
Singapura Alami Deflasi, Mata Uangnya Menguat Tipis-Tipis
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 July 2019 13:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Singapura kembali menguat melawan rupiah pada perdagangan Selasa (24/7/19), melanjutkan penguatan Senin kemarin. Namun, apresiasi tersebut tidak terlalu besar alias tipis-tipis sejak kemarin, sehingga Mata Uang Negeri Merlion in masih di dekat level terendah sejak Februari 2018.
Pada pukul 13:20 WIB, dolar Singapura diperdagangkan di kisaran Rp 10.250,02 atau menguat 0,07% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pada Senin kemarin, dolar Singapura menguat 0,06%.
Data indeks harga konsumen (IHK) yang dirilis siang ini menunjukkan Singapura mengalami deflasi 0,2% month-on-month (MoM) di bulan Juni. Penurunan harga-harga tersebut cukup signifikan mengingat inflasi bulan Mei Singapura sebesar 0,7% MoM.
Sementara jika dilihat secara tahunan atau year-on-year (YoY) IHK tumbuh 0,6% di bulan Juni, tetapi melambat dari bulan sebelumnya 0,9%. IHK inti tumbuh 1,2% YoY, juga melambat dibandingkan bulan sebelumnya 1,3% YoY.
Meski mengalami pelambatan inflasi, bahkan deflasi secara bulanan, tetapi dolar Singapura masih sanggup menguat melawan Mata Uang Garuda. Aksi ambil untung masih menjadi penyebab penguatan tersebut.
Sampai hari ini, dolar Singapura masih belum beranjak jauh dari level terlemahnya sejak Februari 2018 dan mencatat pelemahan enam minggu beruntun pekan lalu. Penguatan Dolar Singapura di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli di dalam negeri.
Berikut beberapa kurs jual beli yang diambil dari situs resi beberapa bank siang ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Tekanan Dolar Singapura Melunak, Rupiah Bertahan di Rp 10.445
Pada pukul 13:20 WIB, dolar Singapura diperdagangkan di kisaran Rp 10.250,02 atau menguat 0,07% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pada Senin kemarin, dolar Singapura menguat 0,06%.
Data indeks harga konsumen (IHK) yang dirilis siang ini menunjukkan Singapura mengalami deflasi 0,2% month-on-month (MoM) di bulan Juni. Penurunan harga-harga tersebut cukup signifikan mengingat inflasi bulan Mei Singapura sebesar 0,7% MoM.
Sementara jika dilihat secara tahunan atau year-on-year (YoY) IHK tumbuh 0,6% di bulan Juni, tetapi melambat dari bulan sebelumnya 0,9%. IHK inti tumbuh 1,2% YoY, juga melambat dibandingkan bulan sebelumnya 1,3% YoY.
Meski mengalami pelambatan inflasi, bahkan deflasi secara bulanan, tetapi dolar Singapura masih sanggup menguat melawan Mata Uang Garuda. Aksi ambil untung masih menjadi penyebab penguatan tersebut.
Sampai hari ini, dolar Singapura masih belum beranjak jauh dari level terlemahnya sejak Februari 2018 dan mencatat pelemahan enam minggu beruntun pekan lalu. Penguatan Dolar Singapura di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli di dalam negeri.
Berikut beberapa kurs jual beli yang diambil dari situs resi beberapa bank siang ini.
Bank | Kurs Beli | Kurs Jual |
BCA | 10.226,81 | 10.274,81 |
BRI | 10.182,42 | 10.324,33 |
Mandiri | 10.229,00 | 10.280,00 |
BNI | 10.219,00 | 10.276,00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Tekanan Dolar Singapura Melunak, Rupiah Bertahan di Rp 10.445
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular