
Jokowi Pidato, IHSG Mulai Limbung! Ada Apa?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 August 2019 10:21

Lebih lanjut, tekanan bagi bursa saham utama Asia datang dari mencuatnya potensi resesi di AS. Pada perdagangan hari Rabu (14/8/2019), imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 2 tahun sempat melampaui yield obligasi AS tenor 10 tahun.
Fenomena ini disebut sebagai inversi. Untuk diketahui, inversi merupakan sebuah fenomena di mana yield obligasi tenor pendek berada di posisi yang lebih tinggi dibandingkan tenor panjang.
Padahal dalam kondisi normal, yield tenor panjang akan lebih tinggi karena memegang obligasi tenor panjang pastilah lebih berisiko ketimbang tenor pendek.
Terjadinya inversi mencerminkan bahwa pelaku pasar melihat risiko yang tinggi dalam jangka pendek yang membuat mereka meminta yield yang tinggi sebagai kompensasi. Inversi di pasar obligasi AS menjadi hal yang krusial bagi pasar keuangan dunia lantaran terjadinya inversi merupakan sinyal dari terjadinya resesi di AS di masa depan.
Sebagai informasi, resesi merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan, seperti dilansir dari Investopedia.
Sebuah perekonomian bisa dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut. Terhitung sejak tahun 1978, telah terjadi 5 kali inversi antara tenor 2 dan 10 tahun, semuanya berujung pada resesi.
Berdasarkan data dari Credit Suisse yang dilansir CNBC International, secara rata-rata terdapat jeda waktu selama 22 bulan semenjak terjadinya inversi hingga resesi.
Kala AS selaku negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia mengalami resesi, perekonomian global juga akan mendapatkan tekanan yang signifikan. Melihat IHSG yang sudah mulai limbung, pelaku pasar harus berhati-hati. Ada peluang yang sangat besar bahwa IHSG akan mengakhiri perdagangan hari ini di zona merah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank)
Fenomena ini disebut sebagai inversi. Untuk diketahui, inversi merupakan sebuah fenomena di mana yield obligasi tenor pendek berada di posisi yang lebih tinggi dibandingkan tenor panjang.
Padahal dalam kondisi normal, yield tenor panjang akan lebih tinggi karena memegang obligasi tenor panjang pastilah lebih berisiko ketimbang tenor pendek.
Terjadinya inversi mencerminkan bahwa pelaku pasar melihat risiko yang tinggi dalam jangka pendek yang membuat mereka meminta yield yang tinggi sebagai kompensasi. Inversi di pasar obligasi AS menjadi hal yang krusial bagi pasar keuangan dunia lantaran terjadinya inversi merupakan sinyal dari terjadinya resesi di AS di masa depan.
Sebuah perekonomian bisa dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut. Terhitung sejak tahun 1978, telah terjadi 5 kali inversi antara tenor 2 dan 10 tahun, semuanya berujung pada resesi.
Berdasarkan data dari Credit Suisse yang dilansir CNBC International, secara rata-rata terdapat jeda waktu selama 22 bulan semenjak terjadinya inversi hingga resesi.
Kala AS selaku negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia mengalami resesi, perekonomian global juga akan mendapatkan tekanan yang signifikan. Melihat IHSG yang sudah mulai limbung, pelaku pasar harus berhati-hati. Ada peluang yang sangat besar bahwa IHSG akan mengakhiri perdagangan hari ini di zona merah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular