IHSG Melorot, Saham 4 Emiten Batu Bara Ini Malah Melesat

tahir saleh, CNBC Indonesia
23 August 2019 15:44
Empat saham emiten pertambangan batu bara melejit jelang penutupan perdagangan akhir pekan ini.
Foto: Batu Bara (REUTERS/Jason Lee)
Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah kejatuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), empat saham emiten pertambangan batu bara melejit jelang penutupan perdagangan akhir pekan ini, Jumat (23/8/2019) seiring dengan aksi beli yang dilakukan investor asing (net buy).

Keempat saham tambang batu bara tersebut mampu menghuni daftar emiten pencetak gain (top gainers) pada perdagangan sore ini, 30 menit sebelum pasar tutup.

EmitenKenaikan Harga %Asing
ADRO8,83%, Rp 1.095/sahamRp 9,66 miliar, net buy
INDY3,40%, Rp 1.370/sahamRp 187 juta, net buy
PTBA2,89%, Rp 2.500/sahamRp 903 juta, net buy
ITMG1,04%, Rp 12.150/sahamRp 2,95 miliar, net buy
Sumber: BEI

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, pada pukul 15.27 WIB, saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) naik paling tinggi 8,83% di level Rp 1.095/saham, dengan net buy asing Rp 9,96 miliar di pasar reguler.

Saham batu bara dengan kenaikan tertinggi berikutnya yakni PT Indika Energy Tbk (INDY) yang naik 3,40% di level Rp 1.370/saham dan net buy asing Rp 187 juta. Indika ditopang perusahaan tambang seperti PT Kideco Jaya Agung dan PT Petrosea Tbk (PTRO).

Berikutnya BUMN PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang harga sahamnya naik 2,89% di level Rp 2.500/saham dengan net buy asing Rp 903 juta

Terakhir, harga saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik 1,04% di level Rp 12.150/saham dengan net buy asing Rp 2,95 miliar.


Meski harian naik, dalam sebulan terakhir, saham emiten batu bara ini melemah. ADRO minus 11,38%, ITMG minus 29%, PTBA koreksi 9,8%, dan INDY turun 15%.

Harga batu bara memang masih tertekan menyusul anjloknya permintaan energi dunia ke level terendah sejak Agustus 2016 atau dalam 3 tahun terakhir, seiring dengan perlambatan ekonomi. Kenaikan produksi batu bara di China turut membebani harga mineral tersebut.

Harga batu bara acuan Newcastle kontrak pengiriman September pada sesi perdagangan Rabu lalu (21/8/2019), anjlok 1,83% ke level US$ 64,45/metrik ton. Dengan demikian harga batu bara Newcastle sudah terkoreksi 32,26% sejak awal tahun 2019.

Namun katalis positif Adaro hari ini ialah kinerja mengesankan. Di tengah rendahnya harga batu bara, ADRO mampu mengantongi kenaikan laba bersih mencapai 52% di semester I-2019 secara year on year (YoY).

Berdasarkan data laporan keuangan ADRO, laba bersih tersebut tercatat sebesar US$ 296,85 juta atau setara dengan Rp 4,15 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$), naik dari laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya US$ 195,38 juta atau Rp 2,74 triliun.

Pencapaian kinerja laba tersebut terjadi seiring dengan pendapatan perusahaan yang naik 10,24% menjadi US$ 1,77 miliar atau sekitar Rp 24,85 triliun dari sebelumnya US$ 1,61 miliar.

CEO Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan peningkatan laba bersih ini didorong oleh strategi perusahaan yang berhasil menerapkan disiplin biaya untuk mempertahankan margin yang sehat di tengah tantangan makro dan ketidakpastian pasar batu bara global.

"Walaupun harus waspada terhadap perkembangan industri di tahun ini, kami masih optimistis terhadap fundamental pasar batu bara di jangka panjang," katanya dalam keterangan resmi, Jumat (23/8/2019).

Adapun IHSG pada masih diperdagangkan di zona merah, minus 0,01% di level 6.235,45 setelah pada pembukaan tadi pagi juga dibuka melemah di level 6.228 dari hari sebelumnya.

Simak kinerja semester I Adaro Energy.

[Gambas:Video CNBC]

(tas/hps) Next Article Tanito Tumbang, 7 Tambang Batu Bara Ini Cemas Bukan Main

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular