Ekonomi AS Diramal Kontraksi, Resesi Kian Pasti?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 September 2019 05:29
Ekonomi AS Diramal Kontraksi, Resesi Kian Pasti?
Presiden AS Donald Trump (REUTERS/Joshua Roberts)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sinyal-sinyal buruk di perekonomian Amerika Serikat (AS) semakin terlihat. Bahkan ada kemungkinan AS bakal mengalami kontraksi ekonomi, alias pertumbuhan negatif.

Salah satu tanda yang dikhawatirkan adalah arus perdagangan AS yang semakin seret. Ini bisa dilihat di Cass Freight Index.

Pada Juli, Cass Freight Index turun 5,9% year-on-year (YoY). Ini merupakan penurunan selama delapan bulan beruntun.



Cass Freight Index adalah indikator yang menggambarkan arus perdagangan di Negeri Paman Sam. Indeks ini menjadi salah satu acuan aktivitas ekonomi, sekaligus alat untuk mengeker arah perekonomian ke depan.

Masalahnya, tidak ada kabar baik yang bisa didengar di sini. Bahkan Cass dalam laporannya menaikkan status keparahan dari waspada menjadi siaga.

"Dengan penurunan 5,9% pada Juli, setelah turun 5,3% bulan sebelumnya dan minus 6% pada Mei, kami mengulangi pesan bahwa ada perubahan dari 'waspada terhadap potensi perlambatan (ekonomi) menjadi 'ada sinyal kontraksi (ekonomi). Walau pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 masih positif, tetapi kami melihat ada risiko pertumbuhan ekonomi akan negatif pada akhir tahun," tulis laporan Cass.

Menurut Cass, indeks ini sangat reliabel untuk memperkirakan arah ekonomi ke depan. Misalnya pada saat Cass Freight Index membaik dan untuk kali pertama tumbuh positif pada Oktober 2016, sudah terkonfirmasi bahwa perekonomian AS pulih dari tekanan dahsyat usai krisis 2008-2009.

"Pergerakan barang adalah detak jantung ekonomi, jadi melihat volume dan seberapa jauh barang dikirim adalah metode yang reliabel untuk memprediksi perubahan arah. Dengan Cass Freight Index yang tumbuh negatif secara YoY selama delapan bulan beruntun, kami mengindikasikan bahwa ini adalah fase awal dari kontraksi ekonomi. Jika kontraksi benar-benar terjadi, maka indeks ini menjadi indikator awalnya," papar laporan Cass.

Aduh, seram betul ya...



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Namun data-data lain sepertinya mendukung bahwa AS mungkin sedang menuju ke arah kontraksi. Pertama, ekspektasi inflasi di Negeri Adidaya terus menurun.

Pada Agustus, Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) New York mencatat ekspektasi inflasi berada di 2,41%. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya dan menjadi yang terlemah sejak 2013.



Artinya ke depan tekanan inflasi akan rendah. Bagi negara maju seperti AS, perlambatan laju inflasi adalah pertanda kelesuan ekonomi. Dunia usaha malas menaikkan harga karena permintaan pun tidak membludak.


Kedua, data lain yang juga mengecewakan adalah indeks keyakinan usaha kecil (Small Business Optimism Index). Pada Agustus, indeks ini berada di 101,1, turun dibandingkan bulan sebelumnya yatu 104,7. Angka Agustus adalah yang terendah sejak Mei.

 

Angka di atas 100 sebenarnya masih menunjukkan bahwa pelaku usaha kecil di AS masih optimistis, masih yakin, masih melakukan ekspansi. Namun kadar optimisme itu terus menurun.

Ketiga adalah data pembukaan lapangan kerja (Jobs Opening and Labor Turnover/JOLT). Pada Juli, lapangan kerja yang tercipta adalah 7,22 juta. Lagi-lagi turun dibandingkan bulan sebelumnya dan menjadi yang terendah sejak Februari.




(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Melihat data-data yang ada, sepertinya perkiraan bahwa perekonomian AS akan terkontraksi adalah sebuah risiko yang sangat nyata. Ketika kontraksi ekonomi terjadi dalam dua kuarta beruntun pada tahun yang sama, itu namanya resesi. 

Peluang resesi AS terus meningkat. The Fed New York memperkirakan probabilitas resesi terjadi pada Agustus 2020 mencapai 37,93%, tertinggi sejak Maret 2008.




Masalahnya kalau AS terkontraksi (apalagi resesi), maka akan menyeret seluruh dunia ke arah yang sama. Mengutip riset IMF, setiap 1% pertumbuhan ekonomi AS akan mengangkat perekonomian negara lain sebesar 0,8-1%.

Tidak heran, karena AS adalah negara konsumen terbesar di dunia. Jika permintaan di AS meningkat, maka perdagangan dunia akan semarak.



Oleh karena itu, dunia patut waspada termasuk Indonesia. Mungkin Indonesia masih jauh dari kata kontraksi, tetapi perlambatan ekonomi sudah bisa dipastikan jika AS benar-benar bermasalah.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular