
Bunga Acuan Turun Pun Kalau Permintaan Lesu Mau Apa?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 December 2019 07:20

Sekarang kita sudah tahu bahwa biang kerok dari masalah perlambatan kredit dan pertumbuhan ekonomi adalah ekspor. Namun mengapa ekspor bisa sampai sebegini parah?
Penyebabnya adalah perang dagang, terutama yang melibatkan Amerika Serikat (AS) dan China. Dua perekonomian terbesar di kolong atmosfer ini sudah saling hambat perdagangan dalam setahun terakhir dengan menerapkan berbagai bea masuk.
Lho, yang 'berkelahi' kan AS dan China tetapi mengapa dampaknya sampai terasa ke Indonesia? Di sini yang namanya rantai pasok memainkan peran penting.
AS adalah pasar ekspor terbesar buat China, sementara China menjadi negara tujuan ekspor ketiga terbesar bagi AS. Saat produk China sulit masuk ke AS dan demikian juga sebaliknya, maka pengusaha di dua negara tersebut terpaksa mengurangi produksi. Buat apa memproduksi banyak-banyak kalau tidak laku?
Kala dunia usaha mengurangi produksi, maka kebutuhan untuk mendatangkan bahan baku dan barang modal ikut berkurang. Nah, bahan baku dan barang modal ini sering kali didatangkan dari negara lain.
Contohnya Indonesia. China adalah mitra dagang utama bagi Indonesia dengan nilai ekspor US$ 19,81 miliar selama Januari-September 2019. Saat permintaan dari China turun karena pengurangan produksi, pasti ekspor Indonesia ikut turun. Inilah yang disebut rantai pasok, yang sekarang kondisinya sedang rusak gara-gara perang dagang.
Sekarang hubungan AS-China sudah membaik, dan segera menyepakati perjanjian damai dagang fase I. Semoga fase-fase berikutnya akan tercipta sehingga AS-China bisa 100% berdamai. Apabila Washington dan Beijing sudah akur lagi, maka diharapkan rantai pasok akan pulih kemudian perdagangan global membaik.Â
Namun selama rantai pasok masih terganggu dan ekspor terkontraksi, maka permintaan bakal sulit meningkat. Mau suku bunga acuan diturunkan berapa kali pun kalau situasinya masih seperti sekarang ya susah...
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/sef)
Penyebabnya adalah perang dagang, terutama yang melibatkan Amerika Serikat (AS) dan China. Dua perekonomian terbesar di kolong atmosfer ini sudah saling hambat perdagangan dalam setahun terakhir dengan menerapkan berbagai bea masuk.
Lho, yang 'berkelahi' kan AS dan China tetapi mengapa dampaknya sampai terasa ke Indonesia? Di sini yang namanya rantai pasok memainkan peran penting.
Kala dunia usaha mengurangi produksi, maka kebutuhan untuk mendatangkan bahan baku dan barang modal ikut berkurang. Nah, bahan baku dan barang modal ini sering kali didatangkan dari negara lain.
Contohnya Indonesia. China adalah mitra dagang utama bagi Indonesia dengan nilai ekspor US$ 19,81 miliar selama Januari-September 2019. Saat permintaan dari China turun karena pengurangan produksi, pasti ekspor Indonesia ikut turun. Inilah yang disebut rantai pasok, yang sekarang kondisinya sedang rusak gara-gara perang dagang.
Sekarang hubungan AS-China sudah membaik, dan segera menyepakati perjanjian damai dagang fase I. Semoga fase-fase berikutnya akan tercipta sehingga AS-China bisa 100% berdamai. Apabila Washington dan Beijing sudah akur lagi, maka diharapkan rantai pasok akan pulih kemudian perdagangan global membaik.Â
Namun selama rantai pasok masih terganggu dan ekspor terkontraksi, maka permintaan bakal sulit meningkat. Mau suku bunga acuan diturunkan berapa kali pun kalau situasinya masih seperti sekarang ya susah...
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/sef)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular