
OCBC & DBS Dikabarkan Mundur, Saham Bank Permata Ambles 10%
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
18 November 2019 11:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) anjlok cukup dalam pada perdagangan sesi I di Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin ini (18/11/2019).
Data perdagangan mencatat, pada pukul 10:13 WIB, harga saham BNLI terkoreksi 9,65% ke level Rp 1.030/saham dengan nilai transaksi sebesar Rp 58,63 miliar dan volume perdagangan ada di 55,23 juta unit transaksi.
Harga saham BNLI diterpa aksi jual setelah Oversea-Chinese Banking Corp (OCBC) Group Holdings dan DBS Group Holdings (DBS), dikabarkan menarik diri dari niatnya untuk membeli saham perusahaan, dilansir dari Reuters.
"Meskipun OCBC dan DBS telah menunjukkan ketertarikan atas penjualan [lelang] BNLI, mereka tidak lagi mengejar itu," ujar salah seorang sumber yang tidak ingin disebutkan namanya kepada Reuters.
Padahal, belum lama ini Tan Shu Shan, Head of Institutional Banking Group DBS, dalam wawancara dengan Business Times Singapura mengakui, DBS sedang berupaya meningkatkan cakupan pasar Asia Tenggara. "Yang pasti, DBS ingin meningkatkan fokus Asean-nya," tulis laporan tersebut, Minggu (10/11/2019).
Lebih lanjut, CITI Investment Research melihat keputusan penarikan diri OCBC sebagai hal yang memiliki efek positif terhadap saham perusahaan.
"Kami melihat ini sebagai hal positif untuk saham [OCBC] karena kami sebelumnya berpendapat bahwa merger dan akuisisi di Indonesia memiliki tantangan yang signifikan," tegas analis Citi Robert Kong dalam sebuah catatan, dikutip dari Business Times, Sabtu (16/11/2019).
Selain itu laporan Bloomberg juga memberitakan bahwa OCBC dan BNLI "tidak cocok setelah melakukan uji tuntas [due diligence]," seperti diwartakan Business Times.
Merujuk pada kabar tersebut, dengan mundurnya OCBC dan DBS maka peluang Sumitomo Mitsui Financial Group (SMFG) untuk mengakuisisi mayoritas saham BNLI menjadi lebih besar.
Bila SMFG melenggang membeli saham Bank Permata, ini artinya, bank-bank Jepang kian agresif berinvestasi di Indonesia setelah sebelumnya Sumitomo Mitsui juga menjadi pemegang saham mayoritas PT Bank BTPN Tbk (BTPN) setelah mencaplok 94% saham di PT Bank Danamon Indonesia (BDMN) secara bertahap senilai US$ 6 miliar.
Prospek Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dan margin bunga bersih yang tinggi membuat bisnis bank jadi daya tarik bagi investor Jepang.
"Bank-bank Jepang telah menjadi investor yang tertarik di pasar luar negeri, terutama di Asia karena menghadapi suku bunga rendah yang berkepanjangan," tulis Reuters.
Sebagai informasi, saat ini pemegang saham mayoritas BNLI adalah Bank Standard Chartered dan PT Astra International Tbk (ASII) dengan kepemilikan masing-masing 44,56%.
Per akhir September 2019, laba bersih BNLI melesat 121,11% secara tahunan menjadi Rp 1,09 triliun dari sebelumnya hanya Rp 494,15 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/tas) Next Article Ada Transaksi Jumbo, Saham Ini Terbang Sentuh ARA
Data perdagangan mencatat, pada pukul 10:13 WIB, harga saham BNLI terkoreksi 9,65% ke level Rp 1.030/saham dengan nilai transaksi sebesar Rp 58,63 miliar dan volume perdagangan ada di 55,23 juta unit transaksi.
Harga saham BNLI diterpa aksi jual setelah Oversea-Chinese Banking Corp (OCBC) Group Holdings dan DBS Group Holdings (DBS), dikabarkan menarik diri dari niatnya untuk membeli saham perusahaan, dilansir dari Reuters.
"Meskipun OCBC dan DBS telah menunjukkan ketertarikan atas penjualan [lelang] BNLI, mereka tidak lagi mengejar itu," ujar salah seorang sumber yang tidak ingin disebutkan namanya kepada Reuters.
Padahal, belum lama ini Tan Shu Shan, Head of Institutional Banking Group DBS, dalam wawancara dengan Business Times Singapura mengakui, DBS sedang berupaya meningkatkan cakupan pasar Asia Tenggara. "Yang pasti, DBS ingin meningkatkan fokus Asean-nya," tulis laporan tersebut, Minggu (10/11/2019).
"Kami melihat ini sebagai hal positif untuk saham [OCBC] karena kami sebelumnya berpendapat bahwa merger dan akuisisi di Indonesia memiliki tantangan yang signifikan," tegas analis Citi Robert Kong dalam sebuah catatan, dikutip dari Business Times, Sabtu (16/11/2019).
Selain itu laporan Bloomberg juga memberitakan bahwa OCBC dan BNLI "tidak cocok setelah melakukan uji tuntas [due diligence]," seperti diwartakan Business Times.
Merujuk pada kabar tersebut, dengan mundurnya OCBC dan DBS maka peluang Sumitomo Mitsui Financial Group (SMFG) untuk mengakuisisi mayoritas saham BNLI menjadi lebih besar.
Bila SMFG melenggang membeli saham Bank Permata, ini artinya, bank-bank Jepang kian agresif berinvestasi di Indonesia setelah sebelumnya Sumitomo Mitsui juga menjadi pemegang saham mayoritas PT Bank BTPN Tbk (BTPN) setelah mencaplok 94% saham di PT Bank Danamon Indonesia (BDMN) secara bertahap senilai US$ 6 miliar.
Prospek Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dan margin bunga bersih yang tinggi membuat bisnis bank jadi daya tarik bagi investor Jepang.
"Bank-bank Jepang telah menjadi investor yang tertarik di pasar luar negeri, terutama di Asia karena menghadapi suku bunga rendah yang berkepanjangan," tulis Reuters.
Sebagai informasi, saat ini pemegang saham mayoritas BNLI adalah Bank Standard Chartered dan PT Astra International Tbk (ASII) dengan kepemilikan masing-masing 44,56%.
Per akhir September 2019, laba bersih BNLI melesat 121,11% secara tahunan menjadi Rp 1,09 triliun dari sebelumnya hanya Rp 494,15 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/tas) Next Article Ada Transaksi Jumbo, Saham Ini Terbang Sentuh ARA
Most Popular