Hingga Awal Agustus, Produksi Batu Bara RI 237,55 Juta Ton
08 August 2019 10:12
Foto: Wahyu Daniel
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat produksi batu bara Indonesia hingga awal Agustus mencapai 237,55 juta ton, atau sekitar 48,51% dari target produksi tahun ini yang mencapai 489,73 juta ton.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM Bambang Gatot saat dijumpai di Jakarta, Rabu (7/8/2019).
Lebih lanjut, ia mengatakan, realisasi produksi itu belum termasuk dengan laporan dari Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang ada di daerah.
"Realisasi tersebut berdasarkan pada laporan dari pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu bara (PKP2B) serta IUP Modal Asing, kalau pemegang IUP daerah melaporkan kepada Gubernur. Nantinya Gubernur menyampaikan kepada Kementerian ESDM," ujarnya.
Selain itu, ia juga mengatakan, dari jumlah produksi tersebut, ada yang dialokasikan untuk penggunaan dalam negeri/Domestic Market Obligation (DMO) dan ada yang untuk diekspor.
Untuk jumlah ekspor, tutur Bambang, mencapai 122,26 juta ton, dan realisasi alokasi DMO 68,79 juta ton. Namun, Bambang tidak merinci kuota DMO yang diperuntukan bagi pembangkit listrik. Dia hanya menekankan DMO bagi pembangkit sudah menjadi kewajiban pelaku tambang untuk memenuhinya.
Adapun, saat ini, pihaknya masih melakukan evaluasi Rencana Kerja Anggaran Biaya (RKAB) yang diajukan pelaku usaha. Mereka diberi kesempatan mengajukan revisi tingkat produksi sejak Juni-Juli kemarin.
Pada Agustus ini pemerintah akan memutuskan jumlah penambahan produksi tersebut. Hanya saja Bambang belum mau mengungkapkan lebih detil. Sebab, ada sejumlah faktor yang menjadi pertimbangan, salah satunya yakni pergerakan harga batu bara.
"RKAB masih proses," pungkasnya.
(hps/hps)
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM Bambang Gatot saat dijumpai di Jakarta, Rabu (7/8/2019).
Lebih lanjut, ia mengatakan, realisasi produksi itu belum termasuk dengan laporan dari Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang ada di daerah.
"Realisasi tersebut berdasarkan pada laporan dari pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu bara (PKP2B) serta IUP Modal Asing, kalau pemegang IUP daerah melaporkan kepada Gubernur. Nantinya Gubernur menyampaikan kepada Kementerian ESDM," ujarnya.
Selain itu, ia juga mengatakan, dari jumlah produksi tersebut, ada yang dialokasikan untuk penggunaan dalam negeri/Domestic Market Obligation (DMO) dan ada yang untuk diekspor.
Untuk jumlah ekspor, tutur Bambang, mencapai 122,26 juta ton, dan realisasi alokasi DMO 68,79 juta ton. Namun, Bambang tidak merinci kuota DMO yang diperuntukan bagi pembangkit listrik. Dia hanya menekankan DMO bagi pembangkit sudah menjadi kewajiban pelaku tambang untuk memenuhinya.
Adapun, saat ini, pihaknya masih melakukan evaluasi Rencana Kerja Anggaran Biaya (RKAB) yang diajukan pelaku usaha. Mereka diberi kesempatan mengajukan revisi tingkat produksi sejak Juni-Juli kemarin.
Pada Agustus ini pemerintah akan memutuskan jumlah penambahan produksi tersebut. Hanya saja Bambang belum mau mengungkapkan lebih detil. Sebab, ada sejumlah faktor yang menjadi pertimbangan, salah satunya yakni pergerakan harga batu bara.
"RKAB masih proses," pungkasnya.
Artikel Selanjutnya
Streaming! Gonjang-Ganjing Batu Bara RI Diterpa Kabar Miring
(hps/hps)
