahi bahwa saat ini kita sedang berada di level support secara teknikal sehingga memicu mereka yang mengambil posisi short untuk mencairkan keuntungannya" kata Michael McCarthy, Chief Market Strategist CMC Markets.
Saat ini harga minyak sudah berada di level support dan terendah dalam satu tahun terakhir. Sudah saatnya harga minyak untuk naik lagi. Namun pelaku pasar masih terus mewaspadai merebaknya virus corona.
Walau kasus paling banyak ditemukan di China, tetapi orang yang terinfeksi virus mematikan ini telah dilaporkan di 27 negara dan kasus juga dijumpai di kapal pesiar Diamond Princess yang kini menepi di pelabuhan Yokohama Jepang untuk dikarantina.
Sampai saat ini sudah ada 1.016 orang yang meninggal dunia akibat infeksi patogen berbahaya tersebut. Sebanyak 1.014 orang berasal dari China, sementara dua kasus kematian lainnya berasal dari Hong Kong dan Filipina. Masing-masing satu kasus.
Hal ini membuat berbagai penerbangan dari dan ke China dibatalkan untuk sementara waktu. Pembatalan ini sontak membuat pasar khawatir kalau permintaan terhadap bahan bakar pesawat jadi turun.
Mewaspadai penurunan permintaan minyak, anggota organisasi negara pengekspor minyak dan aliansinya (OPEC+) mengadakan pertemuan mengingat harga minyak terus-terusan terkoreksi.
Join Technical Committee (JTC) yang memberi saran kepada OPEC+ minggu lalu melakukan pertemuan untuk membahas langkah merespons anjloknya harga minyak ini.
JTC merekomendasikan kepada OPEC dan aliansinya yang tergabung dalam OPEC+ untuk memangkas produksi minyak lebih dalam sebanyak 600.000 barel per hari. Namun Rusia masih mempertimbangkan saran ini.
Reuters melaporkan, Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan Moskow membutuhkan lebih banyak waktu untuk menilai situasi saat ini, mengingat pertumbuhan produksi minyak AS melambat dan permintaan minyak masih solid.
"Proposal untuk kembali memangkas produksi minyak tersebut gagal meringankan tekanan pada minyak, mengingat belum dibahas secara resmi oleh para menteri OPEC dan karena Rusia yang kurang sepakat dengan gagasan tersebut" kata Stephen Innes, Chief Market Strategist AxiCorp, melansir Reuters.
"Jika kartel (OPEC+) gagal mencapai kesepakatan, maka akan ada tekanan yang lebih kuat pada minyak" tambahnya.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg) Next Article Analis: Ketidakpastian Global Tekan Harga Minyak Dunia
Most Popular