Harga Sedang Turun, Saham Batu Bara Kok Beterbangan?

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
10 December 2019 12:10
harga saham beberapa emiten produsen batu bara raksasa Indonesia melaju kencang. Bahkan ada yang mencatatkan penguatan lebih dari 10%.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada sesi I perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini (10/12/2019), harga saham beberapa emiten produsen batu bara raksasa Indonesia melaju kencang. Bahkan ada yang mencatatkan penguatan lebih dari 10%.

Pada pukul 11:15 WIB, harga saham PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) meroket karena mampu mencatatkan kenaikan 10,53% menjadi Rp 294/unit saham. Disusul oleh PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) yang melesat 5,39% ker RP 10.750/unit saham, PT Indika Energy Tbk (INDY) naik 4,42% ke Rp 1.180/unit saham.

Kemudian PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menguat 3,03% ke Rp 68/unit saham, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 246% menjadi Rp 1.455/unit saham, dan PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM) naik 2% ke Rp 51/unit saham.

Saham emiten batu bara diburu ketigk harga komoditas batu bara dunia kembali mencatatkan koreksi 0,81% pada penutupan perdagangan kemarin (9/12/2019) dan ditutup di level US$ 67,05/ton. Ini berarti sejak awal Desember hingga kemarin, harga batu bara sudah terkoreksi 3,18%.

Penurunan harga batu bara disebabkan oleh China, sebagai pengimpor batu bara terbesar, kembali memperketat impor komoditas tersebut dalam dua bulan terakhir di tahun 2019.

Meskipun demikian, jika ditelaah lebih rinci, jumlah impor China sejatinya tumbuh jika dibandingkan dengan impor tahun 2018. Padahal pemerintah Tiongkok mencoba menekan impor batu bara, dan menargetkan agar jumlahnya tidak jauh berbeda dengan tahun lalu.

Merujuk pemberitaan Reuters, sepanjang bulan November jumlah impor batu bara China tercatat sebesar 20,8 juta ton, turun 19,1% dibandingkan dengan bulan Oktober. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, nilai tersebut naik 8,5% YoY.

Kemudian, dalam 11 bulan pertama tahun ini, jumlah impor batu bara China mencapai 299,3 juta ton, sudah di atas dari capaian impor tahun 2018 yang ada di level 281,2 juta ton.

Total impor batu bara hingga akhir November 2019 tumbuh 10,2% secara tahunan (year-on-year/YoY). Capaian tersebut meningkat dibandingkan perolehan 10 bulan pertama 2019 yang tumbuh 9,6% YoY.

Lebih lanjut, pelaku pasar harap tetap waspada karena industri batu bara sejatinya masih memiliki outlook yang memprihatinkan, hal ini mengingat harga terus menunjukkan tren penurunan.

Untuk diketahui, Fitch Ratings (Fitch), telah merevisi turun harga batu bara untuk tahun depan. Untuk batu bara Qinghuangdao dengan kalori sebesar 5.500 kcal/kg diperkirakan berada di US$ 80/ton.

Sementara itu untuk batu bara Newcastle Australia dengan kalori 6.000 kcal/kg diprediksi menyentuh harga US$ 73/ton.

Direktur Eksekutif Asosiasi Penambang Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia pun mengamini prediksi Fitch tersebut.

Menurut Hendra harga batu bara tertekan karena kondisi pasar masih oversupply alias terdapat kelebihan pasokan. Terlebih lagi, proporsi oversupply di pasar global paling banyak berasal dari Ibu Pertiwi.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Bisnis Batu Bara Disoroti KPK, Ini Pergerakan Saham Emitennya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular