
Dampak Corona, Bankir Asia Sebut IPO & Merger-Akuisisi Sepi

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah bankir di Asia bersiap-siap untuk menghadapi 'masa kekeringan' aksi korporasi karena tertundanya sejumlah pertemuan penting dan roadshow perusahaan di tengah upaya sejumlah negara yang membatasi epidemi virus corona.
Beberapa aksi korporasi termasuk lelang aset, penilaian ulang, dan potensi penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) dari perusahaan China juga melambat.
"Semua kesepakatan kami ditahan sekarang, pasar modal atau M&A [merger dan akuisisi]. Tidak ada yang terjadi," kata seorang bankir investasi senior yang berbasis di Hong Kong, yang bekerja di perbankan di Wall Street, dikutip CNBC International, Rabu (12/2/2020).
Baring Private Equity Asia, perusahaan investasi, juga diperkirakan akan memperpanjang tenggat waktu penawaran penjualan saham HCP, perusahaan pengemasan berbasis di Shanghai yang bernilai sekitar US$ 1 miliar atau Rp 13,6 triliun (asumsi kurs Rp 13.600/US$), kata empat orang yang mengetahui kesepakatan itu, dikutip CNBC.
Perusahaan investasi yang bermarkas di Hong Kong itu juga sudah mengirim teaser atau informasi awal soal penawaran saham ini sebelum Tahun Baru China. Para sumber tersebut mengatakan Baring Private pada awalnya mengharapkan tawaran pembelian saham HCP bisa masuk segera pada bulan ini.
Sayangnya, Baring menolak berkomentar dan HCP tidak menanggapi permintaan komentar dari CNBC International.
Selain itu, rencana peluncuran penjualan Eu Yan Sang International, perusahaan perawatan kesehatan yang berbasis di Singapura yang mengkhususkan diri dalam pengobatan China, juga kemungkinan akan ditunda, kata dua orang yang mengetahui masalah ini. Mereka mengatakan perusahaan tersebut berharap nilai valuasi perusahaan bisa mencapai lebih dari US$ 500 juta.
Penjualan saham perusahaan yang sebagian dimiliki oleh BUMN Singapura, Temasek Holdings, dan sebagian besar bisnisnya ada di Hong Kong, ini memang tengah didorong karena sebagian besar pembeli yang ditargetkan adalah investor China, kata para sumber tersebut.
Menanggapi permintaan Reuters, CEO Eu Yan Sang Group, Aaron Boey mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Selasa malam bahwa perusahaan tidak mengomentari "rumor" pasar seraya menambahkan bahwa fokus perusahaan yakni "melaksanakan strategi kami dan meningkatkan nilai pemegang saham" selama masa yang sangat sulit ini.
Temasek juga menolak berkomentar.
"Setiap transaksi yang berhubungan dengan China dibatalkan, sehingga itu berarti Q1 [aksi korporasi] mungkin akan dibatalkan. Pembeli Eropa dan AS juga khawatir bepergian ke Asia, "kata seorang bankir yang berbasis di Singapura.
Bank-bank besar di Hong Kong dan Singapura telah membatasi perjalanan ke China daratan dan memungkinkan staf untuk bekerja dari rumah sambil memindahkan yang lain ke lokasi kantor yang berbeda.
![]() |
Sejumlah negara telah mengurangi atau membatalkan penerbangan masuk dan keluar dari China. Virus ini telah merenggut lebih dari 1.000 nyawa dan telah menyebar ke 24 negara dan wilayah lain.
Para bankir menolak untuk diidentifikasi karena transaksi bersifat rahasia.
Sebagai perbandingan, selama epidemi SARS pada tahun 2003, volume IPO yang terkait dengan China turun 25% pada semester pertama tahun itu, dibandingkan dengan tahun 2002. Sementara volume M&A berkurang setengahnya, menurut data Refinitiv. Epidemi SARS berakhir pada Juli 2003.
China menjadi pasar yang besar baik dalam hal merger dan akuisisi serta IPO mengingat pasar China menyumbang 55% M&A dan 66% aktivitas IPO di Asia-Pasifik selama 4 tahun terakhir, dibandingkan dengan rata-rata 16% dan 50% pada tahun 2003.
Faktor lain yang akan membuat para investor dalam IPO ini 'merana' adalah potensi prospek perusahaan yang memburuk karena epidemi, kata bankir dan pengacara di sana.
"Dampak merugikan yang paling signifikan, sampai hari ini, adalah kemampuan para kandidat perusahaan yang mau IPO dan akuntan pelapor dalam menyiapkan keuangan dan diaudit dan bagi para penasihat untuk melakukan uji tuntas di lokasi mengingat gangguan perjalanan regional," kata Michael Jacobs, mitra di firma hukum Allen & Overy.
Perusahaan pembelian Carlyle Group juga diketahui telah menunda IPO di AS karena perusahaan yang masuk Grup Atotech, grup bisnis bahan kimia Jerman, ini khawatir bahwa wabah coronavirus akan merusak dan menurunkan nilai perusahaan, menurut laporan Reuters pekan lalu.
"Selama beberapa minggu ke depan, tidak banyak yang diharapkan terjadi di pasar, baik di sisi M&A dan IPO. Saya mencoba untuk fokus pada kesepakatan lain di mana hampir tidak ada keterlibatan China, "kata seorang bankir yang berbasis di Hong Kong.
(tas/hps) Next Article Merger-Akuisisi Ramai, 4 Sektor Ini Seksi di Mata Asing