Terungkap! Ini Alasan Sugiharto Ditunjuk Jadi Dirut Jababeka
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
12 August 2019 19:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Kisruh saling klaim manajemen PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) masih berlanjut. Manajemen baru di bawah kendali Sugiharto, mantan Menteri BUMN era Oktober 2004 hingga Mei 2007, pun angkat bicara merespons kisruh dualisme manajemen ini.
Sugiharto, Direktur Utama Jababeka yang terpilih versi Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 26 Juni 2019, menjelaskan secara gamblang perihal pengangkatan dirinya sebagai direktur utama Jababeka.
Semula, namanya bersama Aries Liman diusulkan dalam agenda kelima pada RUPS Tahunan pada 26 Juni itu. Dalam RUPST tersebut, disetujui pengangkatan Sugiharto sebagai direktur utama dan Aries Liman sebagai komisaris Jababeka yang baru.
Saat voting, dua pemegang saham Jababeka yakni PT Imakotama Investindo dan Islamic Development Bank (IDB) memberikan kuasa masing-masing kepada Iwan Margana dan Pratama Capital Assets Management.
"Saya ini diusulkan, saya tidak mencari-cari pekerjaan," kata Sugiharto, saat ditemui awak media di kantornya di Equity Tower, Jakarta, Senin (12/8/2019).
Lantas kenapa nama Sugiharto yang dipilih? Dalam kesempatan yang sama, Iwan Margana, Presiden Direktur Pratama Capital Assets menjelaskan, sosok Sugiharto direkomendasikan oleh IDB, yang saat ini sebagai pemegang saham terbesar kedua Jababeka dengan komposisi kepemilikan 11,39% setelah Mumin Ali Gunawan 21,09%.
Adapun Imakotama menggenggam 11,30% saham Jababeka.
Pertimbangan pertama, kata Iwan, opsi pergantian direktur utama dengan menunjuk Sugiharto akan menguntungkan KIJA ke depan. Sebab, Sugiharto adalah Board of Advisor IDB member countries sovereign investment forum dan dipercaya bisa mendatangkan suntikan dana dari Timur Tengah ke Indonesia.
IDB juga tercatat aktif berinvestasi di berbagai korporasi di Indonesia lainnya, seperti Bank Muamalat.
"Sugiharto termasuk dekat dengan sumber dana di Timur Tengah, bukankah ini ideal seumpama pendanaan di Timur Tengah untuk sukuk, KIJA sangat mudah," kata Iwan.
Selain itu, kata dia, mayoritas pemegang saham KIJA menginginkan pergantian posisi direktur utama perseroan agar kinerja perseroan lebih optimal dan transparan. Tak mengherankan, pemegang saham seperti IDB mengusulkan Sugiharto, mengingat dalam 3 tahun terakhir, perusahaan dengan kode saham KIJA itu tak membagikan dividen dan harga saham yang bergerak stagnan.
"IDB mengusulkan Pak Sugiharto dan sudah menghadap langsung ke Pak Darmono [pendiri Grup Jababeka] dan itu telah disetujui," ungkapnya.
Di lain pihak, manajemen lama di bawah kendali Budianto Liman, secara tegas menolak terjadinya perubahan pemegang saham pengendali (change of control) dalam RUPST 26 Juni lalu.
Manajemen lama juga mempertanyakan agenda kelima mengenai perubahan direktur utama dan komisaris perseroan dinilai tidak sesuai dengan prinsip tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance.
Data laporan keuangan KIJA per Juni 2019 mencatat, investor publik memegang 57,99% saham atau sebanyak 12.077.492.826 saham.
Pemegang saham lain yakni Mumin Ali Gunawan (pendiri Grup Panin) 21,09%, IDB 11,30%, Imakotama 6,66%, Hadi Rahardja (komisaris) 2,80%, dan Setiawan Mardjuki (direktur) 0,17%.
(tas) Next Article Laba Jababeka di 2019 Capai Rp 119 M, Saham Terjerembab 54%
Sugiharto, Direktur Utama Jababeka yang terpilih versi Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 26 Juni 2019, menjelaskan secara gamblang perihal pengangkatan dirinya sebagai direktur utama Jababeka.
Semula, namanya bersama Aries Liman diusulkan dalam agenda kelima pada RUPS Tahunan pada 26 Juni itu. Dalam RUPST tersebut, disetujui pengangkatan Sugiharto sebagai direktur utama dan Aries Liman sebagai komisaris Jababeka yang baru.
Saat voting, dua pemegang saham Jababeka yakni PT Imakotama Investindo dan Islamic Development Bank (IDB) memberikan kuasa masing-masing kepada Iwan Margana dan Pratama Capital Assets Management.
"Saya ini diusulkan, saya tidak mencari-cari pekerjaan," kata Sugiharto, saat ditemui awak media di kantornya di Equity Tower, Jakarta, Senin (12/8/2019).
Lantas kenapa nama Sugiharto yang dipilih? Dalam kesempatan yang sama, Iwan Margana, Presiden Direktur Pratama Capital Assets menjelaskan, sosok Sugiharto direkomendasikan oleh IDB, yang saat ini sebagai pemegang saham terbesar kedua Jababeka dengan komposisi kepemilikan 11,39% setelah Mumin Ali Gunawan 21,09%.
Adapun Imakotama menggenggam 11,30% saham Jababeka.
Pertimbangan pertama, kata Iwan, opsi pergantian direktur utama dengan menunjuk Sugiharto akan menguntungkan KIJA ke depan. Sebab, Sugiharto adalah Board of Advisor IDB member countries sovereign investment forum dan dipercaya bisa mendatangkan suntikan dana dari Timur Tengah ke Indonesia.
IDB juga tercatat aktif berinvestasi di berbagai korporasi di Indonesia lainnya, seperti Bank Muamalat.
"Sugiharto termasuk dekat dengan sumber dana di Timur Tengah, bukankah ini ideal seumpama pendanaan di Timur Tengah untuk sukuk, KIJA sangat mudah," kata Iwan.
Selain itu, kata dia, mayoritas pemegang saham KIJA menginginkan pergantian posisi direktur utama perseroan agar kinerja perseroan lebih optimal dan transparan. Tak mengherankan, pemegang saham seperti IDB mengusulkan Sugiharto, mengingat dalam 3 tahun terakhir, perusahaan dengan kode saham KIJA itu tak membagikan dividen dan harga saham yang bergerak stagnan.
"IDB mengusulkan Pak Sugiharto dan sudah menghadap langsung ke Pak Darmono [pendiri Grup Jababeka] dan itu telah disetujui," ungkapnya.
![]() |
Di lain pihak, manajemen lama di bawah kendali Budianto Liman, secara tegas menolak terjadinya perubahan pemegang saham pengendali (change of control) dalam RUPST 26 Juni lalu.
Manajemen lama juga mempertanyakan agenda kelima mengenai perubahan direktur utama dan komisaris perseroan dinilai tidak sesuai dengan prinsip tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance.
Data laporan keuangan KIJA per Juni 2019 mencatat, investor publik memegang 57,99% saham atau sebanyak 12.077.492.826 saham.
Pemegang saham lain yakni Mumin Ali Gunawan (pendiri Grup Panin) 21,09%, IDB 11,30%, Imakotama 6,66%, Hadi Rahardja (komisaris) 2,80%, dan Setiawan Mardjuki (direktur) 0,17%.
(tas) Next Article Laba Jababeka di 2019 Capai Rp 119 M, Saham Terjerembab 54%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular