Rupiah Keok, Dolar Singapura Perkasa 2 Hari Beruntun

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 August 2019 15:53
Sebagai mata uang emerging market, rupiah mengalami tekanan kuat dengan kondisi global saat ini.
Ilustrasi Dolar Singapura (REUTERS/Thomas White)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Singapura kembali menguat melawan rupiah pada perdagangan hari ini. Mata uang Negeri Singa berhasil digdaya selama dua hari beruntun. 

Pada Selasa (13/8/2019) pukul 14:55 WIB, dolar Singapura diperdagangkan di Rp 10.309,46 atau menguat 0,4%. Kemarin, dolar Singapura menguat 0,33% terhadap mata uang Tanah Air.



Sebagai mata uang emerging market, rupiah mengalami tekanan kuat dengan kondisi global saat ini. Eskalasi perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China, plus potensi perang mata uang menjadi headline yang menekan kurs rupiah. Belum lagi kerusuhan di Hong Kong, serta jebloknya kurs peso Argentina mengirim sentimen negatif ke Mata Uang Garuda.


Harapan akan adanya damai dagang AS-China dalam waktu dekat kini sudah meredup setelah Presiden AS, Donald Trump, pada Jumat lalu menyatakan belum akan membuat kesepakatan dagang dengan China.

Bank Goldman Sachs kini tidak lagi mengharapkan kesepakatan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia itu terjadi sebelum pemilihan presiden AS tahun 2020 nanti. Bahkan lembaga keuangan asal AS ini memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam untuk kuartal IV-2019 menjadi 1,8% dari sebelumnya 2%.


Sementara itu, Bank Sentral China (People's Bank of China/PBoC) yang kembali mendepresiasi nilai tukar yuan terhadap dolar AS. Langkah dari PBoC tersebut dikhawatirkan akan membuat AS ikut melemahkan nilai tukar dolar, dan currency war atau perang mata uang akan segera dimulai.

PBoC menetapkan nilai tengah yuan di level 7,0362/US$ lebih lemah dari kemarin 7,0136/US$. Penasehat Perdagangan Gedung Putih Peter Navaro akhir pekan lalu mengatakan AS akan mengambil tindakan keras jika China terus mendepresiasi mata uangnya.

Satu lagi sentimen negatif bagi rupiah, mata uang peso Argentina anjlok ke level terlemah sepanjang sejarah. Meski tidak berdampak langsung terhadap rupiah karena pelemahan peso terjadi akibat gejolak politik, tetapi memberikan dampak psikologis sesama negara emerging market.

"Jadi kalau sekarang terjadi di Argentina, nanti terjadi di Hong Kong atau waktu itu seperti terjadi di Turki, memang kemudian negara-negara emerging akan mendapatkan sentimennya. Tapi kita harap tidak menimbulkan satu gejolak," ujar Menteri Keuanga Sri Mulyani Indrawati.


Semua faktor tersebut membuat rupiah tertekan, sejak Senin kemarin, dan dolar Singapura menguat dua hari beruntun. Padahal pada pekan lalu Mata Uang Negeri Merlion ini berhasil dibekuk Mata Uang Garuda.

Berikut tabel pergerakan dolar Singapura melawan rupiah sepanjang bulan Agustus di pasar spot, melansir data Refinitiv.



TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular