Suku Bunga Dipangkas, Asing Masuk Rp 1 T, IHSG Melesat 1,31%!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 October 2019 17:18
Suku Bunga Dipangkas, Asing Masuk Rp 1 T, IHSG Melesat 1,31%!
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan hari ini, Kamis (24/10/2019), di zona hijau.

Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,22% ke level 6.271,51. Per akhir sesi satu, indeks harga saham acuan di Indonesia tersebut telah memperlebar penguatan menjadi 0,8% ke level 6.307,54. Per akhir sesi dua, penguatan IHSG sudah kembali bertambah lebar menjadi 1,31% ke level 6.339,65.

Penguatan IHSG pada hari ini menandai penguatan yang ke-10 secara beruntun.

Sentimen dari dalam negeri berkontribusi besar dalam mengerek kinerja pasar saham Tanah Air pada hari ini. Bukan, bukan pengumuman kabinet oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang melesatkan IHSG pada hari ini, namun hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI). 

Kemarin (23/10/2019), RDG BI untuk periode Oktober 2019 dimulai dan berakhir pada hari ini, diikuti oleh pengumuman tingkat suku bunga acuan.

Dalam konferensi pers yang digelar pasca-RDG selesai digelar, Bank Indonesia (BI) kembali memutuskan untuk menyuntikkan stimulus bagi perekonomian Indonesia dengan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps).

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 23-24 Oktober memutuskan untuk menurunkan bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 5%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Kamis (24/10/2019).

"Kebijakan tersebut konsisten dengan perkiraan inflasi yang terkendali dan imbal hasil instrumen keuangan domestik yang tetap menarik, serta langkah pre-emptive lanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik di tengah perekonomian global yang melambat," tambah Perry.

Untuk diketahui, pemangkasan tingkat suku bunga pada hari ini menandai pemangkas tingkat suku bunga acuan selama empat bulan beruntun. Jika ditotal, suku bunga acuan sudah dipangkas sebesar 100 bps dalam empat bulan terakhir.

Keputusan BI pada hari ini sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate akan dipangkas sebesar 25 bps menjadi 5%. Keputusan tersebut juga sesuai dengan analisis dari Tim Riset CNBC Indonesia yang menunjukkan bahwa tingkat suku bunga acuan akan dipangkas oleh BI, yakni sebesar 25 bps.

Saat ini, perekonomian Indonesia jelas membutuhkan suntikan energi yang salah satunya bisa datang dari pemangkasan tingkat suku bunga acuan. Untuk diketahui, pada awal Agustus Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal II-2019.

Sepanjang tiga bulan kedua tahun 2019, BPS mencatat perekonomian hanya tumbuh sebesar 5,05% secara tahunan, jauh melambat dibandingkan capaian kuartal II-2018 kala perekonomian mampu tumbuh sebesar 5,27%. 

Pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan kedua tahun 2019 juga melambat jika dibandingkan capaian pada kuartal I-2019 yang sebesar 5,07% YoY. Untuk periode semester I-2019, perekonomian Indonesia hanya tumbuh 5,06% YoY.

Bahkan, saat ini perekonomian Indonesia dikhawatirkan akan tumbuh di bawah 5% pada tahun 2019. Kekhawatiran ini diungkapkan oleh lembaga keuangan besar berbendera asing.

Melansir konsensus yang dihimpun oleh Bloomberg, JPMorgan Chase memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 4,9% pada tahun ini, sementara Deutsche Bank menaruh proyeksinya di level 4,8%.

Dengan dipangkas kembalinya tingkat suku bunga acuan oleh BI, bank akan semakin terdorong untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan terdorong untuk meningkatkan konsumsinya. Pada akhirnya, roda perekonomian akan berputar lebih kencang.

BERLANJUT KE HALAMAN 2 -> Investor Asing Masuk Rp 1,15 Triliun

Investor asing masuk ke pasar saham tanah air dengan jumlah yang begitu besar. Per akhir sesi dua, investor asing mencatatkan beli bersih senilai Rp 1,15 triliun di pasar reguler. Di seluruh pasar, nilai beli bersih investor asing adalah Rp 604,4 miliar.

Saham-saham yang banyak dikoleksi investor asing di pasar reguler di antaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 375,4 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 250 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 145,9 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 131 miliar), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 86,7 miliar).

Sejatinya, kinerja rupiah pada hari ini tak mendukung bagi investor asing untuk melakukan aksi beli di pasar saham. Pada akhir perdagangan, rupiah melemah 0,21% di pasar spot ke level Rp 14.054/dolar AS.

Namun, rupiah tercatat sudah menguat dalam lima hari perdagangan sebelumnya sehingga bisa dikatakan bahwa saat ini rupiah sedang berada dalam posisi yang mendukung bagi investor asing untuk melakukan aksi beli di pasar saham.

Apalagi, seperti sudah disebutkan di atas, ada sentimen positif dari dalam negeri yakni pemangkasan tingkat suku bunga acuan oleh BI selama empat bulan beruntun.

Merespons potensi melorotnya pertumbuhan ekonomi ke bawah level 5%, BI mengungkapkan optimisme bahwa hal itu tidak akan terjadi.

"Secara keseluruhan kami melihat perkiraan pertumbuhan ekonomi 2019 akan cenderung berada di bawah titik tengah 5%-5,4%. Titik tengah [berada di level] 5,2% maka [pertumbuhan ekonomi] akan cenderung di bawah 5,2%, saya pernah katakan di sekitaran 5,1%," kata Perry menjawab pertanyaan wartawan.

Untuk periode kuartal III-2019, BI memproyeksikan perekonomian tumbuh di kisaran 5,05% secara tahunan.

"Sekali lagi dari mana 5,05% karena konsumsi masih bagus, khususnya konsumsi rumah tangga memang masih bergerak sekitar 5%," tegasnya.

"Masalahnya di triwulan tiga dan empat enggak ada lagi pengeluaran terkait pemilu, di triwulan satu dan dua tinggi dan menopang di atas 5%. Dengan tidak adanya [sumbangan dari pos] Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) maka konsumsi rumah tangga berasal dari income, dari golongan menengah," terang Perry.

Untuk diketahui, kali terakhir perekonomian Indonesia tumbuh di bawah level 5% adalah pada tahun 2015 silam. Wajar jika potensi melorotnya pertumbuhan ekonomi ke bawah level 5% menjadi momok menakutkan bagi investor asing.

Seiring dengan apresiasi rupiah dalam beberapa hari terakhir dan ditepisnya anggapan bahwa pertumbuhan ekonomi akan melorot ke bawah level 5%, investor asing membukukan aksi beli dengan intensitas yang besar di pasar saham tanah air.

TIM RISET CNBC INDONESIA

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular