
Permintaan Bertambah, Harga Batu Bara Acuan Naik Tipis
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
07 August 2019 11:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki kuartal III-2019, harga batu bara acuan (HBA) mulai menunjukkan penguatan. HBA pada periode Agustus 2019 sebesar US$ 72,67/ton. Harga tersebut naik tipis dibandingkan bulan lalu yang berada di level US$ 71,92/ton.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan, kondisi pasar relatif masih belum ada perubahan.
"Masih sama seperti bulan sebelumnya. Kondisi pasar internasional secara umum belum ada perubahan. Alhasil pergerakan harga pun belum signifikan," ujar Agung di Kementerian ESDM, Rabu (7/8/2019).
Lalu, apa yang membuatnya menguat?
Dihubungi secara terpisah, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menuturkan membaiknya harga disebabkan oleh naiknya permintaan batu bara Indonesia untuk kalori menengah dan tinggi.
China, kata Hendra, membutuhkan kedua jenis batu bara itu untuk menutup kekurangan pasokan dari Australia. Sebab, beberapa tambang di Australia mengalami gangguan produksi.
"Tapi secara umum kondisi pasar masih sama. Oversupply masih terjadi," ujarnya.
Hendra menuturkan kenaikan harga di Agustus ini sulit diprediksi terus terjadi hingga akhir tahun, karena jumlah permintaan dunia belum meningkat sedangkan jumlah produksi terus naik.
Ia menuturkan, masih ada kekhawatiran dari pelaku usaha terhadap pergerakan harga di kuartal keempat nanti, lantaran adanya penambahan produksi.
"Takutnya China mengurangi impor di kuartal empat," pungkasnya.
Sebagai informasi, penetapan HBA merujuk pada index pasar internasional. Ada 4 index yang dipakai Kementerian ESDM yakni Indonesia Coal Index (ICI), New Castle Global Coal (GC), New Castle Export Index (NEX), dan Platts59.
Adapun bobot masing-masing index sebesar 25% dalam formula HBA. Artiannya pergerakan harga batu bara dipengaruhi oleh pasar internasional.
Produsen Batu Bara Minta Pemerintah Tak Paksa Genjot Ekspor
[Gambas:Video CNBC]
(hps) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan, kondisi pasar relatif masih belum ada perubahan.
"Masih sama seperti bulan sebelumnya. Kondisi pasar internasional secara umum belum ada perubahan. Alhasil pergerakan harga pun belum signifikan," ujar Agung di Kementerian ESDM, Rabu (7/8/2019).
Dihubungi secara terpisah, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menuturkan membaiknya harga disebabkan oleh naiknya permintaan batu bara Indonesia untuk kalori menengah dan tinggi.
China, kata Hendra, membutuhkan kedua jenis batu bara itu untuk menutup kekurangan pasokan dari Australia. Sebab, beberapa tambang di Australia mengalami gangguan produksi.
"Tapi secara umum kondisi pasar masih sama. Oversupply masih terjadi," ujarnya.
Hendra menuturkan kenaikan harga di Agustus ini sulit diprediksi terus terjadi hingga akhir tahun, karena jumlah permintaan dunia belum meningkat sedangkan jumlah produksi terus naik.
Ia menuturkan, masih ada kekhawatiran dari pelaku usaha terhadap pergerakan harga di kuartal keempat nanti, lantaran adanya penambahan produksi.
"Takutnya China mengurangi impor di kuartal empat," pungkasnya.
Sebagai informasi, penetapan HBA merujuk pada index pasar internasional. Ada 4 index yang dipakai Kementerian ESDM yakni Indonesia Coal Index (ICI), New Castle Global Coal (GC), New Castle Export Index (NEX), dan Platts59.
Adapun bobot masing-masing index sebesar 25% dalam formula HBA. Artiannya pergerakan harga batu bara dipengaruhi oleh pasar internasional.
Produsen Batu Bara Minta Pemerintah Tak Paksa Genjot Ekspor
[Gambas:Video CNBC]
(hps) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara
Most Popular