
Internasional
Khawatir Perang AS vs Iran, Harga Minyak Meroket
Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
03 January 2020 11:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak meroket tajam di Jumat (3/1/2019) setelah Pentagon mengkonfirmasi bahwa serangan AS ke Irak telah menewaskan pemimpin militer Iran Qasem Soleimani.
Pada pukul 10.00 WIB, minyak Brent naik 2,88% menjadi US$ 68,14 per barel. Sementara minyak mentah AS, West Texas Intermediate, naik 2,70% menjadi US$ 62,82 per barel.
Sebagaimana dikutip dari CNBC Internasional, Kepala Strategi Komoditas Global di RBC Market mengatakan serangan AS bisa membawa dunia ke jurang peperangan. Apalagi, Iran tidak akan tinggal diam dengan aksi AS tersebut.
"Ini membawa kita ke jurang perang," tegasnya.
Sebelumnya, AS menyerang sebuah kawasan di dalam Bandara Internasional Baghdad dengan pesawat tak berawak (sempat disebut rudal).
"Atas arahan Presiden, militer AS telah mengambil tindakan defensif yang menentukan untuk melindungi personil AS di luar negeri," kata Pentagon dalam keterangan resmi.
"Dengan membunuh Qasem Soleimani ... Jenderal Soleimani secara aktif mengembangkan rencana untuk menyerang para diplomat Amerika dan anggota layanan di Irak dan seluruh kawasan," jelas Pentagon.
"Soleimani dan pasukan Quds beratnggung jawab atas kematian ratusan orang Amerika dan anggota layanan koalisi dan melukai ribuan lainnya."
Soleimani sendiri adalah pemimpin unit pasukan khusus Pengawal Revolusi Iran. Ia merupakan tokoh kunci politik Iran dan Timur Tengah.
Kematiannya diprediksi memperburuk ketegangan antara AS dan Iran. Diperkirakan Iran akan membalas serangan AS ini.
Dalam serangan ini, pejabat militer Irak juga tewas. Dalam keterangannya pemimpin kelompok paramiliter Irak Hashed Al-Shaabi mengatakan Wakil Pemimpin Hashed juga tewas.
"Deputi Abu Mahdi al-Muhandis dan pemimpin Angkatan Militer Quds, Qasem Soleimani terbunuh dalam serangan AS yang menargetkan mobil mereka di Bandara Internasional Baghdad," kata Hashed sebagaimana dikutip dari AFP.
Hashed sendiri adalah jaringan unit bersenjata yang sebagian besar didominasi kelompok Syiah. Syiah merupakan salah satu aliran yang dianut Muslim, selain Sunni.
Hashed memiliki hubungan dekat dengan Iran. Namun sudah resmi menjadi bagian dari pasukan keamanan Irak.
Sebelumnya, pada Minggu, AS melakukan serangan terhadap pangkalan milisi Kataib Hezbollah di Irak. Dalam serangan itu, sedikitnya 25 pejuang milisi tewas dan sedikitnya 55 lainnya mengalami luka.
Namun serangan AS ini membuat Irak kecewa. Pasalnya serangan itu melanggar kedaulatan negara tersebut.
Akibat konflik ini juga, Irak mengatakan akan mempertimbangkan kembali kerja sama dengan koalisi internasional yang dipimpin AS untuk melawan Negara Islam (ISIS). Ini ditegaskan Dewan Keamanan Nasional Irak dalam sebuah pernyataan.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menyalahkan Iran atas serangan AS ke Irak. Pasalnya serangan AS ke pangkalan milisi Hezbollah di Irak, terjadi karena pasukan itu didukung penuh oleh Iran.
Iran dituding membiayai pasukan Hezbollah. Serangan itu merupakan pembalasan atas serangan rudal yang menewaskan warga AS di Irak bagian utara di pekan sebelumnya.
(sef/sef) Next Article Harga Minus, Beli Minyak Dapat Duit!
Pada pukul 10.00 WIB, minyak Brent naik 2,88% menjadi US$ 68,14 per barel. Sementara minyak mentah AS, West Texas Intermediate, naik 2,70% menjadi US$ 62,82 per barel.
"Ini membawa kita ke jurang perang," tegasnya.
Sebelumnya, AS menyerang sebuah kawasan di dalam Bandara Internasional Baghdad dengan pesawat tak berawak (sempat disebut rudal).
"Atas arahan Presiden, militer AS telah mengambil tindakan defensif yang menentukan untuk melindungi personil AS di luar negeri," kata Pentagon dalam keterangan resmi.
"Dengan membunuh Qasem Soleimani ... Jenderal Soleimani secara aktif mengembangkan rencana untuk menyerang para diplomat Amerika dan anggota layanan di Irak dan seluruh kawasan," jelas Pentagon.
"Soleimani dan pasukan Quds beratnggung jawab atas kematian ratusan orang Amerika dan anggota layanan koalisi dan melukai ribuan lainnya."
Soleimani sendiri adalah pemimpin unit pasukan khusus Pengawal Revolusi Iran. Ia merupakan tokoh kunci politik Iran dan Timur Tengah.
Kematiannya diprediksi memperburuk ketegangan antara AS dan Iran. Diperkirakan Iran akan membalas serangan AS ini.
Dalam serangan ini, pejabat militer Irak juga tewas. Dalam keterangannya pemimpin kelompok paramiliter Irak Hashed Al-Shaabi mengatakan Wakil Pemimpin Hashed juga tewas.
"Deputi Abu Mahdi al-Muhandis dan pemimpin Angkatan Militer Quds, Qasem Soleimani terbunuh dalam serangan AS yang menargetkan mobil mereka di Bandara Internasional Baghdad," kata Hashed sebagaimana dikutip dari AFP.
Hashed sendiri adalah jaringan unit bersenjata yang sebagian besar didominasi kelompok Syiah. Syiah merupakan salah satu aliran yang dianut Muslim, selain Sunni.
Hashed memiliki hubungan dekat dengan Iran. Namun sudah resmi menjadi bagian dari pasukan keamanan Irak.
Sebelumnya, pada Minggu, AS melakukan serangan terhadap pangkalan milisi Kataib Hezbollah di Irak. Dalam serangan itu, sedikitnya 25 pejuang milisi tewas dan sedikitnya 55 lainnya mengalami luka.
Namun serangan AS ini membuat Irak kecewa. Pasalnya serangan itu melanggar kedaulatan negara tersebut.
Akibat konflik ini juga, Irak mengatakan akan mempertimbangkan kembali kerja sama dengan koalisi internasional yang dipimpin AS untuk melawan Negara Islam (ISIS). Ini ditegaskan Dewan Keamanan Nasional Irak dalam sebuah pernyataan.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menyalahkan Iran atas serangan AS ke Irak. Pasalnya serangan AS ke pangkalan milisi Hezbollah di Irak, terjadi karena pasukan itu didukung penuh oleh Iran.
Iran dituding membiayai pasukan Hezbollah. Serangan itu merupakan pembalasan atas serangan rudal yang menewaskan warga AS di Irak bagian utara di pekan sebelumnya.
(sef/sef) Next Article Harga Minus, Beli Minyak Dapat Duit!
Most Popular