Bahaya! World War 3 Meletus: Pasar Saham Loyo, Emas Menguat

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 January 2020 15:47
Pasar saham dunia berguguran pada hari ini, Jumat (3/1/2020), menyusul memanasnya tensi geopolitik antara AS dan Iran.
Foto: Serangan terhadap Kedutaan Besar AS mengekspos pelebaran kesenjangan AS-Irak terhadap Iran. ( (AP Photo/Nasser Nasser)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham dunia berguguran pada hari ini, Jumat (3/1/2020), menyusul memanasnya tensi geopolitik antara AS dan Iran.

Hingga berita ini diturunkan, mayoritas indeks saham utama di kawasan Asia ditransaksikan di zona merah. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei jatuh 0,76%, indeks Shanghai melemah 0,11%, indeks Hang Seng terkoreksi 0,24%, dan indeks Straits Times terpangkas 0,64%.

Beralih ke kawasan Eropa, indeks SXXP 600 yang beranggotakan 600 perusahaan dari 17 negara di wilayah Eropa terkoreksi 0,56%.

Sementara itu, perdagangan hari ini tampaknya akan menjadi perdagangan yang berat bagi bursa saham AS alias Wall Street.

Hingga pukul 15:30 WIB, kontrak futures indeks Dow Jones mengimplikasikan penurunan sebesar 205,8 poin, sementara indeks S&P 500 dan indeks Nasdaq Composite diimplikasikan turun masing-masing sebesar 25,9 dan 75,97 poin.


Jika dihitung persentasenya, maka indeks Dow Jones diimplikasikan turun sebesar 0,71% pada pembukaan perdagangan nanti malam, sementara indeks S&P 500 dan indeks Nasdaq Composite diimplikasikan jatuh masing-masing sebesar 0,8% dan 0,84%.

Mengutip CNBC International, AS dikabarkan telah menembak mati petinggi pasukan militer Iran. Eskalasi tersebut menandai semakin terpecahnya AS dengan Iran.

Mengutip CNBC International, Jenderal Qassim Soleimani yang merupakan pemimpin dari Quds Force selaku satuan pasukan khusus yang dimiliki Revolutionary Guards (salah satu bagian dari pasukan bersenjata Iran), dikabarkan tewas dalam serangan udara yang diluncurkan oleh AS di Baghdad.

Selain itu, Abu Mahdi al-Muhandis yang merupakan wakil komandan dari Popular Mobilization Forces selaku kelompok milisi Irak yang dibekingi oleh Iran, juga dilaporkan meninggal dunia. Laporan dari CNBC International tersebut mengutip pemberitaan dari stasiun televisi di Irak, beserta pejabat pemerintahan.

Melansir Bloomberg, serangan udara yang diluncurkan oleh AS terjadi di dekat bandara internasional Baghdad.

Memanasnya tensi antara AS dan Iran bukan hanya diperbincangkan oleh pelaku pasar, namun juga masyrakat secara umum. Hingga berita ini diturunkan, kata "Iran" memuncaki daftar trending topic dunia. Sementara itu, Soleimani yang tewas dalam serangan AS menempati posisi tujuh.

Menariknya, trending topic dunia nomor dua dan tiga diisi oleh "World War 3" dan "WWIII". Memanasnya tensi geopolitik antara AS dan Iran telah memantik kekhawatiran bahwa perang dunia ketiga akan segera meletus.

Khawatir World War 3 Meletus: Pasar Saham Loyo, Emas MenguatFoto: Twitter


Hal ini sejatinya wajar saja. Pasalnya, Pentagon kini telah mengonfirmasi tewasnya Soleimani. Pentagon mengonfirmasi bahwa Soleimani tewas dalam sebuah serangan yang diluncurkan AS menggunakan drone.

"Atas arahan Presiden, militer AS telah mengambil tindakan defensif yang diperlukan untuk melindungi personil AS di luar negeri dengan membunuh Qasem Soleimani," tulis Pentagon dalam keterangan resmi.

"Jenderal Soleimani secara aktif mengembangkan rencana untuk menyerang para diplomat dan personel militer AS di Irak dan seluruh kawasan regional," jelas Pentagon.

"Soleimani dan pasukan Quds beratnggung jawab atas kematian ratusan masyarakat AS dan personel militer koalisi, serta telah melukai ribuan lainnya."

Iran pun tak tinggal diam. Dalam pernyataannya, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengutuk keras tindakan AS. Dirinya menyatakan bahwa Iran tidak takut untuk membalas AS.

"AS bertanggung jawab atas semua konsekuensi dari keputusan jahatnya," tegasnya melalui akun Twitter sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (3/1/2019).

Hal senada juga ditegaskan tokoh militer Iran Mohsen Rezaei. Dirinya menegaskan bahwa Iran akan melakukan balas dendam terhadap AS.

"Dia (Soleimani) bergabung dengan saudara-saudara lain yang syahid. Tetapi kita tetap akan membalas dendam ke AS," katanya, juga melalui akun Twitter.

[Gambas:Video CNBC]


Soleimani sendiri telah disanksi oleh AS sejak tahun 2007 dan pada Mei 2019, Washington memutuskan untuk melabeli Revolutionary Guards, beserta dengan seluruh bagiannya, sebagai organisasi teroris, menandai kali pertama label tersebut diberikan terhadap lembaga militer resmi dari sebuah negara.

Serangan udara yang diluncurkan oleh AS di Baghdad merupakan eskalasi teranyar dari hubungan AS-Iran yang sudah panas dalam beberapa waktu terakhir. Pada pekan kemarin, seorang kontraktor asal AS diketahui tewas dalam serangan roket di markas militer Irak di Kirkuk.

Pembunuhan terhadap kontraktor asal AS tersebut kemudian direspons AS dengan menyerang pasukan militer yang dibekingi Iran di Irak. Selepas itu, kedutaan besar AS di Irak diserang oleh Kataeb Hezbollah, kelompok milisi yang dibekingi oleh Iran.

Jika ditarik lebih jauh, tensi antara AS dan Iran sudah panas sejak tahun 2018 silam kala AS menarik diri dari kesepakatan internasional yang bertujuan untuk membatasi ruang gerak Iran dalam mengembangkan senjata nuklir. Menurut Presiden AS Donald Trump, kesepakatan tersebut tak cukup dalam membatasi ruang gerak Iran. AS pun pada akhirnya kembali mengenakan sanksi ekonomi bagi Tehran.

Sejak awal menjadi presiden AS, Trump sebenarnya selalu menunjukkan keenganannya dalam berperang melawan negara Timur Tengah. Pasalnya, biaya yang harus dikeluarkan untuk berperang memang tidak murah.

Namun, serangkaian eskalasi tensi geopolitik antara Negeri Paman Sam dengan Iran dikhawatirkan akan membuat kesabaran Trump habis. Pada akhirnya, memang potensi perang antara AS dengan Iran tak bisa dikesampingkan.

Di sisi lain, instrumen safe haven menjadi pilihan pelaku pasar kala tensi geopolitik sedang panas seperti saat ini. Hingga berita ini diturunkan, harga emas di pasar spot dunia menguat 0,98% ke level US$ 1.543,67/troy ons. Sementara itu, yen yang juga merupakan safe haven menguat sebesar 0,53% melawan dolar AS di pasar spot.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/ank) Next Article Iran Balas Dendam ke AS, Pasar Saham Ambruk & Emas Melambung

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular