Cerita di Balik Redupnya Emiten Batu Bara, Ada Apa Gerangan?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
05 March 2020 15:56
Cerita di Balik Redupnya Emiten Batu Bara, Ada Apa Gerangan?
Foto: Kapal keruk memuat gerbong dengan batu bara (REUTERS/Ilya Naymushin)
Jakarta, CNBC Indonesia - Tiga emiten big cap (berkapitalisasi besar) batu bara di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami nasib yang kurang mujur di tahun lalu. Pasalnya, penurunan harga batu bara terutama yang berkalori tinggi turut menekan kinerja perusahaan.

Tiga emiten batu bara Tanah Air yang merupakan konstituen indeks LQ45 yakni PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Indo Tambang Raya Megah Tbk (ITMG) kompak mencatatkan penurunan laba bersih. Indeks LQ45 adalah kumpulan saham-saham dengan likuiditas bagus.

Jika melihat laporan keuangan auditan emiten, ADRO dan ITMG mencatatkan penurunan pendapatan masing-masing 4% dan 15% secara tahunan (yoy).

Sementara emiten batu bara pelat merah PTBA justru mencatatkan kenaikan pendapatan (+4% yoy). Namun faktor yang menggerus laba PTBA adalah kenaikan beban biaya produksi yang melonjak dua digit (+13% yoy).

Sebenarnya, ketiga emiten ini mencatatkan kenaikan volume penjualan batu bara di sepanjang tahun 2019 (+9,7% yoy). Walau volume penjualan naik, rata-rata harga jual batu bara ketiga emiten justru turun (-13,7% yoy).



Pelemahan rerata harga jual batu bara turut menggerus pendapatan emiten terutama ADRO dan ITMG. Sementara pendapatan PTBA justru naik karena kenaikan volume penjualan yang signifikan diimbangi dengan penurunan rerata harga jual batu bara yang paling minim di antara dua emiten lainnya.



Tahun 2019 memang diwarnai dengan pelemahan harga batu bara, terutama untuk batu bara yang memiliki nilai kalori tinggi (> 5.800 Kcal/Kg).

Harga batu bara spot Newcastle anjlok lebih dari 30% tahun lalu. Sementara harga batu bara dengan nilai kalori yang rendah (< 4.200 Kcal/Kg) cenderung stabil.

Pelemahan harga batu bara dengan nilai kalori tinggi disebabkan oleh pelemahan permintaan dari Jepang, Korea Selatan dan Uni Eropa pada semester pertama tahun lalu.

Laba Emiten Batu Bara RI Anjlok, Ini PenyebabnyaDiambil dari Dokumen Presentasi PT Adaro Energy Tbk


Anjloknya harga batu bara dengan nilai kalori yang tinggi terlihat jelas menggerus pendapatan emiten batu bara yang portofolio produknya didominasi oleh batu bara dengan nilai kalori tinggi yaitu ITMG.


[Gambas:Video CNBC]



Di sepanjang tahun 2019, ITMG mencatatkan penurunan rerata harga jual batu bara sebesar 20,1% (yoy) dan menjadi emiten batu bara yang mengalami penurunan pendapatan paling dalam di antara dua emiten lain (-15% yoy).

ITMG banyak menjual batu bara dengan nilai kalori yang tinggi. Tambang batu bara PT Indominco Mandiri, PT Trubanindo Coal Mining dan PT Bharinto Ekatama yang menyumbang 86,3% dari total produksi ITMG memproduksi batu bara dengan nilai kalori tinggi (> 5.800 Kcal/Kg).

Penurunan rerata penjualan harga batu bara dan pendapatan ADRO juga mengalami penurunan tetapi tak setajam yang dialami ITMG. Hal ini diakibatkan oleh portofolio produk batu bara ADRO yang memiliki nilai kalori rendah ke sedang.

Sementara PTBA merupakan emiten yang paling diuntungkan karena portofolio produknya memiliki eksposur ke batu bara dengan nilai kalori yang rendah.



Rasio profitabilitas ketiga emiten untuk tahun 2019 juga mengalami penurunan. Pelemahan harga batu bara memang menekan kinerja emiten batu bara big cap ini, terutama untuk ITMG.







Sementara untuk PTBA pemicu anjloknya laba bersih diakibatkan oleh kenaikan beban biaya produksinya. Ketika pendapatan perusahaan naik single digit, beban produksinya justru naik 12,32% (yoy).

Kenaikan biaya produksi disumbang oleh kenaikan biaya untuk jasa angkut (+9% yoy) dan biaya untuk jasa penambangan (+16% yoy). Kedua pos biaya produksi ini menyumbang lebih dari separuh dari total biaya produksi perusahaan.

Maklum dalam dunia pertambangan terutama pertambangan batu bara, beban baiya produksi merupakan pos yang biayanya paling besar yang menyumbang lebih dari 75% dari total beban biaya. Jadi wajar saja apabila ada kenaikan pada pos ini margin akan tergerus. Untuk tahun 2020, pelemahan harga batu bara dengan nilai kalori yang tinggi masih mungkin akan terjadi. Apalagi di tengah isu merebaknya virus corona seperti sekarang, di mana Jepang & Korea Selatan merupakan negara dengan total infeksi terbanyak di Asia setelah China.

Selain wabah virus corona, Negeri Sakura dan Negeri Ginseng juga diperkirakan akan mengurangi impor batu baranya dan beralih ke sumber energi lain yang lebih ramah lingkungan.

Walau permintaan di kawasan Asia Timur (Far East) diperkirakan melambat, permintaan batu bara diperkirakan akan bergeser ke Asia Tenggara terutama di Vietnam dan Indonesia yang tengah gencar membangun PLTU.


Hal ini tentu menguntungkan emiten batu bara yang punya eksposur ke pasar di Asia Tenggara dan portofolio produknya memiliki batu bara dengan nilai kalori yang rendah atau dikenal dengan brown coal yakni PTBA.

Walau mengalami penurunan laba bersih, ketiga emiten ini merupakan emiten dengan nilai kapitalisasi pasar yang besar dan termasuk yang rajin dalam membagi dividen sehingga diminati oleh para investor.

Prospek bisnis ke depan ketiga emiten ini ke depan juga masih cerah dengan adanya diversifikasi portofolio bisnis yang dilakukan ketiganya seperti PTBA yang tengah menggarap proyek pembangunan PLTU di Sumatera dan melakukan hilirisasi produk batu bara menjadi gas serta pembangunan pembangkit listrik tenaga surya di bandara Soekarno-Hatta.

Sementara ITMG yang sahamnya mayoritas dikuasai oleh raksasa pertambangan Thailand yakni Banphu juga mulai mendiversifikasi bisnisnya ke arah hilir dengan proyek PLTU dalam beberapa tahun terakhir.

ADRO merupakan salah satu perusahaan pertambangan batu bara yang paling well diversified. ADRO merupakan perusahaan batu bara yang terintegrasi mengusung konsep pit to port ADRO memiliki 8 unit bisnis seperti jasa pertambangan, logistik, permodalan hingga pembangkit listrik.


TIM RISET CNBC INDONESIA



[Gambas:Video CNBC]




Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular