
Mantap! Produk ETF Makin Menjamur, Penerbit Kian Banyak
Monica Wareza, CNBC Indonesia
25 July 2019 13:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan minat perusahaan manajer investasi (MI) untuk menerbitkan produk reksa dana yang bisa ditransaksikan di bursa alias Exchange Traded Fund (ETF) yang terus meningkat hingga tahun ini.
Tercatat sejak 2015 terjadi peningkatan jumlah produk mencapai 23 ETF, total sebanyak 30 ETF sudah bisa ditransaksikan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dewan Komisioner Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen mengatakan dana kelolaan (asset under management/AUM) untuk produk investasi ETF ini meningkat empat kali lipat dalam empat tahun terakhir. Hingga 22 Juli 2019 OJK mencatat AUM ETF senilai Rp 14 triliun, naik dari Rp 3,5 triliun di 2015.
"Produk ETF terus berkembang dan diharapkan bisa terus tumbuh lebih baik," kata Hoesen di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (25/7/2019).
ETF adalah Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa. Situs BEI menjelaskan, meskipun ETF pada dasarnya adalah reksa dana, produk ini diperdagangkan seperti saham-saham yang ada di bursa efek.
ETF merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal transaksi jual maupun beli.
Selain itu, produk-produk ETF saat ini juga sudah mulai beragam sehingga tak hanya menggunakan benchmark atau acuan dari indeks sehingga bersifat pasif, namun juga telah berkembang menjadi produk yang bersifat aktif. Jumlahnya mencapai 12 produk dari total produk yang sudah ada saat ini.
Dari sisi penerbit, perusahaan MI juga telah berlomba-lomba untuk membuat produk ETF yang beragam.
Hingga Kamis ini (25/7/2019), sudah ada 10 MI yang memiliki ETF sebagai salah portofolio produk investasinya.
Salah satunya adalah PT Majoris Asset Management yang baru saja meluncurkan reksa dana ETF-nya. ETF ini menggunakan Indeks Pefindo I-Grade yang diterbitkan oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) sebagai indeks acuan dengan pendekatan investasi pasif.
Presiden Direktur Majoris Asset Management Zulfa Hendri mengatakan kebijakan investasi dari reksa dana ini adalah 80-100% pada efek bersifat ekuitas yang terdaftar dalam Indeks Pefindo I-Grade dan 0-20% pada instrumen pasar uang dalam negeri yang mempunyai jatuh tempo tidak lebih dari 1 (satu) tahun dan deposito.
"Dari 30 saham yang masuk dalam indeks tersebut, kami hanya menggunakank 27 saham saja, jadi tidak semuanya masuk dalam ETF ini," kata Zulfa dalam kesempatan yang sama.
Dia menjelaskan pemilihan Indeks Pefindo I-Grade sebagai indeks acuan didasari karena kinerja indeks ini outperformed apabila dibandingkan dengan indeks lainnya yang tersedia di bursa.
Perusahaan bekerja sama dengan PT Mandiri Sekuritas yang berperan sebagai dealer partisipan dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) sebagai bank kustodian.
Untuk mendapatkan produk ini investor perlu mengeluarkan dana investasi senilai Rp 17 juta untuk satu basket yang terdiri dari 100.000 unit penyertaan.
Beberapa perusahaan MI lain yang sudah lebih dahulu merilis ETF yakni PT Indo Premier Investment Management, PT Batavia Prosperindo Aset Manajement, PT Bahana TCW Investment Management, PT Pinnacle Investment, dan PT Phillip Asset Management.
Faktor likuditas masih jadi hambatan ETF.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Incar Investor Ritel & Institusi, Panin AM Rilis ETF Perdana
Tercatat sejak 2015 terjadi peningkatan jumlah produk mencapai 23 ETF, total sebanyak 30 ETF sudah bisa ditransaksikan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dewan Komisioner Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen mengatakan dana kelolaan (asset under management/AUM) untuk produk investasi ETF ini meningkat empat kali lipat dalam empat tahun terakhir. Hingga 22 Juli 2019 OJK mencatat AUM ETF senilai Rp 14 triliun, naik dari Rp 3,5 triliun di 2015.
"Produk ETF terus berkembang dan diharapkan bisa terus tumbuh lebih baik," kata Hoesen di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (25/7/2019).
ETF adalah Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa. Situs BEI menjelaskan, meskipun ETF pada dasarnya adalah reksa dana, produk ini diperdagangkan seperti saham-saham yang ada di bursa efek.
ETF merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal transaksi jual maupun beli.
Selain itu, produk-produk ETF saat ini juga sudah mulai beragam sehingga tak hanya menggunakan benchmark atau acuan dari indeks sehingga bersifat pasif, namun juga telah berkembang menjadi produk yang bersifat aktif. Jumlahnya mencapai 12 produk dari total produk yang sudah ada saat ini.
Dari sisi penerbit, perusahaan MI juga telah berlomba-lomba untuk membuat produk ETF yang beragam.
Salah satunya adalah PT Majoris Asset Management yang baru saja meluncurkan reksa dana ETF-nya. ETF ini menggunakan Indeks Pefindo I-Grade yang diterbitkan oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) sebagai indeks acuan dengan pendekatan investasi pasif.
Presiden Direktur Majoris Asset Management Zulfa Hendri mengatakan kebijakan investasi dari reksa dana ini adalah 80-100% pada efek bersifat ekuitas yang terdaftar dalam Indeks Pefindo I-Grade dan 0-20% pada instrumen pasar uang dalam negeri yang mempunyai jatuh tempo tidak lebih dari 1 (satu) tahun dan deposito.
"Dari 30 saham yang masuk dalam indeks tersebut, kami hanya menggunakank 27 saham saja, jadi tidak semuanya masuk dalam ETF ini," kata Zulfa dalam kesempatan yang sama.
Dia menjelaskan pemilihan Indeks Pefindo I-Grade sebagai indeks acuan didasari karena kinerja indeks ini outperformed apabila dibandingkan dengan indeks lainnya yang tersedia di bursa.
Perusahaan bekerja sama dengan PT Mandiri Sekuritas yang berperan sebagai dealer partisipan dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) sebagai bank kustodian.
Untuk mendapatkan produk ini investor perlu mengeluarkan dana investasi senilai Rp 17 juta untuk satu basket yang terdiri dari 100.000 unit penyertaan.
Beberapa perusahaan MI lain yang sudah lebih dahulu merilis ETF yakni PT Indo Premier Investment Management, PT Batavia Prosperindo Aset Manajement, PT Bahana TCW Investment Management, PT Pinnacle Investment, dan PT Phillip Asset Management.
Faktor likuditas masih jadi hambatan ETF.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Incar Investor Ritel & Institusi, Panin AM Rilis ETF Perdana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular