
Saham ARTO Liar Lagi, Sempat Meroket 19%, Turun, Lalu Naik 6%
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
18 November 2019 10:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Tak lama setelah pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin ini (18/11/2019), harga saham PT Bak Artos Indonesia Tbk (ARTO) sempat melesat ke level Rp 3.500/saham atau naik 18,64% dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya.
Namun, perlahan kenaikan saham ARTO mulai terkikis dan pada pukul 09:33 WIB tercatat naik sebesar 5,76% ke level Rp 3.120/saham setelah sebelumnya minus 2,7%.
Melansir data BEI total transaksi yang dicatatkan mencapai Rp 670,4 juta dengan volume perdagangan 205.300 unit transaksi.
Pada pukul 10.23 WIB, data BEI mencatat, saham ARTO naik 6,10% di level Rp 3.130/saham.
Pada 6 November 2019, BEI baru membuka kembali perdagangan saham ARTO, baik di pasar reguler dan pasar tunai setelah sebelumnya dihentikan sementara perdagangannya (suspensi) pada 8 Oktober 2019. Setelah suspensi dibuka harga saham ARTO bergerak liar setiap harinya, dengan mayoritas mencatatkan kenaikan atau pun penurunan dua digit.
Sementara itu, saham perusahaan mayoritas ditransaksikan oleh investor domestik. Pasalnya, melansir data BEI dalam seminggu terakhir investor asing terlihat hanya membukukan aksi jual bersil (net sell) senilai Rp 1 juta.
Sebagai informasi, pergerakan liar saham ARTO dipicu oleh pemberitaan bahwa perusahaan akan menjadi bank yang menangani transaksi Gojek alias GoBank.
Meskipun demikian, perusahaan menampik kabar tersebut. "Kami juga tidak tahu sumber informasi itu dari mana [GoBank]," ujar Deddy Triyana, Plt Direktur Utama ARTO dalam public expose insidentil, Senin (14/10/2019).
Dalam kesempatan itu Deddy mengatakan bahwa perseroan belum pernah melakukan komunikasi terkait isu akan menjadi GoBank. Dia juga menegaskan Bank Artos juga belum pernah berkomunikasi dengan ekosistem manapun, termasuk Gojek.
Lebih lanjut, dengan harga saham perusahaan yang terus melesat, di mana sepanjang tahun berjalan meroket 1595,65%, apakah harga sahamnya tergolong mahal atau masih murah?
Salah satu metode yang umum digunakan analis untuk melihat apakah harga saham suatu emiten terbilang mahal atau murah adalah dengan menggunakan price to earning ratio (PER) dan price to book value (PBV).
Akan tetapi, berhubung rilis laporan keuangan terbaru ARTO, yakni per 30 September 2019 mencatatkan rugi bersih Rp 19,09 miliar, maka penggunaan PER tidak lagi representatif.
Oleh karena itu metode yang dapat digunakan adalah PBV yang dihitung dengan membagi harga saham dengan nilai buku ekuitas perusahaan.
Dengan asumsi harga saham Rp 3.130/saham dan nilai buku per saham Rp 80,09/saham, maka PBV saham ARTO sebesar 39,09 kali. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan rerata PBV saham emiten keuangan yang hanya 2,38 kali, melansir laporan statistik BEI bulan Oktober.
Dengan nilai PBV yang jauh di atas rerata industri, dapat dikatakan harga saham ARTO cukup mahal.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/tas) Next Article Saham Meroket 1.046% & Mau Jadi GoBank, ARTO Kena Suspen BEI
Namun, perlahan kenaikan saham ARTO mulai terkikis dan pada pukul 09:33 WIB tercatat naik sebesar 5,76% ke level Rp 3.120/saham setelah sebelumnya minus 2,7%.
Melansir data BEI total transaksi yang dicatatkan mencapai Rp 670,4 juta dengan volume perdagangan 205.300 unit transaksi.
Pada 6 November 2019, BEI baru membuka kembali perdagangan saham ARTO, baik di pasar reguler dan pasar tunai setelah sebelumnya dihentikan sementara perdagangannya (suspensi) pada 8 Oktober 2019. Setelah suspensi dibuka harga saham ARTO bergerak liar setiap harinya, dengan mayoritas mencatatkan kenaikan atau pun penurunan dua digit.
Sementara itu, saham perusahaan mayoritas ditransaksikan oleh investor domestik. Pasalnya, melansir data BEI dalam seminggu terakhir investor asing terlihat hanya membukukan aksi jual bersil (net sell) senilai Rp 1 juta.
Sebagai informasi, pergerakan liar saham ARTO dipicu oleh pemberitaan bahwa perusahaan akan menjadi bank yang menangani transaksi Gojek alias GoBank.
Meskipun demikian, perusahaan menampik kabar tersebut. "Kami juga tidak tahu sumber informasi itu dari mana [GoBank]," ujar Deddy Triyana, Plt Direktur Utama ARTO dalam public expose insidentil, Senin (14/10/2019).
Dalam kesempatan itu Deddy mengatakan bahwa perseroan belum pernah melakukan komunikasi terkait isu akan menjadi GoBank. Dia juga menegaskan Bank Artos juga belum pernah berkomunikasi dengan ekosistem manapun, termasuk Gojek.
Lebih lanjut, dengan harga saham perusahaan yang terus melesat, di mana sepanjang tahun berjalan meroket 1595,65%, apakah harga sahamnya tergolong mahal atau masih murah?
Salah satu metode yang umum digunakan analis untuk melihat apakah harga saham suatu emiten terbilang mahal atau murah adalah dengan menggunakan price to earning ratio (PER) dan price to book value (PBV).
Akan tetapi, berhubung rilis laporan keuangan terbaru ARTO, yakni per 30 September 2019 mencatatkan rugi bersih Rp 19,09 miliar, maka penggunaan PER tidak lagi representatif.
Oleh karena itu metode yang dapat digunakan adalah PBV yang dihitung dengan membagi harga saham dengan nilai buku ekuitas perusahaan.
Dengan asumsi harga saham Rp 3.130/saham dan nilai buku per saham Rp 80,09/saham, maka PBV saham ARTO sebesar 39,09 kali. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan rerata PBV saham emiten keuangan yang hanya 2,38 kali, melansir laporan statistik BEI bulan Oktober.
Dengan nilai PBV yang jauh di atas rerata industri, dapat dikatakan harga saham ARTO cukup mahal.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/tas) Next Article Saham Meroket 1.046% & Mau Jadi GoBank, ARTO Kena Suspen BEI
Most Popular