
6 Hari Harga Turun, Saham Emiten Batu Bara Nyungsep!
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
13 August 2019 09:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham produsen batu bara di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan pagi ini, Selasa (13/8/2019) langsung amblas karena harga batu bara dunia terus melemah. Perang dagang dan perlambatan ekonomi global dituding menjadi akar penurunan harga tersebut.
Harga saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) terkoreksi 1,54% ke level harga Rp 14.425/saham. Begitu pun saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) turun 1,21% ke level Rp 2.450/saham.
Lalu harga saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) juga turun 1,09% ke level Rp 1.360/saham. Adapun saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) terperosok 0,93% ke level Rp 1.060/saham.
Pada perdagangan Senin kemarin (12/8/2019) harga batu bara acuan global, Newcastle kontrak pengiriman September ditutup melemah 0,29% ke level US$ 69,6/metrik ton.
Ini juga merupakan pelemahan hari ke-6 secara beruntun. Dimana perlambatan ekonomi global yang dipicu oleh perang dagang Amerika Serikat (AS)-China masih menjadi sentimen utama yang menekan harga si batu legam.
Perang dagang kembali memanas antara AS-China setelah Presiden AS Donald Trump menegaskan rencananya untuk mengenakan bea impor 10% terhadap produk-produk China senilai US$ 300 miliar mulai 1 September mendatang. Produk-produk tersebut sebelumnya tidak terdampak perang dagang.
Bahkan Trump juga membuka peluang untuk menaikkan bea impor tersebut menjadi lebih dari 25%.
China pun panas. Juru bicara Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan di Negeri Tirai Bambu telah menghentikan pembelian produk-produk pertanian asal AS. Untuk produk yang terlanjur di beli pasca 3 Agustus 2019 masih bisa dikenakan tarif tambahan.
Perselisihan dagang yang terus tereskalasi tersebut, menurut beberapa analis, membuat risiko resesi pada perekonomian AS semakin besar.
Kala hal itu terjadi, maka dampaknya akan dirasakan oleh seluruh dunia. Pasalnya saat ini masih menjadi negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
Beberapa analis memperkirakan perekonomian global akan jatuh kepada resesi bila perang dagang terus berlangsung dan mengalami eskalasi lebih jauh.
Alhasil, pertumbuhan permintaan energi, yang masih besar berasal dari batu bara pun tidak akan terlalu besar, atau bahkan terkontraksi.
Terbaru, Jepang mengumumkan harga barang impor untuk golongan minyak, batu bara, dan gas pada bulan Juli 2019 terkontraksi sebesar 5,1% secara tahunan (year-on-year/YoY). Nilai kontraksi tersebut lebih dalam ketimbang yang terjadi pada bulan sebelumnya yang sebesar 3,3% YoY.
Kontraksi pada harga impor di Jepang menjadi satu bukti baru bahwa harga batu bara sedang tertekan. Diketahui bahwa Jepang merupakan salah satu negara importir batu bara terbesar di kawasan Asia, bersama China dan Korea Selatan.
(hps/tas) Next Article Bisnis Batu Bara Disoroti KPK, Ini Pergerakan Saham Emitennya
Harga saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) terkoreksi 1,54% ke level harga Rp 14.425/saham. Begitu pun saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) turun 1,21% ke level Rp 2.450/saham.
Lalu harga saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) juga turun 1,09% ke level Rp 1.360/saham. Adapun saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) terperosok 0,93% ke level Rp 1.060/saham.
Pada perdagangan Senin kemarin (12/8/2019) harga batu bara acuan global, Newcastle kontrak pengiriman September ditutup melemah 0,29% ke level US$ 69,6/metrik ton.
Ini juga merupakan pelemahan hari ke-6 secara beruntun. Dimana perlambatan ekonomi global yang dipicu oleh perang dagang Amerika Serikat (AS)-China masih menjadi sentimen utama yang menekan harga si batu legam.
Perang dagang kembali memanas antara AS-China setelah Presiden AS Donald Trump menegaskan rencananya untuk mengenakan bea impor 10% terhadap produk-produk China senilai US$ 300 miliar mulai 1 September mendatang. Produk-produk tersebut sebelumnya tidak terdampak perang dagang.
Bahkan Trump juga membuka peluang untuk menaikkan bea impor tersebut menjadi lebih dari 25%.
China pun panas. Juru bicara Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan di Negeri Tirai Bambu telah menghentikan pembelian produk-produk pertanian asal AS. Untuk produk yang terlanjur di beli pasca 3 Agustus 2019 masih bisa dikenakan tarif tambahan.
Perselisihan dagang yang terus tereskalasi tersebut, menurut beberapa analis, membuat risiko resesi pada perekonomian AS semakin besar.
Kala hal itu terjadi, maka dampaknya akan dirasakan oleh seluruh dunia. Pasalnya saat ini masih menjadi negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
Beberapa analis memperkirakan perekonomian global akan jatuh kepada resesi bila perang dagang terus berlangsung dan mengalami eskalasi lebih jauh.
Alhasil, pertumbuhan permintaan energi, yang masih besar berasal dari batu bara pun tidak akan terlalu besar, atau bahkan terkontraksi.
Terbaru, Jepang mengumumkan harga barang impor untuk golongan minyak, batu bara, dan gas pada bulan Juli 2019 terkontraksi sebesar 5,1% secara tahunan (year-on-year/YoY). Nilai kontraksi tersebut lebih dalam ketimbang yang terjadi pada bulan sebelumnya yang sebesar 3,3% YoY.
Kontraksi pada harga impor di Jepang menjadi satu bukti baru bahwa harga batu bara sedang tertekan. Diketahui bahwa Jepang merupakan salah satu negara importir batu bara terbesar di kawasan Asia, bersama China dan Korea Selatan.
(hps/tas) Next Article Bisnis Batu Bara Disoroti KPK, Ini Pergerakan Saham Emitennya
Most Popular