
Harga CPO Tembus Rekor, Saham Emiten Sawit Udah Cuan Berapa?
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
14 November 2019 12:28

Jakarta CNBC Indonesia - Harga saham emiten produsen sawit tumbuh pesat bahkan mampu membukukan imbal hasil dua digit dalam sebulan terakhir perdagangan seiring dengan pulihnya harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dunia di pasar berjangka.
Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa harga CPO merangkak naik sejak 14 Oktober 2019, di mana pada perdagangan Selasa (12/11/2019) harga CPO kontrak pengiriman 3 bulan di Bursa Malaysia Derivatif sempat ditransaksikan di level tertinggi di tahun ini, yakni RM 2.638/ton.
Kenaikan harga CPO langsung membuat harga saham emiten sawit domestik diburu pelaku pasar, di mana penguatan tersebut juga terlihat dari grafik di atas.
Sejak 14 Oktober hingga penutupan perdagangan Rabu kemarin (13/11/2019) harga saham PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) melesat paling tinggi yakni 26,67% ke level Rp 418/saham.
Sedangkan harga saham PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) pada periode yang sama juga mencatatkan penguatan masing-masing 20,77% menjadi Rp 2.500/saham dan 16,43% menjadi Rp 12.400/saham.
Kemudian saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) juga meningkat 6,48% ke level Rp 1.315/saham.
Pada perdagangan sesi I, Kamis ini (14/11/), saham DSNG minus 0,96%, AALI turun 2,62%, SGRO naik 0,80%, dan LSIP ambles 2,66%.
Year to date
Akan tetapi jika ditilik kenaikan harga saham emiten tersebut sejak awal tahun hingga Rabu kemarin atau year to date, maka cuan yang dicatatkan hanya satu digit, di mana SGRO hanya menguat 5,49%, LSIP naik 5,48%, AALI tumbuh 4,86%, dan DSNG naik tipis 1,95%
Di lain pihak, meskipun harga CPO melesat, masih terdapat emiten sawit yang harga sahamnya justru bergerak ke selatan alias terkoreksi.
Sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan kemarin, saham PT Smart Tbk (SMAR) dan PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT) terkoreksi masing-masing senilai 6,17% dan 31,1%.
Sebagai informasi, komoditas ekspor utama Indonesia tersebut membukukan kenaikan harga didorong oleh turunnya produksi dan persediaan.
Mengutip Reuters, Dewan Sawit Malaysia (MPOB) merilis data stok minyak sawit Malaysia periode Oktober turun 4,1% dibanding bulan sebelumnya menjadi 2,35 juta ton. Stok ini merupakan yang terendah kedua tahun ini setelah stok bulan Agustus yang mencapai 2,25 juta ton.
Penurunan stok ini di luar dugaan, padahal poling yang dihimpun Reuters sebelumnya menunjukkan bahwa stok akan berada di level 2,52 juta ton naik dari bulan September sebesar 2,45 juta ton.
Sementara itu output atau produksi minyak sawit turun menjadi 1,79 juta ton dari bulan sebelumnya sebesar 1,88 juta ton. Penurunan output disebabkan oleh adanya kekeringan dan kabut yang juga menurunkan produktivitas.
Selain itu, permintaan juga diestimasi meningkat pada kuartal terakhir tahun ini karena tingginya permintaan minyak sawit dari China akibat penurunan pasokan minyak kedelai.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/tas) Next Article Harga Reli, Layak kah Saham CPO Dipilih? Simak Kinerja Emiten
![]() |
Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa harga CPO merangkak naik sejak 14 Oktober 2019, di mana pada perdagangan Selasa (12/11/2019) harga CPO kontrak pengiriman 3 bulan di Bursa Malaysia Derivatif sempat ditransaksikan di level tertinggi di tahun ini, yakni RM 2.638/ton.
Sejak 14 Oktober hingga penutupan perdagangan Rabu kemarin (13/11/2019) harga saham PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) melesat paling tinggi yakni 26,67% ke level Rp 418/saham.
Sedangkan harga saham PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) pada periode yang sama juga mencatatkan penguatan masing-masing 20,77% menjadi Rp 2.500/saham dan 16,43% menjadi Rp 12.400/saham.
Kemudian saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) juga meningkat 6,48% ke level Rp 1.315/saham.
Pada perdagangan sesi I, Kamis ini (14/11/), saham DSNG minus 0,96%, AALI turun 2,62%, SGRO naik 0,80%, dan LSIP ambles 2,66%.
Year to date
Akan tetapi jika ditilik kenaikan harga saham emiten tersebut sejak awal tahun hingga Rabu kemarin atau year to date, maka cuan yang dicatatkan hanya satu digit, di mana SGRO hanya menguat 5,49%, LSIP naik 5,48%, AALI tumbuh 4,86%, dan DSNG naik tipis 1,95%
Di lain pihak, meskipun harga CPO melesat, masih terdapat emiten sawit yang harga sahamnya justru bergerak ke selatan alias terkoreksi.
Sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan kemarin, saham PT Smart Tbk (SMAR) dan PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT) terkoreksi masing-masing senilai 6,17% dan 31,1%.
Sebagai informasi, komoditas ekspor utama Indonesia tersebut membukukan kenaikan harga didorong oleh turunnya produksi dan persediaan.
Mengutip Reuters, Dewan Sawit Malaysia (MPOB) merilis data stok minyak sawit Malaysia periode Oktober turun 4,1% dibanding bulan sebelumnya menjadi 2,35 juta ton. Stok ini merupakan yang terendah kedua tahun ini setelah stok bulan Agustus yang mencapai 2,25 juta ton.
Penurunan stok ini di luar dugaan, padahal poling yang dihimpun Reuters sebelumnya menunjukkan bahwa stok akan berada di level 2,52 juta ton naik dari bulan September sebesar 2,45 juta ton.
Sementara itu output atau produksi minyak sawit turun menjadi 1,79 juta ton dari bulan sebelumnya sebesar 1,88 juta ton. Penurunan output disebabkan oleh adanya kekeringan dan kabut yang juga menurunkan produktivitas.
Selain itu, permintaan juga diestimasi meningkat pada kuartal terakhir tahun ini karena tingginya permintaan minyak sawit dari China akibat penurunan pasokan minyak kedelai.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/tas) Next Article Harga Reli, Layak kah Saham CPO Dipilih? Simak Kinerja Emiten
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular