
Saham Bank-bank BUMN Babak Belur, IHSG Anjlok 1,01%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 November 2019 12:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan keempat di pekan ini, Kamis (14/11/2019), di zona merah.
Pada pembukaan perdagangan, IHSG melemah 0,08% ke level 6.137,54. Per akhir sesi satu, koreksi indeks saham acuan di Indonesia tersebut sudah bertambah dalam menjadi 1,01% ke level 6.080,19.
Jika koreksi IHSG bertahan hingga akhir perdagangan sore nanti, maka akan menandai koreksi kedua secara beruntun.
Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga sedang melaju di zona merah. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei turun 0,75%, indeks Hang Seng jatuh 0,78%, dan indeks Straits Times terkoreksi 0,27%.
Sentimen yang mewarnai perdagangan hari ini memang terbilang negatif. Kini, hubungan AS-China di bidang perdagangan terlihat semakin renggang dan penandatanganan kesepakatan dagang tahap satu sepertinya masih belum akan terjadi dalam waktu dekat.
CNBC International melaporkan bahwa AS sedang berusaha mendapatkan konsesi yang lebih besar dari China terkait dengan perlindungan kekayaan intelektual dan penghentian praktik transfer teknologi secara paksa.
Sebagai gantinya, AS akan menghapuskan sebagian bea masuk tambahan yang sudah dibebankan terhadap produk impor asal China.
Di sisi lain, Beijing dikabarkan enggan untuk memasukkan komitmen untuk membeli produk agrikultur asal AS dalam jumlah tertentu dalam teks kesepakatan dagang tahap satu. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa China setuju untuk membeli produk agrikultur asal AS senilai US$ 50 miliar setiap tahunnya sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu.
Perkembangan tersebut lantas melengkapi kabar negatif seputar perundingan dagang AS-China. Sebelumnya, Trump menegaskan bahwa AS akan menaikkan bea masuk bagi produk impor asal China secara signifikan jika kesepakatan dagang tahap satu tak bisa diteken.
"Jika kami tak mencapai kesepakatan, kami akan secara signifikan menaikkan bea masuk tersebut," kata Trump dalam pidatonya di hadapan para peserta Economic Club of New York.
"Bea masuk akan dinaikkan dengan sangat signifikan. Hal ini akan berlaku untuk negara-negara lain yang juga memperlakukan kita dengan tidak benar," tambahnya.
Untuk diketahui, sejauh ini AS telah mengenakan bea masuk tambahan bagi senilai lebih dari US$ 500 miliar produk impor asal China, sementara Beijing membalas dengan mengenakan bea masuk tambahan bagi produk impor asal AS senilai kurang lebih US$ 110 miliar. Lebih lanjut, kondisi di Hong Kong yang semakin panas ikut menjadi faktor yang membebani kinerja bursa saham Asia.
Pada hari Senin (11/11/2019), aksi demonstrasi di Hong Kong kembali terjadi. Seorang perwira polisi Hong Kong bahkan terekam video ketika sedang menembak pendemo yang mengenakan topeng. Polisi itu juga terlihat memukul salah seorang pendemo.
Kejadian selama bentrokan itu disiarkan langsung di Facebook. Akibat demo yang brutal ini, aktivitas selama jam sibuk di Hong Kong menjadi terganggu.
Beberapa jam setelahnya, beredar video kekerasan lain terkait seorang pria yang dikabarkan dibakar hidup-hidup oleh pengunjuk rasa. Kejadian ini terjadi di stasiun kereta bawah tanah Ma On Shan.
Dalam rekaman yang dimuat CNN International, kejadian ini berawal dari adu mulut antara pria tersebut dan pendemo. Para pendemo terlihat meneriakkan kata-kata yang mengusir pria paruh baya tersebut untuk kembali ke China daratan.
Korban pun mencoba membalas pendemo dengan mengatakan "kalian semua bukan orang China". Setelahnya ia pun dikeroyok, disiram dengan cairan yang mudah terbakar dan disulut api.
Pada hari Selasa (12/11/2019), bentrokan terjadi antara aparat kepolisian dengan demonstan di Chinese University of Hong Kong. Melansir BBC, polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah demonstran.
Kemarin (13/11/2019), para demonstran melumpuhkan Hong Kong dengan menggelar aksi di kereta bawah tanah dan di jalanan.
Seiring dengan aksi demonstrasi yang semakin panas, pada hari ini pemerintah Hong Kong memerintahkan sekolah-sekolah di sana untuk diliburkan, menandai kali pertama aksi demonstrasi memantik reaksi ini dari pemerintah.
Untuk diketahui, aksi demonstrasi yang sudah berlangsung selama berbulan-bulan tersebut telah resmi menempatkan Hong Kong dalam periode resesi.
Beberapa waktu yang lalu, Departemen Sensus dan Statistik Hong Kong merilis pembacaan awal untuk data pertumbuhan ekonomi periode kuartal III-2019. Pada tiga bulan ketiga tahun ini, perekonomian Hong Kong diketahui membukukan kontraksi sebesar 3,2% secara kuartalan (quarter-on-quarter/QoQ).
Lantaran pada kuartal II-2019 perekonomian Hong Kong sudah terkontraksi sebesar 0,4% secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi yang kembali negatif secara kuartalan pada kuartal III-2019 resmi membawa Hong Kong mengalami resesi untuk kali pertama sejak tahun 2009, kala krisis keuangan global menerpa. Sektor jasa keuangan yang ambruk hingga 1,1% menjadi sektor dengan kontribusi negatif terbesar bagi IHSG per akhir sesi satu. Sektor jasa keuangan terkoreksi seiring dengan aksi jual yang menerpa saham-saham bank plat merah.
Per akhir sesi satu, harga saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) anjlok 1,82%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) terkoreksi 1,7%, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) ambruk 1,26%.
Ambruknya harga saham bank-bank plat merah tersebut ditengarai dipicu oleh kekhawtiran bahwa nama-nama di atas dipertimbangkan untuk menyelamatkan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk dari permasalahan keuangan yang kini sedang menerpanya.
Kekhawatiran ini kembali mencuat pasca Wakil Presiden Ma'ruf Amin beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada tanggal 28 Oktober, menemui manajemen Bank Muamalat. Dikabarkan, ada pejabat bank BUMN yang ikut dalam pertemuan tersebut.
Sebelumnya, kekhawatiran bahwa bank plat merah akan didorong untuk menyelamatkan Bank Muamalat sudah mencuat kala ada informasi yang beredar di pasar. Setidaknya, ada dua riset dari sekuritas yang membahas mengenai hal tersebut.
Salah satu riset tersebut menyatakan bahwa bank BUMN telah mengonfirmasi untuk melakukan uji tuntas atau due dilligence dalam rangka melakukan suntikan modal ke Bank Muamalat.
Sementara itu, riset lainnya menyatakan bahwa ada kemungkinan bank BUMN akan membeli sekurititasi dari pembiayaan bermasalah milik Bank Muamalat. Riset tersebut juga menyatakan bahwa akan menjadi preseden buruk bila bank BUMN membantu bank swasta seperti Muamalat.
Terhitung dalam periode 28 Oktober hingga kemarin (13/11/2019), harga saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sudah anjlok 1,79%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) ambruk 6,38%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) terkoreksi 6,07%.
Hingga hari ini, tekanan jual terhadap saham-saham bank BUMN belum juga reda dan sukses membawa IHSG mencatatkan koreksi yang dalam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Duh! Situasi Belum Kondusif, IHSG Memerah 2 Hari Beruntun
Pada pembukaan perdagangan, IHSG melemah 0,08% ke level 6.137,54. Per akhir sesi satu, koreksi indeks saham acuan di Indonesia tersebut sudah bertambah dalam menjadi 1,01% ke level 6.080,19.
Jika koreksi IHSG bertahan hingga akhir perdagangan sore nanti, maka akan menandai koreksi kedua secara beruntun.
Sentimen yang mewarnai perdagangan hari ini memang terbilang negatif. Kini, hubungan AS-China di bidang perdagangan terlihat semakin renggang dan penandatanganan kesepakatan dagang tahap satu sepertinya masih belum akan terjadi dalam waktu dekat.
CNBC International melaporkan bahwa AS sedang berusaha mendapatkan konsesi yang lebih besar dari China terkait dengan perlindungan kekayaan intelektual dan penghentian praktik transfer teknologi secara paksa.
Sebagai gantinya, AS akan menghapuskan sebagian bea masuk tambahan yang sudah dibebankan terhadap produk impor asal China.
Di sisi lain, Beijing dikabarkan enggan untuk memasukkan komitmen untuk membeli produk agrikultur asal AS dalam jumlah tertentu dalam teks kesepakatan dagang tahap satu. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa China setuju untuk membeli produk agrikultur asal AS senilai US$ 50 miliar setiap tahunnya sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu.
Perkembangan tersebut lantas melengkapi kabar negatif seputar perundingan dagang AS-China. Sebelumnya, Trump menegaskan bahwa AS akan menaikkan bea masuk bagi produk impor asal China secara signifikan jika kesepakatan dagang tahap satu tak bisa diteken.
"Jika kami tak mencapai kesepakatan, kami akan secara signifikan menaikkan bea masuk tersebut," kata Trump dalam pidatonya di hadapan para peserta Economic Club of New York.
"Bea masuk akan dinaikkan dengan sangat signifikan. Hal ini akan berlaku untuk negara-negara lain yang juga memperlakukan kita dengan tidak benar," tambahnya.
Untuk diketahui, sejauh ini AS telah mengenakan bea masuk tambahan bagi senilai lebih dari US$ 500 miliar produk impor asal China, sementara Beijing membalas dengan mengenakan bea masuk tambahan bagi produk impor asal AS senilai kurang lebih US$ 110 miliar. Lebih lanjut, kondisi di Hong Kong yang semakin panas ikut menjadi faktor yang membebani kinerja bursa saham Asia.
Pada hari Senin (11/11/2019), aksi demonstrasi di Hong Kong kembali terjadi. Seorang perwira polisi Hong Kong bahkan terekam video ketika sedang menembak pendemo yang mengenakan topeng. Polisi itu juga terlihat memukul salah seorang pendemo.
Kejadian selama bentrokan itu disiarkan langsung di Facebook. Akibat demo yang brutal ini, aktivitas selama jam sibuk di Hong Kong menjadi terganggu.
![]() |
Beberapa jam setelahnya, beredar video kekerasan lain terkait seorang pria yang dikabarkan dibakar hidup-hidup oleh pengunjuk rasa. Kejadian ini terjadi di stasiun kereta bawah tanah Ma On Shan.
Dalam rekaman yang dimuat CNN International, kejadian ini berawal dari adu mulut antara pria tersebut dan pendemo. Para pendemo terlihat meneriakkan kata-kata yang mengusir pria paruh baya tersebut untuk kembali ke China daratan.
Korban pun mencoba membalas pendemo dengan mengatakan "kalian semua bukan orang China". Setelahnya ia pun dikeroyok, disiram dengan cairan yang mudah terbakar dan disulut api.
Pada hari Selasa (12/11/2019), bentrokan terjadi antara aparat kepolisian dengan demonstan di Chinese University of Hong Kong. Melansir BBC, polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah demonstran.
Kemarin (13/11/2019), para demonstran melumpuhkan Hong Kong dengan menggelar aksi di kereta bawah tanah dan di jalanan.
Seiring dengan aksi demonstrasi yang semakin panas, pada hari ini pemerintah Hong Kong memerintahkan sekolah-sekolah di sana untuk diliburkan, menandai kali pertama aksi demonstrasi memantik reaksi ini dari pemerintah.
Untuk diketahui, aksi demonstrasi yang sudah berlangsung selama berbulan-bulan tersebut telah resmi menempatkan Hong Kong dalam periode resesi.
Beberapa waktu yang lalu, Departemen Sensus dan Statistik Hong Kong merilis pembacaan awal untuk data pertumbuhan ekonomi periode kuartal III-2019. Pada tiga bulan ketiga tahun ini, perekonomian Hong Kong diketahui membukukan kontraksi sebesar 3,2% secara kuartalan (quarter-on-quarter/QoQ).
Lantaran pada kuartal II-2019 perekonomian Hong Kong sudah terkontraksi sebesar 0,4% secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi yang kembali negatif secara kuartalan pada kuartal III-2019 resmi membawa Hong Kong mengalami resesi untuk kali pertama sejak tahun 2009, kala krisis keuangan global menerpa. Sektor jasa keuangan yang ambruk hingga 1,1% menjadi sektor dengan kontribusi negatif terbesar bagi IHSG per akhir sesi satu. Sektor jasa keuangan terkoreksi seiring dengan aksi jual yang menerpa saham-saham bank plat merah.
Per akhir sesi satu, harga saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) anjlok 1,82%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) terkoreksi 1,7%, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) ambruk 1,26%.
Ambruknya harga saham bank-bank plat merah tersebut ditengarai dipicu oleh kekhawtiran bahwa nama-nama di atas dipertimbangkan untuk menyelamatkan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk dari permasalahan keuangan yang kini sedang menerpanya.
Kekhawatiran ini kembali mencuat pasca Wakil Presiden Ma'ruf Amin beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada tanggal 28 Oktober, menemui manajemen Bank Muamalat. Dikabarkan, ada pejabat bank BUMN yang ikut dalam pertemuan tersebut.
Sebelumnya, kekhawatiran bahwa bank plat merah akan didorong untuk menyelamatkan Bank Muamalat sudah mencuat kala ada informasi yang beredar di pasar. Setidaknya, ada dua riset dari sekuritas yang membahas mengenai hal tersebut.
Salah satu riset tersebut menyatakan bahwa bank BUMN telah mengonfirmasi untuk melakukan uji tuntas atau due dilligence dalam rangka melakukan suntikan modal ke Bank Muamalat.
Sementara itu, riset lainnya menyatakan bahwa ada kemungkinan bank BUMN akan membeli sekurititasi dari pembiayaan bermasalah milik Bank Muamalat. Riset tersebut juga menyatakan bahwa akan menjadi preseden buruk bila bank BUMN membantu bank swasta seperti Muamalat.
Terhitung dalam periode 28 Oktober hingga kemarin (13/11/2019), harga saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sudah anjlok 1,79%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) ambruk 6,38%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) terkoreksi 6,07%.
Hingga hari ini, tekanan jual terhadap saham-saham bank BUMN belum juga reda dan sukses membawa IHSG mencatatkan koreksi yang dalam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Duh! Situasi Belum Kondusif, IHSG Memerah 2 Hari Beruntun
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular