Antara Harga, Gaya & Daya Mind ID Demi Akuisisi Tambang Vale

tahir saleh & Anisatul Umah, CNBC Indonesia
09 October 2019 07:07
Antara Harga, Gaya & Daya Mind ID Demi Akuisisi Tambang Vale
Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah sudah resmi menunjuk MIND ID atau induk BUMN Pertambangan untuk mengakuisisi 20% saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

Divestasi sebesar 20% adalah salah satu kewajiban yang tertuang dalam Kontrak Karya (KK). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7/2014, Vale harus mendivestasikan 40% saham. Vale sudah mendivestasikan saham sebelumnya, tinggal sisa 20% lagi yang akan didivestasikan dengan tenggat Oktober ini.



Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra Talattov mengatakan dalam menentukan nilai divestasi harus didasarkan pada harga pasar yang wajar sesuai dengan Pasal 14 Permen ESDM No.43/2018.

"Selain itu, dalam menentukan nilai divestasi tersebut tidak boleh memperhitungkan cadangan mineral kecuali yang dapat ditambang selama jangka waktu Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi atau Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Operasi Produksi," jelasnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (09/10/2019).

Lebih lanjut dirinya mengatakan Vale memiliki nilai strategis karena menjadi salah satu produsen bijih besi besar di dunia, kontribusinya mencapai 5 persen dunia. Abra belum bisa memastikan nilai valuasinya. Secara year to date (ytd) performa harga sahamnya menguat 9.51 persen.

Hal ini memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah meningkatkan valuasi saham, sementara dampak negatifnya membuat nilai yang harus dibayar MIND ID jauh lebih mahal. "Masih menjadi pertanyaan apakah MIND ID menyiapkan dana dari perusahaan tau menerbitkan obligasi," imbuhnya.

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi juga mengatakan untuk cermat soal harga divestasi. "Pada semester I/2019 PT Vale Indonesia mengalami kerugian US$ 26,2 juta menurun drastis dibanding periode yang sama 2018 yang berhasil mencetak laba bersih sebesar US$ 29,4 juta," ungkapnya kepada CNBC Indonesia Selasa, (08/10/2019).

Menurutnya dalam keadaan rugi tersebut, harga saham 20% sebesar US$ 400 juta termasuk over value alias kemahalan.

"Penunjukan MIND ID sudah tepat, utamanya untuk negosiasi penetapan harga saham, yang sesuai harga pasar," imbuhnya.



Pada Desember tahun lalu, MIND ID juga merogoh kocek sangat dalam, khususnya melalui penerbitan obligasi global (global bond) guna mengakuisisi saham mayoritas PTFI, salah satu tambang emas terbesar di dunia. Kepemilikan MIND ID di Freeport hingga Desember tahun lalu sebesar 51,25%.

Mengacu laporan keuangan audit Inalum 2018, nilai investasi pada Freeport Indonesia mencapai Rp 65,57 triliun, yang terdiri dari metode ekuitas (penyertaan modal) sebesar Rp19,50 triliun dan uang muka investasi senilai Rp 46,09 triliun.

Dengan asumsi harga rata-rata saham INCO hari ini di level Rp 3.600/saham, maka nilai divestasi diperkirakan sebesar Rp 7,15 triliun. Dana ini mesti disiapkan oleh MIND ID, bisa lebih dari itu jika valuasinya naik, atau bisa juga di bawah itu.

Melihat posisi kas dan setara kas Inalum termasuk di dalamnya deposito berjangka masih cukup besar kendati jauh dibandingkan dengan nilai akuisisi saham Freeport. Kas Inalum naik sebesar 27,64% pada tahun lalu menjadi Rp 23,42 triliun.



Kembali ke soal pembelian 20% saham Vale yang diestimasi sekitar Rp 7,15 triliun. Dari sisi kas dan aset masih mencukupi. Jika melihat dari rasio liabilitas per ekuitas (liability per equity ratio/total kewajiban dibagi ekuitas), ruang pinjaman bank juga terbuka karena rasio liabilitas per ekuitas Inalum masih rendah.

Total kewajiban atau liabilitas Inalum tahun lalu Rp 89,69 triliun, sementara total ekuitas Rp 75,99 triliun sehingga rasio liability per equity perseroan masih 1x.

Namun perlu diingat, jumlah liabilitas Inalum tahun lalu yang mencapai Rp 89,69 triliun itu membengkak 229,27% dibandingkan periode tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 27,24 triliun.

Jangan lupa juga, Inalum juga mesti menyiapkan anggaran sebelum 15 November 2021 untuk membayar obligasi jatuh tempo global bond Seri A yakni sebesar US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun. Global bond ini yang dipakai untuk menutup pendanaan akuisisi Freeport.

Dari sisi kinerja, tahun lalu, pendapatan Inalum masih naik 38% menjadi Rp 65,28 triliun dari tahun sebelumnya Rp 47,18 triliun dengan pendapatan terbesar dari batu bara dan emas. Laba bersih juga naik 68% menjadi Rp 8,28 triliun dari tahun sebelumnya R 4,94 triliun.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular