
Boris Johnson Jadi PM Inggris, Poundsterling Cuma "Nyengir"
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 July 2019 20:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Boris Johnson resmi memenangi kontestasi ketua Partai Konservatif mengalahkan Jeremy Hunt. Dengan demikian Johnson otomatis menjadi perdana menteri Inggris (PM) dan akan dilantik pekan ini.
Sebanyak 160.000 anggota Partai Konservatif melakukan voting memilih Boris Johnson atau Jeremy Hunt pada minggu (21/7/19) lalu. Hasilnya Johnson memperoleh 92.153 suara sementara Hunt hanya 46.656 suara.
Yang menarik, setelah kemenangan Johnson resmi diumumkan, poundsterling bisa memangkas pelemahan melawan dolar Amerika Serikat (AS). Kemenangan Johnson sudah diprediksi jauh-jauh hari, sehingga poundsterling bisa mengalami koreksi teknikal.
Pada perdagangan Selasa (23/7/19) pukul 19:21 WIB, poundsterling diperdagangkan di kisaran US$ 1,2443 atau melemah 0,27% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Padahal sebelumnya poundsterling melemah ke level US$ 1,2416.
Namun, tetap saja poundsterling hanya bisa "nyengir" melihat potensi terdepresiasi lagi di masa yang akan datang. Peluang terjadinya no-deal Brexit atau Inggirs keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan lebih besar jika Inggris dinakhodai Boris Johnson dibandingkan saat kepemimpinan Theresa May.
Boris Johnson merupakan tokoh euroskeptik atau anti Uni Eropa dan merupakan pentolan referendum Inggris 23 Juni 2016 yang menghasilkan keputusan mengejutkan, mayoritas warga Inggris (yang ikut voting) memilih keluar dari Uni Eropa.
Johnson sudah berulang kali menegaskan akan merealisasikan Brexit pada 31 Oktober, dengan kesepakatan ataupun tanpa kesepakatan (no-deal) sekalipun.
No-deal Brexit merupakan kejadian yang paling ditakuti pelaku pasar di tahun ini, ekonomi Negeri Ratu Elizabeth diprediksi akan jeblok. Bank sentral Inggris (Bank of England/BOE) bahkan memperkirakan Inggris akan mengalami resesi terburuk sejak perang dunia kedua jika no-deal Brexit terjadi.
Ketika ekonomi Inggris memburuk, BOE mau tidak mau akan memangkas suku bunga guna memberikan bantuan. Penurunan suku bunga secara teori akan melemahkan nilai mata uang, sehingga banyak bank investasi memprediksi poundsterling akan mencapai level paritas melawan dolar AS (1 poundsterling = 1 dolar AS).
Morgan Stanley menjadi salah satu bank yang memprediksi pound akan mencapai level paritas tersebut. Skenario kurs poundsterling mencapai US$1 sampai US$1,1 dikatakan akan terjadi seandainya Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan alias no-deal Brexit. Morgan Stanley melihat peluang terjadinya hal tersebut semakin menguat, melansir bloomberg.com.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ngiler! Trading GBP/USD, Potensi Cuan Bisa Rp 37 Juta
Sebanyak 160.000 anggota Partai Konservatif melakukan voting memilih Boris Johnson atau Jeremy Hunt pada minggu (21/7/19) lalu. Hasilnya Johnson memperoleh 92.153 suara sementara Hunt hanya 46.656 suara.
Yang menarik, setelah kemenangan Johnson resmi diumumkan, poundsterling bisa memangkas pelemahan melawan dolar Amerika Serikat (AS). Kemenangan Johnson sudah diprediksi jauh-jauh hari, sehingga poundsterling bisa mengalami koreksi teknikal.
Namun, tetap saja poundsterling hanya bisa "nyengir" melihat potensi terdepresiasi lagi di masa yang akan datang. Peluang terjadinya no-deal Brexit atau Inggirs keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan lebih besar jika Inggris dinakhodai Boris Johnson dibandingkan saat kepemimpinan Theresa May.
Boris Johnson merupakan tokoh euroskeptik atau anti Uni Eropa dan merupakan pentolan referendum Inggris 23 Juni 2016 yang menghasilkan keputusan mengejutkan, mayoritas warga Inggris (yang ikut voting) memilih keluar dari Uni Eropa.
Johnson sudah berulang kali menegaskan akan merealisasikan Brexit pada 31 Oktober, dengan kesepakatan ataupun tanpa kesepakatan (no-deal) sekalipun.
No-deal Brexit merupakan kejadian yang paling ditakuti pelaku pasar di tahun ini, ekonomi Negeri Ratu Elizabeth diprediksi akan jeblok. Bank sentral Inggris (Bank of England/BOE) bahkan memperkirakan Inggris akan mengalami resesi terburuk sejak perang dunia kedua jika no-deal Brexit terjadi.
Ketika ekonomi Inggris memburuk, BOE mau tidak mau akan memangkas suku bunga guna memberikan bantuan. Penurunan suku bunga secara teori akan melemahkan nilai mata uang, sehingga banyak bank investasi memprediksi poundsterling akan mencapai level paritas melawan dolar AS (1 poundsterling = 1 dolar AS).
Morgan Stanley menjadi salah satu bank yang memprediksi pound akan mencapai level paritas tersebut. Skenario kurs poundsterling mencapai US$1 sampai US$1,1 dikatakan akan terjadi seandainya Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan alias no-deal Brexit. Morgan Stanley melihat peluang terjadinya hal tersebut semakin menguat, melansir bloomberg.com.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ngiler! Trading GBP/USD, Potensi Cuan Bisa Rp 37 Juta
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular