Dolar AS 'Sakti Mandraguna', Ini Sederet Korbannya!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 May 2022 14:00
foto ilustrasi dollar
Foto: Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) sedang kuat-kuatnya, terlihat dari indeksnya yang berada di level tertinggi dalam 20 tahun terakhir.

Bank sentral AS (The Fed) yang akan menaikkan suku bunga pada Kamis (5/5/2022) dini hari waktu Indonesia membuat dolar AS 'sakti mandraguna'.

Maklum saja, The Fed diperkirakan akan bertindak agresif dengan menaikkan suku bunga dengan sangat agresif.

Mengutip CME FedWatch, pasar 'bertaruh' suku bunga acuan akan dinaikkan 50 basis poin (bps) menjadi 0,75-1%. Kemungkinannya mencapai 99,3%.

Tidak hanya menaikkan suku bunga, The Fed juga akan mengurangi nilai neracanya, sehingga likuiditas di perekonomian Amerika Serikat akan terserap lebih banyak. Harapannya inflasi bisa terkendali.

Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) di Amerika Serikat kini sudah menembus 8,5% (year-on-year/yoy) di bulan Maret, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 7,9% (yoy).

Inflasi tersebut merupakan yang tertinggi dalam lebih dari 40 tahun terakhir, tepatnya sejak Desember 1981. Inflasi CPI inti tumbuh 6,5% (yoy) dari sebelumnya 6,4% (yoy).

Inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE) yang menjadi acuan The Fed juga berada di level tertinggi 4 dekade.

Terserapnya likuiditas artinya jumlah dolar AS yang beredar menjadi berkurang, alhasil nilainya pun terus menanjak.

Pada perdagangan Rabu (4/5/2022), pukul 12:27 WIB indeks dolar berada di kisaran 103,54 dekat dari level tertinggi 20 tahun 103,928 yang dicapai Kamis pekan lalu, melansir data Refinitiv. Pasar finansial Indonesia yang sudah libur sejak Jumat (29/4/2022) membuat rupiah terhindar dari tekanan, untuk sementara.

Saat rupiah libur, mata uang dunia lainnya terpuruk melawan dolar AS. Dari Eropa, poundsterling Inggris menjadi mata uang yang paling terpuruk. Sepanjang tahun ini merosot nyaris 8%, dan berada di kisaran US$ 1,2473, terendah dalam dua tahun terakhir.

Euro juga terpuruk, bahkan menyentuh level terendah dalam lebih dari 5 tahun terakhir. Mata uang 19 negara ini berada di kisaran US$ 1,0510. Sepanjang tahun ini euro merosot lebih dari 7,5%.

Franc Swiss juga jeblok lebih dari 7% dan berada di level terendah dua tahun.

Dari Asia, rupiah sebelum libur Lebaran masih cukup stabil. Pelemahannya sepanjang tahun ini hanya 1,7% saja.

Dibandingkan dengan mata uang Asia lainnya, pelemahan rupiah bahkan yang paling kecil. Yen menjadi yang terburuk dengan jeblok lebih dari 13% sepanjang tahun ini, dan berada di level terlemah dalam dua dekade terakhir.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Indeks Dolar AS Melesat 7 Pekan, Rupiah Dkk kok Masih Kuat?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular