Bermodal Rp 48 M, TMPI Ternyata Sudah Raup Dana Publik Rp 1 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen yang juga pemegang saham utama PT Sigmagold Inti Perkasa Tbk (TMPI) diketahui telah meraup dana sekurangnya Rp 1,04 triliun dari publik di pasar modal, sebelum akhirnya diduga menggembosi keuangan perusahaan sendiri sekurangnya senilai Rp 679,72 miliar.
Perusahaan yang segera akan dikeluarkan secara paksa dari papan bursa (forced delisting) 5 hari lagi pada 11 November ini telah menggelar pengumpulan dana investor di pasar saham melalui empat aksi korporasi.
Meskipun demikian, sejak penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) 24 tahun silam, tercatat pemegang saham utama dan pengendali perseroan serta manajemennya sudah beberapa kali berganti.
Hingga saat ini, belum jelas siapa pemegang saham utama yang berada di balik manajemen, bahkan baru diwarnai aksi undur diri direktur utama perseroan, Adriano Wolfgang Pietruschka.
Berikut empat aksi korporasi yang dilakukan perusahaan yang dulunya bernama PT Agis Tbk ini.
Pertama, aksi korporasi penggalangan dana dari pasar modal oleh TMPI adalah dari IPO 25 Januari 1995. Ketika IPO, perusahaan yang masih bernama PT Telaga Mas Pertiwi Tbk tersebut menerbitkan 10 juta saham di harga Rp 1.350/saham. Artinya perusahaan mendapatkan dana publik senilai Rp 13,5 miliar.
Namun, nilai tersebut belum memperhitungkan angka inflasi dan nilai tukar rupiah.
Sebagai asumsi sederhana, salah satu barang yang menjadi proxy atau penyumbang utama inflasi berdasarkan indeks harga konsumsi (IHK) adalah rokok. Tim Riset CNBC Indonesia menghitung berdasarkan salah satu rokok yang paling populer sejak 1995 hingga saat ini yaitu Gudang Garam Filter, yang harganya juga relatif serupa dengan sebungkus Djarum Super.
Pada 1995, harga rokok tersebut berada di kisaran Rp 1.200 per bungkus pada periode serupa, dibandingkan dengan harga rokok yang sama sekarang Rp 20.000/bungkus.
Dengan menggunakan asumsi sederhana tersebut, maka angka inflasi yang didapat adalah 1.566,67% dan nilai IPO TMPI pada tahun tersebut setara dengan Rp 225 miliar (1.566,67% ditambah 100%) untuk nilai saat ini.
Kedua, penambahan modal dengan penerbitan saham melalui mekanisme penawaran umum terbatas rights issue I (dengan hak memesan efek terlebih dahulu/HMETD) yang dilakukan pada Maret 1997.
Aksi korporasi yang menerbitkan 68,5 juta saham dengan rasio 2:5 tersebut itu hanya berselang 2 tahun setelah perusahaan menggelar IPO.
Dengan rasio tersebut, artinya setiap investor yang sudah memiliki 2 unit saham TMPI diberi 5 lembar rights (hak) dan berhak menebus 5 unit saham baru perseroan.
Dengan harga eksekusi rights issue I di tahun 1997 di level Rp 1.000 per saham, maka dana yang dapat diraup perusahaan dan berpotensi juga oleh dimanfaatkan manajemen serta pemegang sahamnya saat itu adalah Rp 68,5 miliar.
Memanfaatkan metode inflasi sederhana rokok yang sama, harga rokok per bungkus dari produk rokok didominasi warna merah-emas tersebut adalah Rp 3.000/bungkus pada tahun 1997-an. Dibanding posisi harga saat ini, maka akan didapat asumsi inflasi 566,67% yang jika dikalkulasikan pada nilai rights issue I tahun 1997 TMPI maka nilainya Rp 456,66 miliar saat ini.
Ketiga, TMPI yang saat itu berganti nama menjadi Agis menggelar rights issue lagi pada 2001 dengan menawarkan 1,95 miliar saham dengan rasio 1:1,5.
Dari penawaran rights issue II/2001 itu, perusahaan sukses menerbitkan menerbitkan 1,16 miliar saham baru di harga eksekusi Rp 200/saham. Artinya, saat itu perusahaan berhasil menggalang dana dari publik di pasar modal senilai Rp 233,75 miliar.
Dengan asumsi harga rokok yang sama di kisaran Rp 7.000/bungkus, maka didapatkan inflasi 185,71% dan nilai aksi korporasi Rp 667,87 miliar.
Keempat, rights issue lagi, lagi-lagi rights issue.
Perusahaan menambah modal melalui metode rights issue lagi dengan cara menawarkan 3,75 miliar saham baru dalam gelaran penggalangan dana bertajuk rights issue III/2008 dengan rasio 1:2. Dalam penawaran tersebut, sebanyak 3,62 miliar saham laku dijual dan kemudian diterbitkan dengan harga eksekusi Rp 200/saham.
Artinya, nilai aksi korporasi tersebut adalah Rp 724,84 miliar. Dengan harga rokok serupa pada periode 2008 di kisaran Rp 15.000/bungkus, didapatkan asumsi inflasi 33,33% dan dengan nilai aksi korporasi TMPI maka didapat kisaran nilai saat ini senilai Rp 966,46 miliar.
Dengan demikian, total nilai saat ini (present value) dari aksi galang dana Rp 1,04 triliun TMPI dari publik dalam 24 tahun eksistensi perseroan di pasar modal setara dengan Rp 2,31 triliun.
Angka itu juga belum memperhitungkan dana yang didapat perseroan dari penerbitan waran yang menyertai rights issue II/2001 dan rights issue III/2008.
Berapa pun dana yang diraup perusahaan di pasar modal, baik Rp 1,04 triliun atau Rp 2,31 triliun, Sigmagold atau TMPI yang hanya bermodalkan aset Rp 48,19 miliar ketika IPO pada 1995, atau setara Rp 803,16 miliar dengan memperhitungkan inflasi, berhasil menggalang dana jumbo dari publik.
Dan saat ini perusahaan yang sedang dibebani tudingan penggembosan, sedang menunggu hari untuk melenggang dari pasar modal dengan sisa aset hanya Rp 190,05 miliar, setelah asetnya Rp 869,78 miliar dikurangi investasi pada MTN Rp 679,72 miliar yang entah harus menagih ke mana.
![]() |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Jelang Delisting, Manajemen Diduga Sengaja Gembosi TMPI
