
Di Bawah PM Baru, Poundsterling Ternyata Masih Terbang Juga
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 July 2019 19:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang poundsterling diprediksi akan mencapai level paritas (1 poundsterling = 1 dolar AS) di bawah perdana menteri Inggris yang baru, Boris Johnson.
Morgan Stanley menjadi bank yang memprediksi pound akan mencapai level paritas tersebut. Skenario kurs poundsterling mencapai US$1 sampai US$1,1 dikatakan akan terjadi seandainya Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan alias no-deal Brexit. Morgan Stanley melihat peluang terjadinya hal tersebut semakin menguat, melansir Bloomberg.com.
Tidak hanya itu, HSBC juga memprediksi hal yang sama yakni poundsterling kemungkinan mencapai level terendah sepanjang masa US$ 1,0545 yang disentuh pada Maret 1985, melansir Reuters.
Namun kini ada yang memprediksi poundsterling bisa "terbang", syaratnya PM Johnson mengubah sedikit sikapnya. Johnson hingga saat ini masih kukuh akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa pada 31 Oktober dengan kesepakatan atau tanpa kesepakatan sekalipun.
Dominic Schnider kepala forex dan komoditas untuk Asia Pasific dari UBS Global Wealth Management, memprediksi sikap Johnson nantinya berubah, dan akan mempertimbangkan jalan terbaik untuk Inggris.
"Menjadi seorang perdana menteri, semua hal bisa berubah, dan kami pikir adanya sedikit kemungkinan negosiasi Brexit akan diperpanjang lagi" kata Schnider, mengutip CNBC International.
Schnider mengatakan jika Johnson merubah sedikit saja sikapnya, maka akan ada konsekuensi untuk pounsterling.
"Jika pasar mulai sadar probabilitas hard Brexit (no-deal) terus menyusut, saya pikir poundsterling akan menguat kembali. Jadi kemungkinan kita akan melihat pounsterling bergerak ke arah Utara (menguat) di kisaran US$ 1,30 sampai US$ 1,35" tegas Schnider.
Pernyataan Schnider tepat jika dikorelasikan dengan pergerakan poundsterling hari ini. Tanpa sebab yang jelas mata uang Inggris ini menguat 0,5% ke US$ 1,2498 di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pergerakan ini bisa jadi mengantisipasi perubahan sikap Boris Johnson saat berpidato pertama sebagai Perdana Menteri Inggris.
Poundsterling selama ini terus tertekan akibat potensi terjadinya no-deal Brexit hingga menyentuh level terendah sejak April 2017 pada pekan lalu. Setelahnya poundsterling masih belum turun lagi.
Pergerakan tersebut memberikan gambaran sampai saat ini pelaku pasar masih percaya jika Inggris akan keluar dari Uni Eropa pada 31 Oktober dengan beberapa kesepakatan termasuk masa transisi. Hal ini membuat poundsterling masih "ragu-ragu" untuk turun lebih dalam, dan ada kemungkinan benar akan menguat jika Johnson merubah sikapnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Mandek, Poundsterling Malah Menguat
Morgan Stanley menjadi bank yang memprediksi pound akan mencapai level paritas tersebut. Skenario kurs poundsterling mencapai US$1 sampai US$1,1 dikatakan akan terjadi seandainya Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan alias no-deal Brexit. Morgan Stanley melihat peluang terjadinya hal tersebut semakin menguat, melansir Bloomberg.com.
Tidak hanya itu, HSBC juga memprediksi hal yang sama yakni poundsterling kemungkinan mencapai level terendah sepanjang masa US$ 1,0545 yang disentuh pada Maret 1985, melansir Reuters.
Namun kini ada yang memprediksi poundsterling bisa "terbang", syaratnya PM Johnson mengubah sedikit sikapnya. Johnson hingga saat ini masih kukuh akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa pada 31 Oktober dengan kesepakatan atau tanpa kesepakatan sekalipun.
Dominic Schnider kepala forex dan komoditas untuk Asia Pasific dari UBS Global Wealth Management, memprediksi sikap Johnson nantinya berubah, dan akan mempertimbangkan jalan terbaik untuk Inggris.
"Menjadi seorang perdana menteri, semua hal bisa berubah, dan kami pikir adanya sedikit kemungkinan negosiasi Brexit akan diperpanjang lagi" kata Schnider, mengutip CNBC International.
Schnider mengatakan jika Johnson merubah sedikit saja sikapnya, maka akan ada konsekuensi untuk pounsterling.
"Jika pasar mulai sadar probabilitas hard Brexit (no-deal) terus menyusut, saya pikir poundsterling akan menguat kembali. Jadi kemungkinan kita akan melihat pounsterling bergerak ke arah Utara (menguat) di kisaran US$ 1,30 sampai US$ 1,35" tegas Schnider.
Pernyataan Schnider tepat jika dikorelasikan dengan pergerakan poundsterling hari ini. Tanpa sebab yang jelas mata uang Inggris ini menguat 0,5% ke US$ 1,2498 di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pergerakan ini bisa jadi mengantisipasi perubahan sikap Boris Johnson saat berpidato pertama sebagai Perdana Menteri Inggris.
Poundsterling selama ini terus tertekan akibat potensi terjadinya no-deal Brexit hingga menyentuh level terendah sejak April 2017 pada pekan lalu. Setelahnya poundsterling masih belum turun lagi.
Pergerakan tersebut memberikan gambaran sampai saat ini pelaku pasar masih percaya jika Inggris akan keluar dari Uni Eropa pada 31 Oktober dengan beberapa kesepakatan termasuk masa transisi. Hal ini membuat poundsterling masih "ragu-ragu" untuk turun lebih dalam, dan ada kemungkinan benar akan menguat jika Johnson merubah sikapnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Mandek, Poundsterling Malah Menguat
Most Popular