
Sumitomo Mitsui Semakin Berpeluang Caplok Bank Permata?
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
15 November 2019 19:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Peluang bank asal Jepang, Sumitomo Mitsui Financial Group Inc (SMBC) mengakuisisi PT Bank Permata Tbk (BNLI) kian besar. SMFG dikabarkan sedang dalam pembicaraan lanjutan untuk merundingkan persyaratan membeli saham Bank Permata.
Memang, dari rumor yang beredar di sejak Oktober lalu, Sumitomo Mitsui bersama dua bank asal Singapura, DBS Group dan Oversea-Chinese Banking Corp (OCBC) menjadi tiga kandidat terkuat membeli saham Bank Permata, bank dengan nilai kapitalisasi pasar US$ 2,7 miliar atau setara Rp 31,97 triliun.
Kantor berita Reuters menuliskan, meski ada pembicaraan lanjut mengenai rencana akuisisi tersebut, SMFG belum tentu mendapat hak istimewa membeli saham BNLI yang saat ini digenggam masing-masing sebanyak 45% oleh Grup Astra dan Standard Chartered Bank Plc (Stanchart) asal Inggris.
"Singapura OCBC Group Holdings dan DBS Group Holdings telah menunjukkan minat untuk membeli saham Bank Permata, mereka tidak lagi memaksanya," tulis Reuters Jumat (15/11/2019).
Sayangnya, Standard Chartered, SMFG, OCBC, DBS maupun Astra menolak memberikan komentar mengenai kabar tersebut.
Padahal, belum lama ini Tan Shu Shan, Head of Institutional Banking Group DBS, dalam wawancara dengan Business Times Singapura mengakui, DBS sedang berupaya meningkatkan cakupan pasar Asia Tenggara. "Yang pasti, DBS ingin meningkatkan fokus Asean-nya," tulis laporan tersebut, Minggu (10/11/2019).
DBS tetap menjadi salah satu pihak yang tertarik untuk mengakuisisi Bank Permata Indonesia yang valuasinya diperkirakan bernilai sekitar US $ 2,7 miliar atau sekitar Sin $ 3,7 miliar, seperti ditulis Reuters pada Kamis (7/11/2019.
Selain SMFG, bank-bank Asia Tenggara memang banyak yang tertarik pada Permata, tetapi karena harga yang terlampau tinggi membuat peminat undur dari proses uji tuntas (due diligence) tersebut.
Bila SMFG melenggang membeli saham Bank Permata, ini artinya, bank-bank Jepang kian agresif berinvestasi di Indonesia setelah sebelumnya Sumitomo Mitsui juga menjadi pemegang saham mayoritas PT Bank BTPN Tbk (BTPN) setelah membeli membeli 94% saham di PT Bank Danamon Indonesia (BDMN) secara bertahap senilai $ 6 miliar.
Prospek Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dan marjin bunga bersih yang tinggi membuat bisnis bank jadi daya tarik bagi investor Jepang.
"Bank-bank Jepang telah menjadi investor yang tertarik di pasar luar negeri, terutama di Asia karena menghadapi suku bunga rendah yang berkepanjangan," tulis Reuters.
(roy/roy) Next Article Soal Divestasi Bank Permata, Bos Astra Masih Bergeming
Memang, dari rumor yang beredar di sejak Oktober lalu, Sumitomo Mitsui bersama dua bank asal Singapura, DBS Group dan Oversea-Chinese Banking Corp (OCBC) menjadi tiga kandidat terkuat membeli saham Bank Permata, bank dengan nilai kapitalisasi pasar US$ 2,7 miliar atau setara Rp 31,97 triliun.
Sayangnya, Standard Chartered, SMFG, OCBC, DBS maupun Astra menolak memberikan komentar mengenai kabar tersebut.
Padahal, belum lama ini Tan Shu Shan, Head of Institutional Banking Group DBS, dalam wawancara dengan Business Times Singapura mengakui, DBS sedang berupaya meningkatkan cakupan pasar Asia Tenggara. "Yang pasti, DBS ingin meningkatkan fokus Asean-nya," tulis laporan tersebut, Minggu (10/11/2019).
DBS tetap menjadi salah satu pihak yang tertarik untuk mengakuisisi Bank Permata Indonesia yang valuasinya diperkirakan bernilai sekitar US $ 2,7 miliar atau sekitar Sin $ 3,7 miliar, seperti ditulis Reuters pada Kamis (7/11/2019.
Selain SMFG, bank-bank Asia Tenggara memang banyak yang tertarik pada Permata, tetapi karena harga yang terlampau tinggi membuat peminat undur dari proses uji tuntas (due diligence) tersebut.
Bila SMFG melenggang membeli saham Bank Permata, ini artinya, bank-bank Jepang kian agresif berinvestasi di Indonesia setelah sebelumnya Sumitomo Mitsui juga menjadi pemegang saham mayoritas PT Bank BTPN Tbk (BTPN) setelah membeli membeli 94% saham di PT Bank Danamon Indonesia (BDMN) secara bertahap senilai $ 6 miliar.
Prospek Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dan marjin bunga bersih yang tinggi membuat bisnis bank jadi daya tarik bagi investor Jepang.
"Bank-bank Jepang telah menjadi investor yang tertarik di pasar luar negeri, terutama di Asia karena menghadapi suku bunga rendah yang berkepanjangan," tulis Reuters.
(roy/roy) Next Article Soal Divestasi Bank Permata, Bos Astra Masih Bergeming
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular