Iran Balas Dendam ke AS, Pasar Saham Ambruk & Emas Melambung

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 January 2020 11:36
Iran Balas Dendam ke AS, Pasar Saham Ambruk & Emas Melambung
Foto: Dow Jones (REUTERS/Brendan McDermid)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan dunia kembali digemparkan oleh memanasnya tensi geopolitik antara AS dan Iran.

Mengutip CNBC International, pada pagi hari ini waktu Indonesia, Rabu (8/1/2019), Iran menembakkan misil ke beberapa markas militer AS di Irak.

Diketahui, lebih dari selusin misil balistik diluncurkan oleh Iran ke beberapa markas militer AS tersebut. Serangan tersebut sudah dikonfirmasi oleh Pentagon.

Serangan pada hari ini merupakan balasan dari Iran atas serangan yang sebelumnya diluncurkan oleh AS.

Hingga berita ini diturunkan, #IranvsUSA memuncaki daftar trending topic dunia. Sementara itu, #IranAttacks menempati posisi empat.

Sebelumnya menjelang akhir pekan kemarin, "World War 3" sempat memuncaki daftar trending topic dunia selama nyaris seharian penuh.

Iran Balas Dendam ke AS, Begini Respons Pasar Keuangan DuniaFoto: Trending Topic Twitter

Seperti yang diketahui, pada Jumat pagi waktu Indonesia (3/1/2020) AS diketahui telah menembak mati petinggi pasukan militer Iran. Jenderal Qassim Soleimani yang merupakan pemimpin dari Quds Force selaku satuan pasukan khusus yang dimiliki Revolutionary Guards (salah satu bagian dari pasukan bersenjata Iran), tewas dalam serangan udara yang diluncurkan oleh AS di Baghdad.

Selain itu, Abu Mahdi al-Muhandis yang merupakan wakil komandan dari Popular Mobilization Forces selaku kelompok milisi Irak yang dibekingi oleh Iran, juga meninggal dunia.

Pasca serangan yang menewaskan Soleimani, Iran mengutuk keras tindakan AS. Dalam pernyataannya, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengutuk keras tindakan AS. Dirinya menyatakan bahwa Iran tidak takut untuk membalas AS.

"AS bertanggung jawab atas semua konsekuensi dari keputusan jahatnya," tegasnya melalui akun Twitter sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (3/1/2020).

Soleimani sendiri telah disanksi oleh AS sejak tahun 2007 dan pada Mei 2019, Washington memutuskan untuk melabeli Revolutionary Guards, beserta dengan seluruh bagiannya, sebagai organisasi teroris, menandai kali pertama label tersebut diberikan terhadap lembaga militer resmi dari sebuah negara.

Balasan dari AS sepertinya tak terelakkan. Pasalnya, sebelumnya pada Minggu pagi waktu Indonesia (5/1/2020) atau Sabtu malam waktu AS (4/1/2020), Presiden AS Donald Trump memperingatkan Iran untuk tidak melakukan balasan atas pembunuhan Soleimani yang diotorisasi sendiri oleh dirinya. Kalau sampai peringatan tersebut tak diindahkan, Trump menyatakan akan menyerang sebanyak 52 wilayah sebagai balasan.

[Gambas:Video CNBC]



Hal tersebut diumumkan oleh Trump melalui serangkaian cuitan di akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump. Menurut Trump, beberapa dari 52 wilayah tersebut merupakan lokasi yang sangat penting bagi Iran. Dipilihnya 52 wilayah tersebut melambangkan jumlah tawanan asal AS yang disandera oleh Iran di masa lalu.

Iran Balas Dendam ke AS, Begini Respons Pasar Keuangan DuniaFoto: Twitter Donald Trump

Eskalasi tensi antara AS dan Iran membuat pasar saham dunia berguguran. Pelaku pasar bermain defensif lantaran dihadapkan dengan potensi meletusnya perang dunia 3.

Saat ini, seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak melaju di zona merah. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei ambruk 1,96%, indeks Shanghai jatuh 0,51%, indeks Hang Seng melemah 0,53%, indeks Straits Times terpangkas 0,75%, dan indeks Kospi terkoreksi 0,63%.

Beralik ke bursa saham AS alias Wall Street, perdagangan hari ini tampaknya akan menjadi perdagangan yang berat.

Hingga pukul 11:25 WIB, kontrak futures indeks Dow Jones mengimplikasikan penurunan sebesar 109,68 poin, sementara indeks S&P 500 dan indeks Nasdaq Composite diimplikasikan turun masing-masing sebesar 10,53 dan 43,2 poin. Pada sekitar pukul 09:00 WIB, kontrak futures indeks Dow Jones sempat mengimplikasikan penurunan hingga 350 poin lebih.

Jika dihitung persentasenya, maka indeks Dow Jones diimplikasikan turun sebesar 0,38% pada pembukaan perdagangan nanti malam, sementara indeks S&P 500 dan indeks Nasdaq Composite diimplikasikan jatuh masing-masing sebesar 0,33% dan 0,48%.

Sementara itu, pada hari ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selaku indeks saham acuan di Indonesia dibuka melemah 0,49% ke level 6.248,44. Hingga berita ini diturunkan, koreksi IHSG telah bertambah dalam menjadi 0,6% ke level 6.241,89.

Di sisi lain, instrumen yang masuk kategori safe haven seperti obligasi menjadi incaran pelaku pasar. Hingga berita ini diturunkan, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS turun hingga 3,69 basis poin (bps).

Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.

Lebih lanjut, emas yang juga merupakan safe haven ikut membukukan kenaikan harga. Melansir data Refinitiv, harga emas di pasar spot pada perdagangan hari ini melejit hingga 1,16%, dari level US$ 1.573,89/troy ons menjadi US$ 1.592,21/troy ons.

Kemudian, yen dan franc yang juga masuk kategori sebagai safe haven membukukan apresiasi melawan dolar AS. Hingga berita in diturunkan, yen menguat 0,09% melawan dolar AS di pasar spot, sementara franc terapresiasi 0,06%.

Eskalasi tensi antara AS dan iran membuat harga minyak mentah dunia melejit.

Hingga berita ini diturunkan, harga minyak mentah WTI kontrak acuan menguat 1,45% ke level US$ 63,61/barel, sementara harga minyak brent kontrak acuan terapresiasi 1,41% ke level US$ 69,23/barel.

Pada perdagangan hari ini, harga minyak mentah WTI sempat melesat hingga 4%, menandai kenaikan tertinggi sejak April 2019 lalu.

Sebelumnya pada perdagangan hari Jumat (3/1/2020) kala Soleimani dieksekusi oleh AS, harga minyak mentah WTI kontrak acuan menguat hingga 3,06% ke level US$ 63,05/barel, sementara harga minyak brent kontrak acuan terapresiasi 3,55% ke level US$ 68,6/barel.

Lantas, peluang harga minyak mentah dunia melejit ke level US$ 80/barel semakin terbuka lebar. Dalam risetnya yang dipublikasikan pada hari Jumat, Eurasia Group mengatakan bahwa memanasnya tensi antara AS dan Iran akan membuat harga minyak mentah bergerak ke kisaran US$ 70/barel dan bertahan di sana.

“Satu hal yang pasti: Iran akan merespons,” tulis para analis dari Eurasia Group dalam risetnya, seperti dikutip dari CNBC International.

“Kami memproyeksikan gesekan dalam level moderat hingga rendah untuk berlangsung selama setidaknya satu bulan dan kemungkinan akan terbatas di Irak. Kelompok militer yang dibekingi oleh Iran akan menyerang markas-markas militer AS dan sejumlah tentara AS akan terbunuh; AS akan membalas dengan serangan-serangan di Irak.”

Namun, Eurasia Group memproyeksikan bahwa harga minyak mentah bisa melejit hingga ke level US$ 80/barel jika konflik merembet ke ladang minyak di bagian selatan Irak atau jika Iran kian gencar memberikan gangguan terhadap kapal-kapal yang melintas di Timur Tengah.

Seperti yang diketahui, harga minyak mentah dunia sempat melejit pada pertengahan Juni 2019 pasca dua buah kapal tanker yang tengah mengangkut naphta dan metanol diserang di perairan Fujairah, Selat Hormuz. Meskipun tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut, dua kapal tersebut terbakar dan rusak parah.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuding Iran sebagai dalang dibalik penyerangan tersebut. Dirinya mengatakan bahwa kesimpulan tersebut diambil berdasarkan data intelijen, jenis senjata yang digunakan, dan tingkat kesulitan penyerangan.

Ketika kondisi di Timur Tengah memanas, terlebih di Selat Hormuz, perusahaan-perusahaan kargo akan semakin takut untuk melakukan operasi pengiriman melalui wilayah tersebut. Diketahui bahwa seperlima konsumsi minyak global didistribusikan melalui Selat Hormuz.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular