Harga Batu Bara Naik Lagi, How Long Can You Go?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
14 November 2019 11:28
Harga batu bara naik lagi, namun berpotensi terkoreksi dan melanjutkan trend sidewaysnya.
Foto: Tongkang batubara di Sungai Mahakam, Samarinda, Kalimantan Timur (REUTERS/Willy Kurniawan)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kontrak ICE Newcastle ditutup menguat pada perdagangan Rabu kemarin (13/11/2019). Harga masih berpotensi terkoreksi dan melanjutkan pola sideways pada pekan ini.

Harga batu bara kontrak ICE Newcastle ditutup menguat sebesar 0,75% ke level US$ 67,45/ton pada perdagangan Rabu kemarin.



Ada beberapa sentimen yang justru membuat harga batu bara semakin galau. Walau impor batu bara China diprediksi melampaui total impor tahun lalu sebesar 281 juta ton, namun impor batu bara China hingga November sudah mencapai lebih dari 270 juta ton.

Analis memprediksikan, impor batu bara China tahun ini lebih dari 300 juta ton. Artinya dalam dua bulan terakhir impor batu bara China akan berada di level 15 juta ton. Masih jauh lebih rendah dibanding impor batu bara bulan-bulan sebelumnya yang mencapai lebih dari 20 juta ton.

Tak hanya China, impor batu bara India juga mengalami penurunan. Mengutip data Refinitiv, impor batu bara India pada Oktober turun menjadi 14,7 juta ton. Impor batu bara turun 16,9% dibanding periode yang sama tahun lalu.


Penurunan impor batu bara ditengarai oleh turunnya permintaan listrik di bulan Oktober. Permintaan listrik bulan Oktober turun 13,2% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Penurunan impor batu bara ternyata tidak dibarengi dengan peningkatan output batu bara domestik. Yang terjadi justru sebaliknya, produksi batu bara domestik oleh BUMN India tidak mencapai target produksi tahun ini.

Pelemahan impor dan produksi batu bara menunjukkan penurunan permintaan listrik industri. Selain itu keberadaan energi terbarukan dalam bauran energi India juga turut menekan permintaan batu bara.

Mengutip Reuters, porsi batu bara untuk pembangkit listrik AS juga diperkirakan turun menjadi 25% tahun ini dan 22% pada 2020 dari sebelumnya 28% di 2018.

Energy Information Agency (EIA) AS memprediksi bahwa konsumsi batu bara untuk sektor pembangkit listrik tahun ini mencapai 558,3 juta ton, terendah sejak 1979 dan 488,9 juta ton pada 2020 terendah sejak 1978.

Ketiga sentimen ini berpotensi untuk menekan kembali harga batu bara. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/tas) Next Article Sampai Akhir 2019, Harga Batu Bara Tak Kunjung Beranjak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular