Bukan Pamer, Cek Nih Keperkasaan Rupiah Lawan Mata Uang Dunia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 May 2021 10:00
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi rupiah dan dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah sukses membukukan penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan ini. Tidak hanya itu, rupiah juga berjaya melawan mayoritas mata uang dunia. Aliran modal yang mulai masuk ke Indonesia membuat Mata Uang Garuda perkasa.

Melansir data Refinitiv, rupiah menguat 0,55% ke Rp 14.440/US$ sepanjang pekan ini. Dengan demikian, rupiah sukses membukukan penguatan dua pekan beruntun setelah sebelumnya tak pernah menguat selama sembilan pekan. Catatan tersebut merupakan yang terburuk sejak September 2015, saat itu rupiah melemah 11 pekan beruntun.

Sementara itu melawan mata uang Eropa, rupiah juga berjaya. Euro dibuat melemah 1,22%, sementara poundsterling turun ke bawah Rp 20.000/GBP lagi. Krona Swedia menjadi mata uang yang paling merosot melawan rupiah di Eropa, sebesar 1,6%.

Sementara itu dari Asia, rupiah paling kuat melawan yen Jepang. Penguatan selama lima hari perdagangan tercatat sebesar 1,71%. Persentase tersebut juga merupakan yang terbesar dibandingkan mata uang lainnya di dunia.

Meski demikian, rupiah masih melemah melawan beberapa mata uang, bahkan nyaris 1% melawan dolar Kanada. Rupee India, baht Thailand dan dolar Taiwan menjadi mata uang yang juga mampu menguat melawan rupiah.

Berikut pergerakan mata yang dunia melawan rupiah.

Aliran modal mulai masuk lagi ke dalam negeri di pasar obligasi. Di pasar sekunder, melansir data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang bulan ini hingga 28 April terjadi capital inflow di pasar obligasi nyaris Rp 10 triliun. Hal tersebut tentunya menjadi kabar bagus, setelah terjadi capital outflow Rp 20 triliun sepanjang bulan Maret.

Dari pasar primer, hasil lelang Surat Utang (SUN) pemerintah Selasa lalu mulai ramai peminat. Incoming bid mencapai Rp 52,75 triliun, sedangkan pada lelang SUN sebelumnya sebesar Rp 42,97 triliun.

Pemerintah menetapkan target indikatif sebesar Rp 30 triliun dan yang dimenangkan sebesar Rp 28 triliun lebih baik dari lelang sebelumnya Rp 24 triliun.

Hal tersebut terjadi setelah yield obligasi (Treasury) Amerika Serikat (AS) yang mulai turun dari level tertinggi sejak Januari 2020. Penurunan tersebut membuat selisih yield dengan SUN kembali melebar, sehingga aliran modal perlahan kembali ke Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masih Tertekan, Rupiah Bisa Sentuh Rp 14.800/USD di Q2-2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular