
Hikayat Sigmagold-TMPI, Si 'Layangan Putus' di Pasar Modal RI

Ketika RUPS berlangsung, direktur utama dan komisaris yang masih menjabat saat itu hanya tinggal Eka Hikmawati Supriyadi sebagai komisaris utama dan Adriano Wolfgang Pietruschka sebagai direktur utama.
Padahal, di dalam laporan keuangan 2018, yang sudah dipublikasikan meskipun belum disetujui RUPS yang tidak kuorum-kuorum, ada komisaris lain yaitu Yan Biao (lulusan Ohio State University) dan Djulia, sedangkan di jajaran direksi masih ada nama Eric Harjono (lulusan Curtin University, Singapura) dan Boling Aruan.
Eka H. Supriyadi, lulusan Jurusan Manajemen FEB-Universitas Indonesia (dahulu FEUI), tercatat merupakan orang lama di perusahaan dengan jabatan sebelumnya di kursi direktur di perusahaan dan anak usaha pada 1999 dan 2008-2012.
Di sisi lain, Adriano yang lulusan Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, menjadi direktur perusahaan pada rentang 2013-2015 ketika Steven Kesuma menjabat direktur utama, dan akhirnya diangkat menjadi direktur utama. Steven adalah penerus dari pemilik TMPI yaitu mendiang Jhonny Kesuma.
Jhonny Kesuma, yang sempat disebut-sebut sebagai satu dari kelompok pengusaha kakap keturunan China yang menguasai Indonesia dan bergelar Sembilan Naga, menjadi direktur utama perseroan pada 2007 dan naik menjadi komisaris utama perseroan pada medio 2008-2012.
Dia juga dikenal sebagai salah satu pendiri perusahaan pemegang principal elektronik Jepang yaitu PT Sony Indonesia dan penyedia layanan TV kabel PT Indovision, yang sekarang bertransformasi menjadi PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY) yang dimiliki Grup MNC.
Ketika Jhonny menduduki posisi komisaris utama TMPI, yang saat itu bernama PT Agis Tbk, pada 2008 juga bertepatan setelah aksi korporasi yaitu penawaran umum terbatas (PUT/rights issue) III yang membawa perseroan berhasil menghimpun dana publik di pasar modal senilai Rp 724,84 miliar.
Pada akhir tahun tersebut, PT Pratama Duta Sentosa menjadi pemegang saham institusi TMPI terbesar dengan porsi 20,09%, di atas Asset Distribution Ltd 17,8% dan PT Persada Ganda Nusa 5,75%. Sisanya tentu pemegang saham publik dengan porsi 56,36%.
Sejak 2008 itulah, kepemilikan Pratama Duta secara bertahap terus menciut hingga tinggal 7,1% mulai 2012 dan akhirnya 0,14% di akhir 2018.
Anak Jhonny yaitu Steven menjabat direksi perseroan sejak 2008-2009, dan kemudian menjadi direktur utama pada 2010-2015, hingga diganti Adriano.
![]() Adriano Wolfgang Pietruschka |
Mengaku tidak kerasan dan mengeluh sudah tidak digaji sejak 10 bulan terakhir kepada investor ritel, Adriano mengundurkan lagi dari kursi dirut perseroan, juga pada 5 November 2019. Kok mengundurkan diri lagi? Iya, karena Adriano pernah pula berniat mengundurkan diri juga pada 23 Januari 2017 tetapi dibatalkan 22 Maret 2017.
Pada 2007 silam, Jhonny sempat dililit masalah karena diputus bersalah dan didenda Rp 5 miliar oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK, sekarang Otoritas Jasa Keuangan/OJK) karena dianggap mengeluarkan informasi tidak tepat.
Informasi material yang dinilai tidak benar tersebut terkait dengan laporan keuangan dan akuisisi PT Akira Indonesia dan PT TT Indonesia ke PT Agis Electronic, anak usaha Agis. Tidak hanya Jhonny, tetapi beberapa direksi termasuk Eka Hikmawati juga terkena sanksi denda masing-masing Rp 1 miliar karena kesalahan yang sama.
Saat itu, bahkan pernah keluar rencana merger Agis dengan peritel elektronik lain yaitu Electronic Solution.
Selain Jhonny, tercatat Rudi Tanoe (adik dari pemilik Grup MNC, Hary Tanoe), Hary Tanoe sendiri, satu petinggi Grup MNC lain Agustinus Wishnu Handoyono, serta Stanislaus Say yang merupakan mantan petinggi Bursa Efek Jakarta, pernah menjadi direksi-komisaris TMPI.
Merebaknya denda tersebut karena dipicu transaksi saham yang tidak biasa pada pertengahan awal Juni, terutama karena dipompa hingga tinggi, dan kemudian dibanting hingga relatif tanpa perlawanan di pasar.