
Siap-siap Ambil Posisi, Rupiah Masih Akan Kinclong di 2020!
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 January 2020 16:29

Kondisi eksternal yang membaik, dan prospek pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang lebih tinggi tentunya menarik minat bagi pelaku pasar untuk mengalirkan modalnya di Indonesia. Belum lagi melihat imbal hasil yang relatif tinggi, semakin menambah daya tarik RI sebagai target investasi.
Pada tahun 2019, rata-rata yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun sebesar 7,5%, jauh lebih tinggi dibandingkan negara lainnya, seperti Malaysia 3,6%, Filipina 5,3%, Thailand 2%, bahkan lebih tinggi dari India 6,9%.
Kenaikan peringkat surat utang oleh S&P 500 ditambah dengan yield yang relatif tinggi membuat aliran investasi deras masuk ke Tanah Air pada tahun lalu.
Data yang dipublikasikan oleh Direktoral Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, di sepanjang tahun 2019 (hingga perdagangan hari Kamis, 26/12/2019) investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 171,59 triliun atas obligasi terbitan pemerintah Indonesia. Kondisi tersebut masih bisa berlanjut di tahun ini, sehingga rupiah berpotensi melanjutkan penguatannya.
Yield yang tinggi serta kondisi ekonomi yang stabil, serta kemungkinan kembali mendapat kenaikan peringkat surat utang membuat rupiah direkomendasikan sebagai target investasi di tahun ini oleh bank investasi ternama Goldman Sachs.
"Jika investor berinvestasi, Anda tahu aset di Indonesia memiliki yield cukup tinggi, dengan kondisi makroekonomi dan pertumbuhan global yang relatif stabil, kami pikir ini (aset di Indonesia) cukup menarik untuk dimainkan" kata Zach Pandl, co-head analis mata uang global, suku bunga, dan strategi negara berkembang di Goldman Sachs, sebagaimana dilansir CNBC International.
"Anda memiliki pertumbuhan yang stabil. Anda memiliki gambaran pemerintahan yang cukup bagus dan anda memiliki bank sentral yang terus mencoba mempertahankan nilai tukar mata uang agar tetap stabil" tambahnya.
Kondisi ekonomi global yang lebih baik menurut Pandl menjadikannya lebih nyaman berinvestasi di negara-negara berkembang. Ia juga mengatakan belum memperhitungkan jika Indonesia akan kembali mendapat kenaikan peringkat surat utang, tetapi masih yakin akan berinvestasi di instrument rupiah.
"Itu (kenaikan peringkat utang) belum kami perhitungkan dan kami tetap berpikir untuk mengambil posisi beli (long) terhadap rupiah, didanai dengan aset ber-yield rendah seperti dolar Taiwan atau euro, berinvestasi di rupiah bisa memberikan peluang return 10% atau sedikit lebih tinggi pada tahun depan (2020)" kata Pandl pada pertengahan Desember lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
Pada tahun 2019, rata-rata yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun sebesar 7,5%, jauh lebih tinggi dibandingkan negara lainnya, seperti Malaysia 3,6%, Filipina 5,3%, Thailand 2%, bahkan lebih tinggi dari India 6,9%.
Kenaikan peringkat surat utang oleh S&P 500 ditambah dengan yield yang relatif tinggi membuat aliran investasi deras masuk ke Tanah Air pada tahun lalu.
Yield yang tinggi serta kondisi ekonomi yang stabil, serta kemungkinan kembali mendapat kenaikan peringkat surat utang membuat rupiah direkomendasikan sebagai target investasi di tahun ini oleh bank investasi ternama Goldman Sachs.
"Jika investor berinvestasi, Anda tahu aset di Indonesia memiliki yield cukup tinggi, dengan kondisi makroekonomi dan pertumbuhan global yang relatif stabil, kami pikir ini (aset di Indonesia) cukup menarik untuk dimainkan" kata Zach Pandl, co-head analis mata uang global, suku bunga, dan strategi negara berkembang di Goldman Sachs, sebagaimana dilansir CNBC International.
"Anda memiliki pertumbuhan yang stabil. Anda memiliki gambaran pemerintahan yang cukup bagus dan anda memiliki bank sentral yang terus mencoba mempertahankan nilai tukar mata uang agar tetap stabil" tambahnya.
Kondisi ekonomi global yang lebih baik menurut Pandl menjadikannya lebih nyaman berinvestasi di negara-negara berkembang. Ia juga mengatakan belum memperhitungkan jika Indonesia akan kembali mendapat kenaikan peringkat surat utang, tetapi masih yakin akan berinvestasi di instrument rupiah.
"Itu (kenaikan peringkat utang) belum kami perhitungkan dan kami tetap berpikir untuk mengambil posisi beli (long) terhadap rupiah, didanai dengan aset ber-yield rendah seperti dolar Taiwan atau euro, berinvestasi di rupiah bisa memberikan peluang return 10% atau sedikit lebih tinggi pada tahun depan (2020)" kata Pandl pada pertengahan Desember lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
Pages
Most Popular