
Tips Investasi
Selain Saham, Kenali Produk Investasi Lain di Pasar Modal
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
12 July 2019 16:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar Modal merupakan tempat memperjual-belikan surat berharga yang bersifat jangka panjang, sekaligus sebagai sarana berinvestasi bagi masyarakat Indonesia untuk mengembangkan harta atau asetnya.
Umumnya, masyarakat sudah familiar dengan instrumen investasi seperti saham maupun reksa dana. Namun, pasar modal sebenarnya tidak hanya memperjual-belikan produk investasi itu saja, beberapa instrumen investasi seperti obligasi,etf, dan waran juga patut dipertimbangkan.
Berikut instrumen-instrumen investasi di pasar modal selain saham di di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang patut dipertimbangkan investor:
1. Surat Utang (Obligasi)
Surat Utang atau obligasi merupakan instrumen investasi atas dasar janji dari penerbit surat utang untuk membayar bunga dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada para pemegang obligasi tersebut.
Obligasi merupakan instrumen investasi yang sifatnya menengah panjang dan dapat diperjualbelikan maupun dipindahtangankan, karena itu harga sebuah obligasi bisa naik turun.
Sebenarnya bursa menyediakan sistem khusus yang dikenal dengan nama FITS (Fixed Income Trading System), namun hingga kini pelaku pasar lebih memilih OTC karena menginginkan harga wajar dibentuk antar dealer.
Adapun acuan transaksi obligasi antar counter umumnya yang digunakan adalah yield dibandingkan harga, karena yield mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Meski diperdagangkan, risiko pada obligasi lebih rendah jika dibandingkan investasi saham karena volatilitas pergerakannya yang lebih rendah.
Keuntungan Membeli Efek Bersifat Utang
Berikut adalah keuntungan membeli Efek Bersifat Utang, antara lain:
Kupon
Kupon adalah imbal hasil atau tingkat bunga yang akan diterima oleh seorang investor (bunganya dihitung secara tahunan/annual).
Pembayaran kupon tersebut ada yang bersifat tetap (fixed) sampai dengan jatuh tempo, bunga kupon yang bervariasi mengikuti instrumen lain (Contoh: SBI+3%, Jibor+2,5%), dan tidak mempunyai bunga kupon namun diterbitkan dengan diskon.
Contoh perhitungan obligasi dengan kupon bersifat tetap (fixed income)
* Investor membeli obligasi X:
- Nominal Rp. 1 Milyar
- Kupon tetap: 10% per tahun
- Jatuh tempo 5 tahun
* Maka pendapatan yang diterima:
- Kupon, 10% X Rp 1 miliar = Rp 100 juta/tahun (diterima setiap tahun selama 5 tahun)
- Pokok: Diterima pada tahun ke-5 atau ketika jatuh tempo sebesar Rp 1 miliar.
Dasar-dasar yang dapat mempengaruhi harga wajar efek bersifat utang
Setelah suatu obligasi diterbitkan, investor dapat memperdagangkan surat utang atau obligasi tersebut. Harganya akan terbentuk berdasarkan permintaan dan penawaran yang terjadi.
Adapun yang menjadi dasar yang dapat mempengaruhi harga wajar efek tersebut, yakni:
1. Interest Rate atau suku bunga Bank Sentral
Besarnya suku bunga menjadi acuan bagi pembeli efek bersifat utang sebagai perbandingan dasar tingkat pengembalian yang diharapkan. Tingkat suku bunga pasar dalam hal ini dapat berupa BI rate. Ketika suku bunga pasar berubah, maka akan mempengaruhi harga efek bersifat utang.
Pada saat tingkat suku bunga pasar mengalami kenaikan, sementara besarnya tingkat pengembalian atas efek bersifat utang adalah tetap, maka return riil dari investor dianggap menjadi relatif lebih kecil.
Hal ini akan menyebabkan terjadi aksi jual efek bersifat utang, sehingga harga efek tersebut menjadi turun. Begitu pula sebaliknya.
2. Faktor Risiko
Risiko kredit merupakan kemampuan penerbit obligasi dalam melakukan pembayaran bunga maupun pelunasan pokok secara tepat waktu sesuai jatuh temponya. Pada umumnya, efek bersifat utang diperingkat secara berkala oleh Lembaga Pemeringkatan Efek.
Investor dapat memanfaatkan informasi pemeringkatan efek bersifat utang dari Lembaga Pemeringat Efek untuk mengukur risiko investasi pada suatu efek bersifat utang dan menilai tingkat kredibilitas suatu perusahaan, serta juga dapat memperlihatkan kinerja/prospek perusahaan.
Ketika peringkat efek bersifat utang mengalami penurunan, mengindikasikan tingkat risiko Penerbit dalam memenuhi kewajibannya menjadi lebih rendah yang pada akhirnya dapat berpotensi gagal bayar.
Kondisi tersebut akan menyebabkan harga efek bersifat utang tersebut mengalami penurunan. Hal ini disebabkan permintaan atas efek bersifat utang juga mengalami penurunan karena efek bersifat utang tersebut dianggap tidak menarik bagi investor.
3. Waktu Jatuh Tempo
Efek bersifat utang yang tercatat di Bursa memiliki periode jatuh tempo yang berbeda-beda. Pada saat jatuh tempo, Penerbit memiliki kewajiban untuk mengembalikan seluruh pokok efek bersifat utang kepada Investor. Pada umumnya, harga efek bersifat utang berbanding terbalik dengan jangka waktu obligasi.
Semakin pendek jangka waktu efek bersifat utang, maka akan semakin kecil tingkat ketidakpastian (risiko) atas efek bersifat utang tersebut. Disamping itu, semakin efek bersifat utang tersebut mendekati tanggal jatuh temponya, maka harga efek tersebut akan semakin mendekati nilai nominalnya (par).
Penerbit
Dilihat dari sisi penerbitnya, obligasi dapat diterbitkan oleh Korporasi maupun Negara. Sampai saat ini, terdapat beberapa efek bersifat utang yang tercatat di Bursa, antara lain:
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.
Adapun jenis obligasi pemerintah yang ditujukan bagi individu masyarakat adalah Saving Bond Ritel (SBR). produk tersebut dijual melalui agen penjual bisa berupa bank,sekuritas, bahkan perusahaan finansial teknologi (fintek/fintech) dengan pembelian minimal Rp 1 juta.
Kupon SBR tersebut bersifat mengambang (floating) mengikuti bunga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dengan batas minimal (floating with floor), dibayar setiap bulan dan tidak dapat diperdagangkan.
Pembelian SBR ini bisa dikatakan sangat mudah, contohnya SBR006 yang baru ditawarkan kepada masyarakat dengan distribusi secara online melalui Mitra Distribusi yang memiliki interface e-SBN.
Proses pemesanan SBR006 secara online dilakukan melalui 4 tahap yaitu:
Penerbitan SBR merupakan wujud komitmen Pemerintah untuk mempermudah akses masyarakat berinvestasi di SUN ritel, memperluas basis investor dalam negeri serta menyediakan alternatif investasi guna mendukung terwujudnya keuangan inklusif serta memenuhi sebagian pembiayaan APBN.
Umumnya, masyarakat sudah familiar dengan instrumen investasi seperti saham maupun reksa dana. Namun, pasar modal sebenarnya tidak hanya memperjual-belikan produk investasi itu saja, beberapa instrumen investasi seperti obligasi,etf, dan waran juga patut dipertimbangkan.
Berikut instrumen-instrumen investasi di pasar modal selain saham di di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang patut dipertimbangkan investor:
Surat Utang atau obligasi merupakan instrumen investasi atas dasar janji dari penerbit surat utang untuk membayar bunga dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada para pemegang obligasi tersebut.
Obligasi merupakan instrumen investasi yang sifatnya menengah panjang dan dapat diperjualbelikan maupun dipindahtangankan, karena itu harga sebuah obligasi bisa naik turun.
Sebenarnya bursa menyediakan sistem khusus yang dikenal dengan nama FITS (Fixed Income Trading System), namun hingga kini pelaku pasar lebih memilih OTC karena menginginkan harga wajar dibentuk antar dealer.
Adapun acuan transaksi obligasi antar counter umumnya yang digunakan adalah yield dibandingkan harga, karena yield mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Meski diperdagangkan, risiko pada obligasi lebih rendah jika dibandingkan investasi saham karena volatilitas pergerakannya yang lebih rendah.
Keuntungan Membeli Efek Bersifat Utang
Berikut adalah keuntungan membeli Efek Bersifat Utang, antara lain:
- Mendapatkan kupon/fee/nisbah secara periodik dari efek bersifat utang yang dibeli. Pada umumnya tingkat kupon/fee/nisbah berada di atas bunga Bank Indonesia (BI rate).
- Memperoleh capital gain dari penjualan efek bersifat utang di pasar sekunder.
- Memiliki risiko yang relatif lebih rendah dibandingkan instrumen lain seperti saham, dimana pergerakan harga saham lebih berfluktuatif dibandingkan harga efek bersifat utang. Pada efek bersifat utang yang diterbitkan oleh pemerintah dapat dikatakan sebagai instrumen yang bebas risiko.
- Banyak pilihan seri efek bersifat utang yang dapat dipilih oleh investor di pasar sekunder.
Keterangan | Obligasi | Sukuk | Saham | Deposito | RD Terproteksi |
Jatuh Tempo | v | v | x | v | v |
Kupon/Bunga | v | x | x | v | x |
Imbal hasil/Nisbah | x | v | x | x | x |
Dividen | x | x | v | x | x |
Potensi Capital Gain | v | v | v | x | v |
Jaminan (Negara) | v | v | x | v | x |
Bisa diperdagangkan kembali (pasar sekunde) | v | v | v | x | v |
Stand by buyer di pasar sekunder | v | v | x | x | x |
Kupon
Kupon adalah imbal hasil atau tingkat bunga yang akan diterima oleh seorang investor (bunganya dihitung secara tahunan/annual).
Pembayaran kupon tersebut ada yang bersifat tetap (fixed) sampai dengan jatuh tempo, bunga kupon yang bervariasi mengikuti instrumen lain (Contoh: SBI+3%, Jibor+2,5%), dan tidak mempunyai bunga kupon namun diterbitkan dengan diskon.
Contoh perhitungan obligasi dengan kupon bersifat tetap (fixed income)
* Investor membeli obligasi X:
- Nominal Rp. 1 Milyar
- Kupon tetap: 10% per tahun
- Jatuh tempo 5 tahun
* Maka pendapatan yang diterima:
- Kupon, 10% X Rp 1 miliar = Rp 100 juta/tahun (diterima setiap tahun selama 5 tahun)
- Pokok: Diterima pada tahun ke-5 atau ketika jatuh tempo sebesar Rp 1 miliar.
Dasar-dasar yang dapat mempengaruhi harga wajar efek bersifat utang
Setelah suatu obligasi diterbitkan, investor dapat memperdagangkan surat utang atau obligasi tersebut. Harganya akan terbentuk berdasarkan permintaan dan penawaran yang terjadi.
Adapun yang menjadi dasar yang dapat mempengaruhi harga wajar efek tersebut, yakni:
1. Interest Rate atau suku bunga Bank Sentral
Besarnya suku bunga menjadi acuan bagi pembeli efek bersifat utang sebagai perbandingan dasar tingkat pengembalian yang diharapkan. Tingkat suku bunga pasar dalam hal ini dapat berupa BI rate. Ketika suku bunga pasar berubah, maka akan mempengaruhi harga efek bersifat utang.
Pada saat tingkat suku bunga pasar mengalami kenaikan, sementara besarnya tingkat pengembalian atas efek bersifat utang adalah tetap, maka return riil dari investor dianggap menjadi relatif lebih kecil.
Hal ini akan menyebabkan terjadi aksi jual efek bersifat utang, sehingga harga efek tersebut menjadi turun. Begitu pula sebaliknya.
2. Faktor Risiko
Risiko kredit merupakan kemampuan penerbit obligasi dalam melakukan pembayaran bunga maupun pelunasan pokok secara tepat waktu sesuai jatuh temponya. Pada umumnya, efek bersifat utang diperingkat secara berkala oleh Lembaga Pemeringkatan Efek.
Investor dapat memanfaatkan informasi pemeringkatan efek bersifat utang dari Lembaga Pemeringat Efek untuk mengukur risiko investasi pada suatu efek bersifat utang dan menilai tingkat kredibilitas suatu perusahaan, serta juga dapat memperlihatkan kinerja/prospek perusahaan.
Ketika peringkat efek bersifat utang mengalami penurunan, mengindikasikan tingkat risiko Penerbit dalam memenuhi kewajibannya menjadi lebih rendah yang pada akhirnya dapat berpotensi gagal bayar.
Kondisi tersebut akan menyebabkan harga efek bersifat utang tersebut mengalami penurunan. Hal ini disebabkan permintaan atas efek bersifat utang juga mengalami penurunan karena efek bersifat utang tersebut dianggap tidak menarik bagi investor.
3. Waktu Jatuh Tempo
Efek bersifat utang yang tercatat di Bursa memiliki periode jatuh tempo yang berbeda-beda. Pada saat jatuh tempo, Penerbit memiliki kewajiban untuk mengembalikan seluruh pokok efek bersifat utang kepada Investor. Pada umumnya, harga efek bersifat utang berbanding terbalik dengan jangka waktu obligasi.
Semakin pendek jangka waktu efek bersifat utang, maka akan semakin kecil tingkat ketidakpastian (risiko) atas efek bersifat utang tersebut. Disamping itu, semakin efek bersifat utang tersebut mendekati tanggal jatuh temponya, maka harga efek tersebut akan semakin mendekati nilai nominalnya (par).
Penerbit
Dilihat dari sisi penerbitnya, obligasi dapat diterbitkan oleh Korporasi maupun Negara. Sampai saat ini, terdapat beberapa efek bersifat utang yang tercatat di Bursa, antara lain:
- Obligasi Korporasi, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh Perusahaan Swasta Nasional termasuk BUMN dan BUMD.
- Sukuk adalah Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi (undivided share), atas aset yang mendasarinya.
- Surat Berharga Negara (SBN) merupakan Surat Berharga Negara yang terdiri dari Surat Utang Negara dan Surat Berharga Syariah Negara.
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.
Adapun jenis obligasi pemerintah yang ditujukan bagi individu masyarakat adalah Saving Bond Ritel (SBR). produk tersebut dijual melalui agen penjual bisa berupa bank,sekuritas, bahkan perusahaan finansial teknologi (fintek/fintech) dengan pembelian minimal Rp 1 juta.
Kupon SBR tersebut bersifat mengambang (floating) mengikuti bunga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dengan batas minimal (floating with floor), dibayar setiap bulan dan tidak dapat diperdagangkan.
Pembelian SBR ini bisa dikatakan sangat mudah, contohnya SBR006 yang baru ditawarkan kepada masyarakat dengan distribusi secara online melalui Mitra Distribusi yang memiliki interface e-SBN.
Proses pemesanan SBR006 secara online dilakukan melalui 4 tahap yaitu:
- registrasi/pendaftaran;
- pemesanan;
- pembayaran;
- setelmen/konfimasi.
Penerbitan SBR merupakan wujud komitmen Pemerintah untuk mempermudah akses masyarakat berinvestasi di SUN ritel, memperluas basis investor dalam negeri serta menyediakan alternatif investasi guna mendukung terwujudnya keuangan inklusif serta memenuhi sebagian pembiayaan APBN.
Next Page
Mengenal Waran & HMETD
Pages
Most Popular